Dua hari setelah pernikahan Rafa, semua keluarga Rafa sudah pulang ke Jakarta. Termasuk Maryam, Afsana dan bayi bayi mungil mereka. Namun Azhar memutuskan tinggal lebih lama karena ia masih merasa nyaman di desa Rafa. Ia tinggal di bersama para Ustadz disana, padahal Rafa sudah menyiapkan kama khusus unt Azhar di kediaman keluarga nya namun Azhar ebih memilih tinggal bersama para Ustadz dan ia juga meminta izin untuk ikut mengajar di madrasah yg tentu saja langsung di setuju oleh Abi Rahman dan yg lain nya.
Hari ini, Azhar mengajar di kelas 2. Ia mengisi mata pelajaran tajwid. Anak anak tampak nya menyukai Azhar yg sangat santai cara mengajar nya.
"Ustadz..." salah satu anak mengangkat tangan nya sebelum pelajaran di akhir.
"Ada pertanyaan?" tanya Azhar lembut.
"Ustadz, saya dengar Ustadz Azhar hanya mengajar sementara. Padahal kami suka cara sama Ustadz, karena Ustadz tidak galak seperti Ustadz Rafa" tutur anak itu dengan polos nya yg membuat Azhar tertawa kecil.
"Ustadz Rafa itu bukan galak, beliau hanya tegas. Dan sebagai seorang guru, ketegasan itu perlu supaya anak didik nya tidak enteng, belajar dengan sungguh sungguh dan disiplin" jelas Azhar.
"Tapi Ustadz Rafa kadang mukul bokong, Ustadz" seru anak yg lain.
"Angkat tangan siapa yg pernah dipukul oleh Ustadz Rafa atau Ustadz yg lain" pinta Azhar. Dan beberapa anak laki laki pun mengankatangan nya. Dan ada dua anak perempuan yg mengangkat tangan. "Yg perempuan, Ustadz mau tanya ya dan jawab dengan jujur"
"Iya, Ustadz" jawab anak itu serentak.
"Apa pukulan Ustadz Rafa sakit?"
"Sakit sekali, Ustadz"
"Apa sampai terluka?"
"Tidak, Ustadz."
"Kenapa Ustadz Rafa sampai mukul?"
"Saya lupa mengerjakan tugas, Ustadz"
"Kalau saya karena tidak hafal setoran nadhoman saya, Ustadz" kedua anak itu menjawab pelan. Azhar tersenyum lalu bertanya lagi.
"Jadi, selah di pukul. Apakah kalian masih enteng untuk mengerjakan tugas dan mengahafl?"
"Tidak, Ustadz"
"Kenapa?"
"Takut di pukul lagi"
"Sekarang yg anak laki laki, coba kasih tahu Ustadz kenapa Ustadz Rafa mukul kalian?"
"Saya tidak sholat berjemaah, Ustadz"
"Saya bolos, Ustadz"
"Ketahuan nyontek pas ulang"
Dan masih banyak alasan konyol mereka yg membuat Azhar geleng geleng kepala. Azhar juga pernah ada di posisi mereka begitu juga dengan Rafa. Azhar mengerti yg Rafa lakukan hanya ingin membuat anak didik nya menjadi lebih baik dan tidak menyesal suatu hari nanti dengan kenalan nya sendiri.
"Jadi, setelah di hukum. Di pukul dan yg pasti akan sangat sakit, apa kalian akan bolos lagi? Nyontek lagi? Tidak sholat berjemaah lagi?" tanya Azhar.
"Tidak, Ustadz..." jawab mereka serempak.
"Nah, berarti yg Ustadz Rafa lakukan itu hanya untuk membuat kalian di siplin, supaya menjadi anak yg lebih baik. Itu nama nya tegas ya, bukan galak. Karena tidak ada guru yg galak pada anak didik nya, semua guru menyayangi anak didik nya. Kalian faham?"
"Faham, Ustadz" jawab mereka serempak.
Ya mereka faham, tapi pasti nanti nakal lagi, di hukum lagi, menyesal lagi, faham lagi itu salah tapi bisa jadi di ulangi lagi kesalahan yg sama. Begitulah manusia apa lagi yg masih anak anak. Tapi setidaknya pendidikan bisa menanamkan norma dalam kehidupan bagi anak yg bisa menjadi pedoman bagi mereka nanti.
Azhar sangat faham bagaimana rasanya menjadi mereka yg menganggap guru nya sangat menyebalkan padahal yg guru nya lakukan hanya karena mereka sangat peduli. Karena apa yg mereka ajarkan pada anak didik nya, itu akan menjadi patokan hidup mereka.
"Baiklah, sekarang waktunya istirahat. Ingat! Jangan sampai ada yg tidak sholat Ashar berjemaah"
"Baik, Ustadz Azhar". Ia
.........
