Yang dinantikan

Maaf, ya satu episode sebelum ini terhapus.

Jadi mungkin agak bingung sama alurnya

🌺 hem... 🌺

* * *

'' dimana Nana ?'' tanya Elisabeth pada Tatiana yang sekarang bertugas menggantikan Nana.

Tatiana menarik nafas panjang, mengumpulkan semua kesabarannya dan kembali menjelaskan jika jam shif Nana telah selesai . Sebab ini untuk yang kesekian kalinya Eliabeth bertanya akan hal yang sama.

'' Oma. Nana sedang ada urusan. Jadi hari ini dia gak bisa double shift lagi ''

Elisabeth tak perduli. Berkali-kali ia meminta Tatiana untuk memanggil Horis agar membawa Nana sekarang juga ke kamarnya.

Bian menggeleng, melihat bagaimana tingkah Elisabeth.

Ia lalu meminta Tatiana keluar agar bisa mengambil alih menenangkan sang Oma.

''Oma '' Bian terdengar begitu lembut sembari mengelus lembut punggung tangan yang ada di pegangan kursi roda.

Elisabeth memalingkan wajahnya , enggan menatap wajah cucunya .

Ia kesal karena Bian tak menepati janjinya. Kalau saja Bian datang sesuai yang ia tentukan, mungkin saja saat ini ia sudah mempertemukan mereka.

Elisabeth menghela nafas .

Kalau bukan karena Bian yang mengatakan jika ada tawaran pekerjaan di luar kota, ia tentu tak mengijinkan Bian pergi tadi malam.

'' maaf, Oma. Waktu di perjalanan pulang, Bian di telpon Adit . Dia bilang kalau dia juga pulang ke Indonesia.

Dan sudah ada di bandara.

Jadi Bian pergi jemput Adit.

Terus karena lama gak ketemu kami keasikan ngobrol sampai lupa waktu .

Sampai Bian gak sadar kalau hape Bian ngedrop '' jelas Bian.

'' cih, jadi kamu lupain janji ke Oma karena lebih pentingin teman ? '' Elisabeth menatap sinis.

Bian menekuk kedua lututnya, tersenyum lalu memeluk Elisabeth.

'' Oma kenapa sih kok gak sabaran banget pengen ketemuin dia sama Bian ?''

'' dia ? Apa maksudmu ? '' Elisabeth menatapnya heran.

' cup ' Bian mendaratkan kecupan singkat di pipi Elisabeth.

'' kamu masih gak percaya sama Oma ?

Dia itu Nana, Bian. Nana ''

Elisabeth bertambah kesal. Ia dorong wajah Bian yang sudah akan kembali mendekat untuk menciumnya lagi.

'' jangan ngambek, Oma.Nanti cantiknya habis dimakan keriput '' goda Bian yang berhasil mencium pipi Elisabeth udah kedua kalinya.

'' hentikan, Bian '' Elisabeth berusaha menghindari tapi kalah tenaga dari sang cucu.

'' gak mau, sampai Oma berhenti merajuk '' Bian masih terus menghujani ciuman secara bergantian di ke dua pipi Elisabeth .

Elisabeth perlahan melunak. Ia menyerah dan selang beberapa saat , terdengar kekehan geli karena Bian tak berhenti menciumnya.

'' hahahaha.. Bian, sudah..''

Bian pun menyudahi candaannya.

Ia tersenyum menatap Elisabeth lalu kembali mendekap tubuh ringkih itu.

* * * *

Nana tak sadar jika ia sudah melangkah semakin jauh hingga sampai di balik dinding bangunan.

'' yang benar saja ''

Nana tak habis pikir , saat mendengar suara Elisabeth yang menyerukan namanya berulang kali.

'' halo '' sambungan telponnya terhubung.

Nana mengesampingkan teriakan Elisabeth untuk menyambut telponnya.

Setelah beberapa saat, percakapan dalam sambungan telpon itu pun berakhir.

Setengah berlari ,Nana kembali ke tempat ia meninggalkan Elisabeth tadi.

Namun sudah tak ada siapapun disana.

'' Nana '' Horis mengagetkannya.

'' pak ''

'' Nyonya Elisabeth mencarimu, dia sampai berteriak memanggil namamu . Ada apa ,Nana ?

