Di malam hari nya, Nasha ikut sholat berjemaah dengan keluarga Elin yg lain. Dan harus Nasha akui, berada di tengah keluarga Elin membuat Nasha lebih bisa merasakan yg nama nya sebuah keluarga dari pada di keluarga nya sendiri. Mereka begitu ramah, terbuka, dan saling menanyakan pendapat.
Apa lagi saat Paman Elin bertanya pada anak anak nya bagaimana sekolah nya, apakah mereka suka sekolah di sana dan sebagainya. Nasha merasa iri, dan berfikir sepupu sepupu Elin sangat beruntung karena punya orang tua yg mau tahu perasaan dan keinginan anak nya.
"Oh ya, besok sore ada kajian di kediaman nya Abi Rahman" ujar Nenek Elin.
"Siapa itu Abi Rahman?" tanya Nasha.
"Pemilik Madrasah yg tadi kita lewati itu" sambung Elin "Oh ya, Nek. Aku dengar beberapa hari yg lalu cucu nya Kiai Rahman menikah ya?"
"Iya, Ustadz Rafa yg menikah" jawab sang Nenek
"Terus yg tadi kita lihat Ustadz siapa?" tanya Nasha.
"Itu Ustadz tugasan mungkin..." jawab Elin.
"Kalian harus datang ya, mumpung ada di sini. Ikut kajian juga bagus untuk anak muda seperti kalian, biar ada ilmu agama. Karena itu sangat penting apa lagi di zaman seperti sekarang" nasehat sang Nenek yg membuat Elin dan Nasha hanya mengangguk, namun entah mereka memahami nasehat itu apa tidak "Dan kesana pakek hijab, harus tutup aurat" lanjut sang nenek lagi, lagi lagi Nasha dan Elin hanya mengangguk tak semangat.
Namun saat Nasha mengingat Ustadz tadi, mata nya tiba tiba langsung berbinar dan ia tampak sangat semangat kembali.
"Pasti hadir, Nek" ujar Nasha girang dan Elin yg melihat itu sudah bisa menebak kemana arah pemikiran Nasha.
Nasha sedikit terkejut melihat aktifitas keluarga Elin yg terbilang teratur. Sholat maghrib berjemaah, dzikir, membaca Quran sampailah Isya, sholat isya berjemaah. Dan baru lah setelah itu makan malam bersama, bahkan setelah makan malam pun mereka masih tetap berkumpul sambil menonton tv atau mengobrol.
Setelah itu, Elin membawa Nasha kembali ke kamar nya untuk beristirahat.
"Jangan begadang, besok kita harus bangun subuh" ujar Elin yg melihat Nasha malah memutuskan membuka laptop nya.
"Memang nya besok kita mau kemana sampai hari bangun sepagi itu?" tanya Nasha dan kini ia melihat hasil foto nya tadi sore.
"Sholat subuh lah, Neng. Kalau di sini, sholat selalu bersama sama dan tepat waktu. Engga ada yg nama nya bangun siang atau Nenek akan menggedor tuh pintu sampai copot"
Nasha langsung tertawa mendengar gertuan Elin itu.
"Iya, sebentar lagi aku tidur. Aku masih mau liat pangeran ku neh" ujar Nasha yg membuat Elin geleng geleng kepala.
Nasha benar benar terpana dengan ketampanan pria yg kata Elin Ustadz itu. Apa lagi tawa nya, membuat darah Nasha berdesir hangat. Nasha tak ada pernah merasa sangat menyukai sesuatu apa lagi seseorang, mungkin karena ia hidup dalam segala batasan yg di buat oleh orang tua angkat nya. Tapi sekarang, Nasha merasa sangat menyukai pria ini. Hati nya berbunga bunga, jantung nya berdebar. Dan ia tak bisa mengenyahkan wajah tampan sang Ustadz dari fikiran nya.
.........
Keesokan pagi nya, Nasha terus menguap karena ia benar benar di bangunkan saat menjelang subuh. Membuat ia merasa masih sangat mengantuk.
Bibi Elin dan Elin pun sibuk di dapur untuk membuat sarapan. Nasha ikut mengacau disana karena ia ingin membantu namun tak bisa masak.
Bibi Elin pun menyuruh Elin dan Nasha pergi membeli telur saja. Karena persediaan telur sudah habis.
"Apa toko nya lewat sekolah itu?" tanya Nasha sambil cengar cengir pada Elin.
