🌺 hem... 🌺
Trims buat dukungannya, like, hadiah n vote-nya
Dan jika berkenan selalu tinggalkan jejak 👍
* * *
Bian meletakkan ponsel pintarnya.
Ia menggeleng, berusaha membubarkan apa yang tengah menghampiri isi kepalanya.
Ia harus fokus.
Kembali ia menatap layar laptop yang menyala menampilkan pekerjaannya .
Jemari-jemari besarnya mulai menekan tombol kecil bertuliskan angka. Tapi jemari yang seharusnya sibuk ,tiba-tiba saja berhenti dan menggantung .
' ck ' pria yang mengikat rapi rambutnya itu berdecak kesal.
Sepertinya ia tak akan bisa melanjutkan pekerjaannya hari ini.
Setelah berbicara dengan Elisabeth di sambungan telepon tadi, Bian jadi kepikiran.
Hatinya resah , memikirkan suara lain yang baru saja ia dengar tadi.
" Nana.. benarkah itu dia ? "
Meski samar terdengar, tapi perasannya mengatakan jika itu Nana.
Tapi kenapa Nana bisa bersama Oma ?
Bian menghempas tubuh kekarnya di sandaran kursi, begitupun dengan nafasnya yang ia buang dengan kasar.
Mungkinkah setelah sekian lama berharap, ia akhirnya diberi kesempatan bertemu gadisnya lagi ?
" baiklah, aku akan pulang.
Tapi jika kali ini Oma berbohong lagi, maka selamanya aku gak akan pernah pulang "
* * *
DSL.
Setelah 24 jam menemani Elisabeth, Nana akhirnya bisa bernafas lega.
Hari ini adalah jadwal off yang hanya ia dapat dua minggu sekali.
Nana sempat tertegun saat akan keluar dari ruang loker usai berganti pakaian.
Tangannya sudah menggantung memegang ponsel, bersiap untuk menekan kata pesan pada aplikasi ojek online.
Tapi ia teringat perkataan Han .
'' tunggu dan jangan pergi sendiri kaya kemarin ''
' ~ ~ ~ ' ponselnya berdering dan tertera nama Han sebagai pemanggilnya.
" ya " Nana menyambutnya.
" aku uda didepan "
' tut ' panggilan terputus.
Sadar jika ia tak bisa menghindar, Nana pun melangkah pergi.
Nana keluar dari pintu samping bangunan yang memang diperuntukkan khusus untuk para karyawan.
Tampak Han tengah berbincang dengan rekan sesamanya, dan seketika menoleh pada Nana.
Han pamitan pada temannya, lalu mengambil langkah .
Han dan Nana sama-sama mendekat dan berhenti tepat dimana motor Han terparkir.
'' mau langsung pulang ?'' tanya Han.
Nana mengangguk.
Tak banyak bicara lagi, keduanya pergi meninggalkan tempat tersebut.
'' gerimis '' Nana mendongak menatap langit yang mendung.
Dirasanya titik air dari atas sana turun semakin banyak dan tak lama kemudian menjadi sebuah hujan yang deras.
Han menambah kecepatan dan mengedarkan pandang untuk mencari tempat berteduh. Ia menepi dan berhenti didepan teras ruko yang belum dibuka. Karena waktu masih terbilang pagi , banyak toko dan bangunan di pinggir jalan belum mulai beraktivitas.
'' dia basah ''
' glek ' jakunnya turun sekali mendapati pemandangan luar biasa. Bagian tubuh belakang Nana basah dan samar memperlihatkan warna **********.
Sebagai lelaki normal ia tentu senang dan ingin lebih lama menikmatinya. Tapi disaat bersamaan ia khawatir Nana akan masuk angin .
Karena itu, Hanpun melepas jaketnya dan memberikannya untuk Nana kenakan.
Ia pun tak rela jika ada mata lain yang melihat hal tadi.
'' hujannya deras banget '' ucap Nana melihat ke sekitarnya .
Jalanan tampak sepi tertutup miliaran air yang turun begitu deras. Banyak kendaraan roda dua menepi sama seperti yang mereka lakukan. Hanya terlihat mobil saja yang sesekali lewat.
Nana bergidik, hawa sejuk telah menembus ke dalam permukaan kulitnya. Dingin menyelimuti semua indra perasannya.
'' Han '' Nana menoleh pada pria yang ia tau sejak tadi memperhatikannya.