Kenapa kamu meninggalkannya? ''

'' a-anu pak, maaf saya tidak bermaksud begitu.

Sebenernya saya sudah ijin sama beliau untuk pulang karena jam kerja saya sudah selesai .

Tadi juga saya meninggalkan beliau bersama Tatiana ''

Horis menatap kesal pada Nana , mengingat Elisabeth yang sejak tadi mulai marah - marah menanyakan keberadaannya.

Tapi di satu sisi, ia juga kasihan pada Nana. Selama di tugaskan untuk merawat Elisabeth, Nana sering bekerja double shift .

'' apa hari ini kamu gak bisa bekerja double shift lagi ? '' Horis menurunkan intonasi suaranya.

Ia mencoba memaklumi. Bagaimana pun Nana sama seperti mereka yang lainnya. Ada kalanya gadis bertubuh mungil itu pasti merasa lelah dan bisa mencapai batas maksimal untuk bekerja.

'' maaf, pak. Saya hari ini benar-benar ada keperluan mendesak.

Jadi saya harap pengertian bapak. Hari ini saja.

Setelah itu saya akan berusaha bekerja seperti biasa ''

'' baik. Saya tidak tau apa keperluanmu, tapi kali ini saya kasi kamu toleransi. Sekarang kamu bisa pulang ''

Nanti menghembuskan nafas lega sambil berulang kali mengucapkan terima kasih .

Nana bergegas pulang menggunakan jasa ojek online karena Han yang masih diminta standby di DSL.

* * *

Nana sampai di rumah sakit.

Ia lega saat mengetahui jika Siti telah dipindahkan ke ruang inap biasa.

Sebelum keruangan dimana Siti berada, Nana lebih dulu diminta bertemu dokter yang menangani Siti untuk mendengarkan penjelasan yang isinya kurang lebih sama dengan yang terakhir kali doker sampaikan padanya.

'' mak '' sapa Nana pada wanita yang langsung mengembangkan senyuman ketika melihatnya memasuki ruangan.

Siti segera mendudukkan diri saat Nana telah sampai dan duduk di tepian ranjang .

'' Nana mesti penat ?

Mesti kerje, uros mak kat sini..

maaf, Nana . Mak selalu susahkan Nana '' Siti lirih berucap .Pandangannya terlihat begitu sendu tertuju pada Nana.

Nana tersenyum dan mengangguk.

'' capek banget, mak.

Makanya habis ini jangan lagi kerja apa-apa.

Jangan terima orderan kue lagi.

Mau itu dari siapapun.

Pokoknya mak, di rumah istirahat aja ''

'' em.. mak cume tak sampai ati tengok Nana kerje sorangan.Mak teringin nak bantu Nana, mak cume - ''

'' mak kasiahan gak sama aku ?''

Keduanya saling menautkan tatapan.

Siti mengangguk samar. Kedua matanya mulai berair.

'' Mak banyak kesian kan Nana .

Sebab tu' Nana.. mak minta , Nana benti - ''

'' mak nak nyerah ? ''

'' .. '' Siti mengangguk. Jika boleh memilih ia tentu ingin hidup lebih lama .Ia ingin melihat bagaimana Nana menjalani hidupnya. Lalu dengan siapa gadis cantik itu akan menikah nantinya dan memastikan Nana hidup bahagia.

Karena itu ia tak ingin menjadi beban Nana lebih lama lagi.

Ia tak mau menyusahkan Nana lebih banyak dari ini. Apalagi ia juga sudah tak tahan akan rasa sakit yang kian hari kian menyiksa.

'' padahal aku selama ini sudah berusaha. Tapi mak mau menyerah begitu saja ?

Apa ini adil ? Setelah semua yang kukorbankan, semua perjuanganku untuk menyembuhkan mak, dan-dan mak dengan gampangannya bilang mau nyerah gitu aja ? ''

'' Nana... ''

'' menurut mak apa tujuan hidupku selama ini ? ''

'' ... ''

'' aku hidup hanya untuk mak.

Aku gak pernah sekalipun berpikir tentangku.

Karena apa ? Karena sejak tau kalau aku ini bukan siapa-siapa dan gak punya apa-apa ,aku gak tau yang harus ku lakukan .