Saat ini keduanya sudah berjalan keluar dari rumah dan menuju toko yg memang lewat sekolah itu.
"Engga usah aneh aneh deh. Kita cuma seminggu di sini..." ujar Elin.
"Ya engga apa apa, seminggu cukup buat pdkt" jawab Nasha.
"Pdkt dari Hong Kong? Setahu ku, Ustadz itu engga ada pdkt terus pacaran. Yg ada taaruf terus nikah"
"Huh?"
"Iya, mau kau nikah muda?"
"Mau banget lah kalau suami nya Ustadz yg kemaren"
"Kambuh lagi halu nya"
Nasha hanya cengengesan dan ia terus melangkah sambil masih mengoceh tentang pria yg ia lihat kemaren.
Namun saat melewati halaman sekolah, Nasha tak melihat siapapun. Mungkin karena masih sangat pagi. Padahal Nasha sangat berharap bisa melihat pria itu lagi dan mengajaknya berkenalan.
Sesampainya di toko, Elin membeli satu kilo telur dan beberapa roti.
"Kamu mau beli apa?" tanya Elin yg saat ini sedang mengambil beberapa snack cokelat.
"Ini aja deh..." ujar Nasha yg juga mengambil snack cokelat.
Setelah membayar semua nya, mereka pun kembali pulang. Dan di perjalanan pulang, hati Nasha langsung berdebar saat melihat pria itu saat ini sedang berjalan di atas rumput tanpa memakai alas kaki.
"Elin, ketemu lagi... Jodoh emang engga kemana" seru Nasha dan tanpa berfikir panjang, ia langsung menghampiri pria itu. Elin yg mencoba mencegahnya pun tak berhasil.
"Hai..." sapa Nasha girang yg tentu saja membuat pria itu langsung mengerutkan kening nya bingung. Apa lagi melihat ekspresi Nasha yg seperti teman dekat dan baru bertemu lagi setelah sekian lama.
"Ya?" pria itu merespon dengan bingung namun tetap menunjukkan senyum ramah nya. Membuat Nasha semakin melayang.
"Aku Nasha...." Nasha mengulurkan tangannya dan masih tersenyum lebar, pria itu menatap tangan Nasha tanpa berniat menyambut nya. Kemudian sambil tersenyum pria itu menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada nya. Seketika Nasha mengerti bahwa Ustadz ini takkan bersentuhan dengan yg bukan mahrom nya. Nasha pun menarik tangan nya kembali.
"Apa kabar, Nasha? Ada yg bisa ku bantu?" tanya nya formal.
Batin Nasha meronta ronta karena pria ini adalah Ustadz sejati dan sangat formal.
"Engga ada sih, cuma pengen kenalan..." ucap Nasha sejujur nya yg membuat pria di depan nya semakin bingung dengan gadis asing ini "Nama Ustadz siapa?" tanya Nasha lagi sambil mesem mesem. Membuat sang Ustadz menahan tawa nya melihat tingkah Nasha.
"Azhar, panggil aja Azhar. Engga usah ada embel embel Ustadz nya" jawab pria yg tak lain adalah Azhar itu.
Elin segera datang dan menusul Nasha.
"Maaf, dia ganggu ya" ujar Elin yg merasa malu.
"Engga kok" jawab Azhar masih dengan senyum ramah nya yg tentu senyum itu membuat mata Nasha terasa sangat segar dan sehat.
"Oh ya, ngomong ngomong..."
"Kita pamit, permisi..." ujar Elin memotong pembicaraan Nasha. Ia pun segera menarik Nasha pergi dari sana.
Sambil di seret pergi, Nasha masih sempat menoleh pada Azhar. Ia melemparkan senyum lebar sambil melambaikan tangan nya. Membuat Azhar hanya bisa menggelengkan kepala nya.
Dari sikap dan penampilan Nasha, Azhar sudah bisa menebak gadis itu adalah gadis kota.
"Ada ada aja" gumam Azhar. Namun saat melihat senyum lebar Nasha, binar mata nya, dan keceriaan wajahnya membuat Azhar tersenyum tanpa sadar.
▫️▫️▫️
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
jadi ikut senyum2 coba😚😚😚🙈🙈🙈🙈
2022-07-08
0
Nanda Lelo
calon Makmun t zar 🤭
2022-06-14
1
Maria Ulfa
Nasya yg kenalan kok aq yg senyum2 sendiri ya haduhhh, 🙈
2022-04-30
1