'' eng ?''
keduanya saling menatap.
'' kayanya hujannya bakalan lama.
Kita trobos aja gimana ? Lagian kita juga uda basah ''
'' ... ''
'' kamu bawa motornya pelan-pelan aja ?''
'' kalau nanti kamu sakit gimana ?''
'' itu urusan nanti. Toh sama aja kalau kita nunggu juga tetap kedinginan .
Hujannya juga gak tau kapan berhenti ''
Nana benar. Kondisi mereka sudah terlanjur basah, kalaupun menunggu juga tetap akan kedinginan.
Han lantas setuju.
'' tapi kamu harus peluk aku '' ucap Han membuat Nana melebarkan kedua matanya.
'' pe-peluk gimana ?''
Han tersenyum.
'' jangan salah paham. Aku titip dompet sama handphone aku ke kamu, terus biar gak basah , tas kamu taro ditengah.
Kamu juga duduknya harus memepet ke aku ''
Nana mengangguk. Masuk akal tapi kenapa terkesan seperti modus.
Tapi, ah masa bodoh.
Ia ingin segera pulang. Ia lelah dan ingin tidur. Semalam ia tak begitu bisa beristirahat karena harus meladeni Elisabeth yang terus mengoceh tentang Bian .
Hujan masih turun dengan sangat deras. Han memacu kendaraanya dengan sangat perlahan.
Han menunduk sesaat melihat pada tangan yang melingkar erat di pinggangnya.
Ia tersenyum sembari menegakkan kepalanya.
Dapat ia rasakan pula bagian depan tubuh gadis itu menekan punggungnya. Kenyal dan empuk. Han menggeleng, hampir saja ia berlonjak karena girang.
Ingin rasanya ia memutar jalan agar perjalanan mereka bertambah lama .
Supaya ia dapat lebih lama diposisi seperti ini.
Tapi apalah daya.
Meski ia sudah melambatkan ke kendaraannya ,tetap saja waktu terasa berlalu begitu cepat .
Kini mereka sudah sampai didepan rumah Nana.
Dengan cepat gadis itu turun dari boncengan dan langsung masuk kedalam rumah.
Han menatapnya masih dengan senyuman yang tak luntur sejak tadi meski dibawah guyuran air hujan.
Kemudian Han menancap gas dan pergi.
Baru beberapa detik berlalu, pintu rumah kembali terbuka dan Nana keluar dengan berlari.
'' Haaaaannn... '' masih terlihat olehnya punggung Han yang semakin jauh. Tak Nana hiraukan hujan , karena memang ia pun sudah basah.
'' Nana... '' panggil Siti yang berdiri di mulut pintu dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
Nana berbalik dan kembali masuk.
" dompet sama hapenya ketinggalan '' ucapnya pada Siti.
* * *
Hujan turun seharian.
Beruntung Nana sudah berada di rumah meski pulang dalam keadaan basah kuyup karena harus menerobos hujan.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Nana yang lelah , memilih untuk tidur . Apalagi dengan susana yang sangat mendukung.
Begitu lelapnya tertidur, ia pun tak menyadari jika waktu sudah menanjak sore.
Hujan telah berhenti dan hanya menyisakan becek diluar sana.
" Nana.. " Siti menggoyang tubuh yang ditutupi selimut itu dengan perlahan.
Nana menggeliat, lalu membuka bagian atas dan menyembulkan kepalanya.
" ade Han "
" eng " Nana mencoba memperjelas penglihatannya.
" lekas bangun. Dah lama pun kau ni tidok ?
Bile malam tak dapat tidok , em' baru tau rase ''
'' iya, iyah ini bangun '' Nana memaksa bangkit berdiri. Ia ambil dompet dan ponsel milik Han lalu membawanya keluar kamar.
Didapatinya Han yang duduk di sofa ruang tengah dan menyapa ' Hai ' padanya.
Nana mendudukkan diri di sampaing Han, lalu menyerahkan dompet dan ponsel tadi pada pemiliknya.
'' tau aja ,aku datang buat ambil ini '' ucap Han setelah itu mengucapkan terima kasih.
Nana menyenderkan duduknya, dan memalingkan wajahnya ke pintu rumah yang terbuka.
'' Han '' Nana melihat keluar dimana hujan meninggalkan hawa sejuk yang terasa hingga ke dalam rumah.
Han menatapnya.