Tapi aku sadar, kalau aku masih punya mak.

Hanya mak satu-satunya orang yang perduli dan mau menemaniku yang seharusnya hidup sebatang kara ini.

Jadi kalau mak nyerah, maka aku juga akan nyerah ''

'' Nana tak bole cakap macam tu !

Dengar cakap mak baek- baek.

Nana masih muda. Banyak hal bole Nana buat ? ''

'' kenapa, mak ? Kenapa ?

Kalau pada akhirnya mak juga mau pergi ninggalin aku, kenapa gak mak lakukan dari dulu ! ?''

''Nana.. ''

'' kalau mak pergi, maka aku juga akan melakukan hal yang sama ''

Nana berdiri.

Ia terlihat kesal. Satu-satunya orang yang selama ini telah menemaninya berniat untuk pergi dan meninggalkannya.

Apa yang harus ia lakukan jika Siti benar-benar melakukan hal tersebut ?

Nana mengepal kuat kedua tangannya.

'' tadi pak Anas call. Die cakap nak datang .

Mak harap Nana tak usah bagi tau pasal mak ni ke die, ye ?''

' pak Anas ' . Iya benar. Hanya dia satu-satunya harapan yang tersisa.

Malam setelah mengantarnya waktu itu, pak Anas memang pernah beberapa kali datang untuk melihat dan memastikan bagaimana keadaannya dan Siti..

Dan semakin tahun kunjungan itu semakin jarang.

Terakhir kali mereka bertemu adalah tahun kemarin.

Pak Anas yang bisa membaca situasi juga pernah membantu walau tak seberapa.

Setelah berpikir sejenak, Nana bulat memutuskan. Untuk pertama kalinya ia akan meminta pertolongan pada seseorang. Ya, hanya dengan pak Anas saja Nana merasa tak canggung maupun sungkan menceritakan masalahnya selama ini.

'' aku keluar dulu ,mak. Mau beli makan '' ucap Nana yang langsung beranjak keluar.

Begitu ia melangkah melewati mulut pintu masuk, ia terlihat merogoh saku depan jeansnya dan mengeluarkan ponselnya.

' ftuhh ' Nana menghela nafas. Setidaknya saat ini ia masih bisa menggantungkan harapan pada pak Anas yang akan datang dalam minggu ini.

* * *

Keesokan harinya Siti sudah diperbolehkan pulang.

Nana yang seharusnya masuk shift pagi ,mau tak mau terpaksa mengubungi Horis dan meminta agar ia bisa berganti ke shift sore .

'' mak, ingat pesan dokter kan ?

Di rumah gak bole kerja apapun ,kecuali masak.

Awas aja kalau masih ngeyel '' Nana bernada mengancam sesaat sebelum ia berangkat kerja.

Wajah yang masih terlihat pucat itu mengangguk dan berusaha tersenyum selebar mungkin saat mengantar Nana hingga ke depan rumah.

Sesampainya di DSL.

Nana yang baru saja turun dari bonceng ojek bertemu dengan Han. Ia tau jika Han memang menunggunya.

'' kenapa gak angkat telponku ?'' tanya Han.

'' maaf, sibuk bantuin mak buat kue '' Nana berdalih.Jangan sampai ia keceplosan dan Han tau jika Siti baru saja masuk rumah sakit. Pikirnya.

Meski terlihat tak puas akan jawaban Nana.

Ditatapnya Nana lekat, namun gadis itu memalingkan wajahnya. Enggan membalas tatapannya .

Nana jelas ingin menghindarinya lagi.

'' Na ''

'' eng ?''

'' pacaranlah denganku ''

Seketika Nana mau menatapnya. Ekspresinya terlihat tak biasa. Menatapnya dengan sorot mata tak percaya.

'' aku serius ''

Nana menggeleng tegas.

'' maaf, Han. Tapi aku gak ada berniat punya hubungan kaya gitu ''

'' aku cuma ngajak kamu pacaran . Bukan nikah ''

'' iya. Tapi aku beneran sama sekali belum ada kepikiran mau pacaran. Ak- aku ''

'' karena kondisi kesehatan makmu ?''

'' ... ''

'' aku tau makmu masuk rumah sakit. Dia nelpon dan bilang kalau ada apa-apa, minta aku supaya jaga kamu baik-baik ''

Nana kembali memalingkan wajahnya.