Nasha sangat senang karena ia di izinkan pergi untuk berlibur oleh orang tuanya. Setidaknya Nasha bisa sedikit menghirup udara bebas dan tidak perlu memikirkan kuliah kedokteran yg membuat nya sering pingsan.
"Kak, nanti bawain aku oleh oleh ya..." seru Harry. Ia sangat senang melihat kakak nya senang, sedangkan Nasha saat ini sedang packing. Ia membawa beberapa lembar kaos, jaket, sweater, shall, jeans dan sebagainya. Membuat Harry tampak bingung.
"Memang nya di desa ada apa? Paling ada padi, jagung, kopi, singkong" ujar Naina sambil terkekeh.
"Ya siapa tahu ada apa gitu yg engga ada di kota" jawab Harry "Kakak itu mau ke desa dan cuma seminggu, kenapa kak Nasha kayak mau ke Paris aja deh. Bawa shal, baju baju tebal dan panjang"
"Setahu Kakak, di desa itu kadang cuaca nya dingin, terus nanti takut banyak nyamuk juga. Jadi ya bawa aja semua jua" jawab Nasha.
Dan suara pintu yg terbuka tiba tiba mengagetkan Nasha dan Harry. Mama mereka muncul dengan membawa beberapa buku di tangan nya. Membuat Nasha mengerutkan dahi nya apa lagi ia tahu itu adalah buku ke dokteran milik ayahnya.
"Bawa ini juga, Sha. Jadi kamu bisa sambil belajar di sana" ujar Raya yg membuat Nasha hanya bisa menghela nafas berat.
"Ma, Kak Nasha kan pengen liburan. Masak iya masih harus bawa buku buat di pelajari" ujar Harry yg kesal sendiri dengan tingkah ibu nya itu.
"Hidup itu singkat, Her. Belajar lebih baik dari pada cuma keluyuran dan foya foya" jawab Raya dan ia langsung memasukan buku buku itu ke dalam koper Nasha. Sementara Nasha hanya bisa diam, memendam rasa kesal nya sendiri. Menolak pun percuma, karena ia tahu Mama nya tak pernah mau mendengar kata 'Tidak'.
"Tapi engga harus bawa buku juga kali, Ma. Itu berat lho. Sekarang kan ada internet, Kak Nasha bisa belajar apapun lewat internet" balas Harry lagi yg sedikit memancing emosi Raya.
"Kamu kenapa sih jawab terus kalau Mama bicara? Nasha aja engga masalah, dia selalu nurut sama Mama"
"Ya itu karena..."
"Her..." Nasha segera menyela atau perdebatan ini takkan ada habis nya "Kakak engga apa apa kok bawa ini, makasih ya, Ma" ucap Nasha dengan senyum tipis yg sangat di paksakan.
"Sama sama, Sayang" jawab Raya "Oh ya, nanti Mama transfer uang ke rekening kamu ya. 50 juta cukup seminggu disana?" tanya Raya.
"Engga usah, Ma. Uang Nasha masih ada kok. Lagian kan Nasha pergi ke desa, mungkin disana engga ada tempat berbelanja seperti mall"
"Ya udah, nanti kalau butuh uang telpon aja Mama"
"Makasih, Ma" ucap Nasha. Raya mengangguk dan ia pergi dari kamar Nasha.
Nasha dan Harry hanya bisa menghela lesu. Namun Harry tampak nya sangat kesal kali ini.
"Lain kali kalau Mama tawarin uang, bilang ke Mama, Kak. Kak Nasha tuh butuh pengertian dari mereka lebih dari uang sebanyak apapun" ucap Harry emosi. Karena sejujurnya, Harry tentu juga di atur dalam segala hal. Tapi Harry selalu melawan dan membantah.
"Mungkin Mama yakin itu yg terbaik untuk Kakak, Her. Ya udahlah, sebagai anak kakak kan harus patuh"
"Tapi, Kak..."
"Engga apa apa..." jawab Nasha sambil tersenyum lebar "Bantuin Kakak tutup koper neh, susah. Kebanyakan isi nya" lanjut nya sambil tertawa hambar. Harry tahu kakak nya itu sangat tertekan, tapi selalu menutupi nya dengan tawa palsu nya itu.
▫️▫️▫️
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Arsyad Al Ghifari 🥰
ya ampuuun aku baru ngeh ini KA sky .Rafa kan keponakan Zahra dari Kaka laki lakinya Arjuna' kau ga salah dan istrinya Fatimah..
2023-10-16
0
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
kasihan ya c Nasha😔😔
2022-07-08
0
Mbak Rin
sedihnya nasha
2022-03-15
1