Diam beberapa saat hingga Siti datang menghampiri membawa nampan .
Sebuah piring berisi potongan kue berbahan dasar coklat serta dua gelas teh hangat ia letakan di atas meja.
'' mak tadi buat brownies '' Siti menawarkan apa yang ia bawa.
Namun dua orang yang ia sapa sama sekali tak menghiraukannya.
Siti tampak heran. Han menatap Nana, sementara yang diperhatikan tengah melihat ke arah lain.
'' bukannya kita uda janji gak akan melibatkan perasaan di pertemanan ini ? ''
'' hem '' Han mengangguk, teringat janji bodoh yang pernah dengan mudah ia ucapkan dulu.
'' aku bisa menahan diri , asal kamu janji gak akan bersikap menghindariku seperti kemarin ''
'' ... ''
'' kalau kamu gak bisa, maka akupun gak bisa menepati janji itu ''
'' tapi, Han - ''
'' padahal aku belum benar-benar mengutarakan perasaanku , tapi kamu uda terang-terangan menolak bahkan langsung menjauhiku.
Apa segitunya kau tak menyukaiku ?''
Nana menghela nafas dengan kasar.
'' sebagai teman, aku menyukaimu.
Tapi jika suka dalam artian lain, maaf Han.
Aku gak bisa ''
'' aku gak minta sekarang, Na. Aku juga udah pernah bilang kalau aku akan nunggu, kan ?
Jadi, apa tidak bisa kita bersikap seperti biasa ?
Seperti sebelumnya !?
Aku gak mau kita seperti ini ! ''
'' aku cuma gak mau kamu justru semakin banyak berharap dan jadi salah paham ''
'' aku sudah lama punya harapan itu, Na.
Dan selama ini aku selalu berusaha menahannya.
Tapi sikapmu yang tiba-tiba berubah, membuatku tak bisa lagi menahannya.
Kau yang memaksaku untuk menunjukkan dan harus mengatakannya ''
'' kalau begitu bersikaplah selayaknya teman!
Tidak berlebihan dalam perhatian kaya gini.
Asal kamu taub! Perhatianmu yang berlebihan itu buat aku gak nyaman.
Karena itu aku ingin menjaga jarak denganmu''
Diam kembali melanda. Nana dan Han sama sekali tak memperdulikan Siti yang terpaku ditempatnya berdiri, menjadi saksi dan pendengar perdebatan mereka .
'' jadi, kamu mau bilang perhatianku buat kamu merasa gak nyaman ? ''
'' iya. Karena kamu mulai berlebihan ''
'' jadi aku harus gimana biar kamu ngerasa nyaman sama aku ?''
'' bersikaplah sewajarnya, Han.
Layaknya teman. Bukan seperti lawan jenis .Pandangan aku sebagai teman bukan perempuan ''
'' kamu pikir itu masuk akal ? Kamu pikir uda berapa lama kita bersama ? Mak-maksduku berteman !?
Kamu sendiri tau gimana rasanya mendem rasa sama sahabat sendiri ? ''
..
'' kamu benar. Aku sendiri juga kaya kamu ''
'' ... ''
'' maaf, Han.
Semuanya salahku .Seharusnya dari awal kita gak bole terlalu dekat''
'' Gak ada yang salah disini .
Aku yang memang ingin berteman denganmu dan aku juga uda sengaja mendekatimu ''
'' Han, cukup !'' Nana tak tahan lagi. Ia menegakkan tubuh dan berbalik berhadapan dengan Han.
'' aku suka sama kamu.
Uda lama aku nahan untuk bilang kalau aku sayang sama kamu.
Aku cinta kamu, Nana ''
Nana tak percaya. Pertahanan Han runtuh. Han benar-benar menyatakan perasannya.
Sekarang apa yang harus ia lakukan ? Ia sadar, jika ialah yang menyebabkan keadaan diantara mereka jadi seperti ini.
Nana menyesal. Jika tau persahabatan mereka akan berujung dengan pernyataan cinta, mungkin sedari awal ia tak akan pernah menjalin pertemanan yang begitu akrab dengan Han.
'' aku gak bisa. Dan mungkin sampai kapanpun gak bisa nerima perasaanmu ''
'' aku gak berharap kamu jawab sekarang.
Yang penting kamu uda tau . Itu aja uda lebih dari cukup.