Ia tak percaya Siti akan mengatakan hal seperti itu pada Han.

Hanya karena telah menjadi saksi pernyataan cinta Han waktu itu, Siti pikir tak apa jika mempercayakannya pada Han. Tapi untuk apa ?

Han memang laki-laki baik. Tapi Nana sama sekali tak miliki rasa. Dan benar-benar tak berniat pada urusan percintaan .

Baginya saat ini yang terpenting adalah mengusahakan kesembuhan Siti.

'' hanya karena mak ku bilang kaya gitu, kamu pikir aku bakalan terima perasaanmu ?

Gak, Han. Pendirian ku gak akan berubah. Aku gak mau punya hubungan apapun ''

Nana berbalik dan hendak melangkah meninggalkannya, tapi Han menahan dengan meraih lengannya.

'' kalau yang ngajak pacaran bukan aku, tapi dia ? Apa kamu juga akan nolak ? ''

Nana menatapnya heran. Han selalu saja membawa-bawa dia ketika membahas prihal perasannya.

'' siapapun yang ngajak aku pacaran , aku gak perduli , dan gak akan mau. kamu puas ?

Jadi sekarang lepaskan tanganku. Aku mau kerja ''

Han melepaskannya.

Ia biarkan Nana melangkah semakin jauh hingga sosok itu tak lagi terlihat usai memasuki pintu masuk DSL.

* * *

" hais " Nana gusar. Yang baru saja terjadi begitu menganggu pikirannya.

Kenapa juga Siti sampai berpesan seperti itu?

Kan Han jadi tambah berharap.

Gumamnya seraya berjalan menelusuri lorong menuju kamar Elisabeth.

Nana terhenti tepat didepan pintu kamar . Tangannya menggantung, bersiap menekan kenop pintu. Samar terdengar olehnya dua suara terlibat percakapan.

Jika yang satu sudah bisa dipastikan adalah suara Elisabeth, namun suara yang satu lagi juga terdengar tak asing baginya.

" bersikaplah seperti biasa, Nana "

' cklek ' Nana membuka pintu.

'' Oma '' sapa Nana dengan senyuman cerahnya.

Nana tak melanjutkan langkah masuknya.

Ia terhenti tepat di mulut dengan tangan masih memegang kenop pintu.

Didapatinya seorang pria duduk bersebelahan dengan Elisabeth di sofa.

Pria itu menatapnya lekat. Ia terlihat terkejut sama halnya dengan Nana.

Keduanya saling menautkan tatapan, dengan isi kepala yang sama-sama tengah memutar memori lima tahun silam.

Meski terdapat banyak perubahan, tapi mereka masih dapat mengenali satu sama lain.

'' Bi - Na '' keduanya sama-sama berucap.

Seketika senyum Bian merekah. Senang memenuhi seisi relung hatinya.

Ia lalu bangkit berdiri dan berjalan perlahan mendekati gadis yang menguncir kuda rambut panjangnya.

Elisabeth tersenyum sumringah .

Hatinya seperti di penuhi jutaan bunga.

Sebab inilah yang sejak kemarin ia nanti-nantikan.

