Nasha tak berhenti tersenyum sembari memandangi jalanan yg ia lewati untuk sampai kerumah Elin.
"Sebenarnya aku sedikit kecewa sih" ujar Nasha sambil memotret pemandangan dari dalam mobil nya.
"Kecewa kenapa?" tanya Elin.
"Ya ini sih masih agak kota, ada jalan raya, banyak toko toko besar, bahkan tadi aku liat ada mall disana. Aku kan berharap nya masuk ke desa yg harus jalan kaki melewati sawah yg hijau, pepohonan yang rimbun, sungai atau bahkan naik gunung turun gunung" tutur Nasha panjang lebar yg membuat gelak tawa Elin pecah seketika.
"Ada ada aja kamu ini, itu nama nya pedalaman kalau separah itu" ujar Elin yg masih tertawa.
"Ya aku pengen ke tempat seperti itu..." gerutu Nasha.
Dari bandara, mereka di jemput oleh Paman Elin. Paman Elin juga menyambut hangat Nasha bahkan berbicara dengan sangat sopan pada Nasha yg padahal jauh lebih muda dari pada Paman Elin itu.
Akhir nya, keduanya sampai di rumah Elin, dan mereka semua menyambut Elin dan Nasha. Ada Nenek Elin, Paman, Bibi dan dan sepupu sepupu Elin disana. Mereka semua sangat ramah pada Nasha, membuat Nasha langsung merasa nyaman dan betah berada di tengah keluarga Elin.
Saat Nasha sedikit kesulitan menarik koper nya, salah satu Paman Nasha membantu nya.
"Engga usah, Nasha bisa sendiri" ujar Nasha merasa sungkan.
"Badan mu terlalu kurus, yg ada koper yg narik kamu bukan kamu narik koper" ujar Paman Elin yg membuat Nasha langsung tertawa.
"Jangan terlalu kurus, ndok. Nanti di tiup angin, apa lagi di desa itu angin nya kencang" sambung nenek lagi yg mau membuat Nasha kembali tertawa. Baru di hari pertama, dan Nasha sudah merasa cocok dengan mereka semua.
"Nanti kamu tidur sama aku, di kamar aku" ujar Elin dan Nasha mengangguk saja.
"Ya sudah, kalian pasti capek. Istirahat dulu,baru nanti kita berbincang bincang lagi." seru sang Nenek.
"Okey, makasih, Nek..." jawab Nasha girang dan ia mengecup gemas pipi keriput nenek Elin itu. Membuat sang Nenek terkikik.
"Oh ya, apa kalian sudah makan siang?" tanya nenek Elin lagi sebelum mereka pergi ke kamar Elin.
"Sudah tadi di Bandara" jawab Elin.
.........
"Bro..." Azhar menepuk pundak Rafa yg saat ini sedang menikmati teh nya sembari menikmati angin sore hari yg begitu sejuk "Banyak santri yg ngeluh tuh tentang kamu yg katanya galak, jangan galak galak lah. Nama nya juga anak anak, pasti nakal"
"Anak anak nakal biasa ya..." ujar Rafa.
"Iya lah" jawab Azhar.
"Karena itulah aku galak, aku pengen didik mereka jadi anak yg luar biasa" jawab Rafa telak yg membuat Azhar terkekeh. Azhar sangat mengenal Rafa, dan bisa di bilang kepribadian mereka bertolak belakang.
Setelah itu, istri cantik Rafa keluar dengan membawa biskuit dan teh juga untuk Azhar. Istri nya yg bernama Rumi ini selain cantik juga sangat pandai memasak, semua orang selalu memuji masakannya dan ia juga salah satu Ustadzah yg paling di sukai santri, karena Rumi sangat lembut dan penyabar.
"Aku juga dengar..." ucap Azhar sambil mengintip Rumi untuk memastikan ia sudah kembali masuk ke dalam "Santri bilang gini, Ustadzah Rumi sama Ustadz Rafa kayak langit dan bumi. Kok bisa mereka berjodoh" lanjut Azhar yg membuat Rafa langsung tertawa.
"Aku juga udah denger yg itu..." jawab Rafa masih tertawa.
"Memang Allah itu adil. Gula di sandingkan sama garam biar hasilnya gurih"
"Aku jadi penasaran sama jodoh mu, soalnya banyak yg bilang karakter mu mirip karakter Om Bilal. Dan kamu tahu Tante Asma?"
"Tahu lah..." jawab Azhar sambil tertawa "Ya sih, sikap mereka juga seperti langit dan bumi. Bahkan sekarang aja masih begitu, engga kebayang dulu waktu muda mereka kayak apa ya? "
"Yang pasti selalu ribut, tapi Om Bilal selalu ngalah"
"Ya iyalah. Wong cinta mati Om Bilal sama Tante Asma"
..........