Jadi, bersikaplah seperti biasa dan jangan menjaga jarak kalau kamu gak mau aku lakukan lebih dari ini ''
Sore itu perdebatan keduanya menggantung. Nana berhenti menanggapi dan memilih diam. Karena ia sadar, apapun yang ia katakan Han akan tetap pada pendiriannya.
* * *
Hari berganti. Sama seperti kemarin. Hari ini pun hujan seharian.
'' ha-ha-haaachiiiiiihh '' Nana mulai bersin sejak semalam.Patu karena ia kemarin pulang berhujan.
Beruntung ia masih dihari liburnya .
Jadi ia pun memanfaatkan sisa liburnya untuk beristirahat dengan tak lupa minum obat agar flunya tidak bertambah parah.
Keesokan harinya, Nana masih merasa hidungnya mampet disertai gatal yang membuatnya sesekali bersin .
Namun Nana tetap harus bekerja dengan menggunakan masker.
Han yang menjemput untuk berangkat bersama sempat menyarankan untuk ijin tak masuk kerja.
Tapi Nana menolak karena merasa ini hanya sisa-sisa flu yang kemarin saja. Begitu ia menjawab kekhawatiran Han dan Siti.
'' kamu kok pake masker ? Kamu sakit ?'' tanya Horis saat Nana baru saja memasuki ruangan khusus untuk para petugas VVIP untuk absen .
'' eng-anu pak.. saya cuma sedikit flu.
Tapi gak parah kok ''
'' kamu lupa peraturannya ?
Petugas VVIP yang sedang dalam kondisi tidak fit tidak boleh menangani para lansia.
Imun mereka sudah lemah dan sangat rentan pada penyakit yang mudah menular ''
'' iya, pak maaf ''
'' Ya, uda kamu sementara diruangan saja bantu pak Tantan ngawas.
Biar yang lain gantiin tugas kamu hari ini .
Ingat jangan keluar ruangan dan jangan lepas masker. Saya gak mau petugas lain tertular flu ''
'' iya, pak.
Tap-tapi apa gak apa-apa pak ?''
'' gak papa maksudnya ? ''
'' anu -itu - nyonya Elisabeth ''
'' saya rasa kalau cuma sehari seharusnya gak jadi masalah . Berharap saja beliau mau mengerti ''
'' itu, maksud saya , gimana kalau nanti nyonya Elisabeth nyariin saya ? ''
'' dari kamu off juga dia uda nyariin.
Tapi mau gimana lagi. Kamu karyawan juga berhak libur. Dan itu sudah ketetapan disini.
Menjamin hak karyawan dan tidak memaksakan tugas berlebihan meskipun kamu dibayar lembur.
Lagian saya rasa dia gak akan merengek karena sekarang ada keluarganya yang nemanin ''
'' ada keluarganya yang nemanin ? ''
'' iya, tadi malam cucu laki-lakinya datang.
Mungkin sementara akan tinggal nemanin Omanya disini.
Yaahh.. setidaknya kita gak perlu mengutamakan dia sementara waktu.
Karena kamupun tau sediri, kalau dia adalah salah satu penghuni VVIP yang paling susah diatur '' jelas pria berusia 50 tahun itu terlihat lega .
Horis lalu bercerita singkat tentang ulah Elisabeth yang membuat seluruh bagian VVIP kewalahan.
Itu saat Nana belum bekerja di DSL.
Dengan berbagai alasan, wanita tua itu pernah menolak untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, hingga tak mau makan.
Namun sejak bertemu Nana, semuanya jadi lebih baik.
'' dia kenalanmu ?'' tanya Horis.
Pertanyaan yang sama yang sempat dilontarkan oleh rekan sesamanya .
Nana mengangguk dan menjawab yang sebenarnya. Jika Elisabeth adalah Oma dari sahabatnya dulu.
Nana lalu ditinggal diruangan yang hanya ada dirinya saja. Sementara rekan lainnya sudah menjalankan tugas mereka masing-masing. Termaksud pak Tantan yang harus menggantikan beberapa tugas rutinya hari ini.
Nana termenung sesaat,memikirkan ucapan Horis tentang Elisabeth .
" keluarganya ? cucu laki-lakinya ? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Annisa lie
kasihan oma bila dianggap pembohong dan di tinggal dipanti jimpo
2021-08-13
2
Annisa lie
semoga biisa ketemuuu bian
2021-08-13
2
pecinta hijau
next semangat 💪😊
2021-08-12
2