Terpopuler

Comments

Jiayou🐼

Jiayou🐼

target mati selanjutnya Oma nya bian, Siti jgn ngilang dulu🤭

2021-10-18

2

Annisa lie

Annisa lie

aku juga menantikan hal yang sama thor

2021-08-16

4

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

triple like👍👍👍

2021-08-16

2

lihat semua
Episodes
1 Pemilik semua hal
2 Foto
3 Minta adik
4 Ulang tahun Nana
5 Mama
6 Tak tau pasti
7 Sendiri
8 Ada apa
9 Teman
10 Simpan sendiri
11 Pergi
12 Ditinggal sendirian
13 Suka
14 Memendam
15 Senang
16 Binar Harapan
17 Secuil harapan
18 Cara membuatmu pulang
19 Flu
20 Yang dinantikan
21 Berusaha membuat kalian berjodoh
22 Andai saja
23 Obsesi
24 Selama tinggal Nana
25 Sosok dibaliknya
26 Si pemilik hati
27 Lega
28 Love u, Bi
29 Mengkhawatirkan hal yang sama
30 Maaf, Oma
31 Saling tampar
32 Menghindar
33 Dia
34 Keadaan Siti
35 Jadikan dia milikmu
36 Uang
37 Notif tanpa henti
38 Kecewa
39 Hal tak terduga
40 Lakukan dengan caraku
41 Cucu Mantu
42 Nikahi aku
43 Bingung
44 Han merana
45 Belum berhasil
46 Berhenti menggodaku
47 Mau apa kamu
48 Caraku mencintaimu
49 Firasat yang sulit diartikan
50 Sisanya serahkan padaku
51 Tercekat
52 Salah gandeng
53 Sebaiknya
54 Berpisahlah
55 Pamit pergi
56 Sudah terlambat
57 Tidak sekarang
58 Semakin cepat semakin bagus
59 Tak ada pilihan
60 Tak siap
61 Janji
62 Berbagai rasa
63 Lebih baik
64 Pilihan
65 Sebentar lagi
66 Terakhir kalinya
67 Besok
68 Ini awal bukan akhir
69 Hampa
70 Maaf
71 Ini aneh
72 Akhir yang manis
73 Cinta terbesar
74 Aku mau pulang
75 Pengkhianat
76 Tak lagi sama
77 Biarkan mereka
78 Dasar
79 Cara membujuknya
80 Cemburu
81 Inilah saatnya
82 Pikiran kotor
83 Hujan
84 Terpaksa ikut campur
85 Memilih mundur
86 Senang sekaligus takut
87 Bertemu Besan
88 Lamaran
89 Tatapan tak biasa
90 Jika memang ini yang terbaik
91 Bergumam-gumam
92 Ada apa dengan mereka
93 Nanar
94 Cukup sampai disini
95 Terima kasih
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Pemilik semua hal
2
Foto
3
Minta adik
4
Ulang tahun Nana
5
Mama
6
Tak tau pasti
7
Sendiri
8
Ada apa
9
Teman
10
Simpan sendiri
11
Pergi
12
Ditinggal sendirian
13
Suka
14
Memendam
15
Senang
16
Binar Harapan
17
Secuil harapan
18
Cara membuatmu pulang
19
Flu
20
Yang dinantikan
21
Berusaha membuat kalian berjodoh
22
Andai saja
23
Obsesi
24
Selama tinggal Nana
25
Sosok dibaliknya
26
Si pemilik hati
27
Lega
28
Love u, Bi
29
Mengkhawatirkan hal yang sama
30
Maaf, Oma
31
Saling tampar
32
Menghindar
33
Dia
34
Keadaan Siti
35
Jadikan dia milikmu
36
Uang
37
Notif tanpa henti
38
Kecewa
39
Hal tak terduga
40
Lakukan dengan caraku
41
Cucu Mantu
42
Nikahi aku
43
Bingung
44
Han merana
45
Belum berhasil
46
Berhenti menggodaku
47
Mau apa kamu
48
Caraku mencintaimu
49
Firasat yang sulit diartikan
50
Sisanya serahkan padaku
51
Tercekat
52
Salah gandeng
53
Sebaiknya
54
Berpisahlah
55
Pamit pergi
56
Sudah terlambat
57
Tidak sekarang
58
Semakin cepat semakin bagus
59
Tak ada pilihan
60
Tak siap
61
Janji
62
Berbagai rasa
63
Lebih baik
64
Pilihan
65
Sebentar lagi
66
Terakhir kalinya
67
Besok
68
Ini awal bukan akhir
69
Hampa
70
Maaf
71
Ini aneh
72
Akhir yang manis
73
Cinta terbesar
74
Aku mau pulang
75
Pengkhianat
76
Tak lagi sama
77
Biarkan mereka
78
Dasar
79
Cara membujuknya
80
Cemburu
81
Inilah saatnya
82
Pikiran kotor
83
Hujan
84
Terpaksa ikut campur
85
Memilih mundur
86
Senang sekaligus takut
87
Bertemu Besan
88
Lamaran
89
Tatapan tak biasa
90
Jika memang ini yang terbaik
91
Bergumam-gumam
92
Ada apa dengan mereka
93
Nanar
94
Cukup sampai disini
95
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!