Nasha yg sudah beristirahat merasa jauh lebih segar. Ia juga sudah mandi dan berganti pakaian, karena masih siang ia pun hanya mengenakan kaos dan celana santai yg panjang nya hanya selutut.
"Jalan jalan yuk..." pinta Nasha pada Elin yg saat ini sedang mengerikan rambut nya setelah mandi.
"Besok aja lah , masih capek" jawab Elin.
"Engga mau, maunya sekarang" pinta Nasha bersikeras "Ayo lah, Lin. Aku pengen liat pemandangan desa di sore hari" bujuk nya memelas.
Elin yg merasa tak tega apa lagi mengingat bagaimana Nasha hidup di kota, ia pun mengiyakan nya. Membuat Nasha melompat girang. Ia segera menyiapkan kamera nya.
"Buat apa bawa kamera?" tanya Elin heran. Elin sendiri mengenakan celana panjang dan kaos panjang.
"Buat foto foto lah..." jawab Nasha "Ayo..."
"Tunggu..." Elin memperhatikan penampilan Nasha dari atas ke bawah "Sha, ini desa dan di sekitar sini ada madrasah. Sebaik nya kamu berpakaian yg sedikit lebih tertutup. Biar sopan aja karena kalau kita lewat sana, nanti pasti banyak santri dan para guru nya" pinta Elin. Nasha memperhatikan penampilan nya sendiri.
"Okey deh..." jawab nya tanpa bertanya lagi.
Ia pun hanya berganti celana menggunakan jeans dan kaos nya di padukan dengan jaket "Sekarang apa sudah sopan?"
"Ya lumayan lah" jawab Elin.
Mereka pun bepamitan pada Nenek Elin untuk jalan jalan, dan mereka diizinkan namun harus segera pulang sebelum Adzan Maghrib.
Nasha menghirup udara yg masih segar, ia merasa tenang dan nyaman. Nasha bahkan merentangkan tangan nya sambil berjalan. Menikmati sentuhan angin yg membelai wajah nya.
"Aku mau tinggal disini aja rasanya..." ucap Nasha sambil tersenyum lebar.
Elin yg melihat kebahagiaan di mata Nasha ikut merasa bahagia.
"Ya kalau gitu kamu harus nikah sama orang sini..." gurau Elin sambil masih berjalan. Namun tiba tiba Nasha menghentikan langkah nya dan pandangan nya tertuju pada seorang pria yg bermain bola bersama beberapa anak anak.
"Mau, Lin. Mau banget... Itu jodoh nya sudah ada..." ucap Nasha ngaur seperti orang mabuk saja. Membuat Elin mengerutkan kening nya. Sementara mata Nasha seperti terhipnotis pada pria itu yg saat ini sedang tertawa senang setelah mencetak gol. Nasha dengan cepat mengabadikan moment itu dengan kamera nya. Ia terus mengambil gambar tanpa berhenti.
Elin mengikuti arah pandang Nasha.
"Itu mah Ustadz sini kayaknya, engga akan cocok sama kamu..." ujar Elin.
"Ih, kamu nih bukan nya di aminin malah di sumpahin" gerutu Nasha dan kini ia melihat hasil foto nya "Oh my Gosh, aku engga pernah liat dewa Yunani yg katanya tampan. Tapi dia adalah dewa hati ku dan dia benar benar tampan..." ujar nya yg membuat Elin bergidik ngeri.
"Lebay amat sih..." gerutu Elin dan ia pun segera menarik Nasha pergi dari sana.
"Tunggu sebentar, Lin..."
"Engga ah, ayo kita pulang nanti keburu Maghrib"
"Tapi aku masih mau liatin cowok itu..."
"Itu Ustadz, Nasha. Engga mungkin berjodoh sama Ustadz kamu ini" ujar Elin meremehkan yg membuat Nasha cemberut.
Nasha yg terus di seret pergi oleh Elin, tetap tak bisa mengalihkan pandangan nya dari sang Ustadz tampan itu. Mata nya yg berbinar, tawa nya yg membuat Nasha merinding.
"Hem, I am in love...."
▫️▫️▫️
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
Nasha🤩🤩🤩
2022-07-08
0
Karmilah Jaya
pandangan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda thor
2022-04-17
1
~Si imut~🌹🌼🌷🌻🌺
kebalikan dari Bilal-Asma,klw Bilal dia yg cinta mati sm Asma ini keknya Nasha yg cinta sm Azhar.
2022-03-30
2