🌺 hem... 🌺
* * *
'' engh. engh. engh hhhh... arghhhhhhhh '' murka Nana yang terdengar hingga keluar ruangan.
' brak ' pintu dibuka dengan kasar. Siti dengan langkah cepat masuk , membuat Nana terkejut hingga reflek menjatuhkan bokongnya di atas tempat tidur .
'' uda dibilangin berapa kali, kalau masuk ketuk pintu dulu Sitiiiiiiiii '' Nana menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.
'' ape hal, Nana teriak kecang sangat ?'' Siti memperhatikan Nana dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
'' gak ada apa-apa , Sitiiiii ''
'' tak de' ape-ape napa pulak Nana teriak , em ?'' Siti mendekat . Ia penasaran. Nana seperti tengah menyembunyikan sesuatu dibalik selimut.
'' tu '' Nana menunjuk dengan ujung bibirnya pada celana jeans yang tergeletak di lantai.
Siti melihat pada apa yang Nana maksud .Ia mengangguk perlahan lalu kembali menatap Nana.
Perlahan rasa khawatirnya pun hilang dan berganti dengan geli yang mulai menggelitik. Ia ingin tertawa namun sebisa mungkin ia tahan karena tak ingin membuat Nana marah.
'' dasar kualitas murahan ! Masa baru seminggu beli kok uda mengkerut '' umpat Nana dengan kesalnya.
Siti dengan hati-hati membawa kedua tangannya kebalik tubuhnya, menyatukan lalu meremas jemari yang ia tautkan.
Ia sungguh tengah berusaha keras agar tak tertawa.
Bagaimana mungkin celana berbahan karet yang baru mereka beli waktu itu bisa mengkerut .
Padahal waktu Nana mencobanya masih sedikit longgar.
Dasar, Nana. Siti menggeleng kecil.
'' apa ? Apa ? Mau ketawa ?
Mau bilang Nana gendutan lagi ? '' wajah Nana merah padam. Malu mengingat bagaimana tadi ia berusaha untuk mengenakan celana yang tak bisa dikancingkan.
'' dah, la tu.. pake je yang ade.
Nanti mak ajak belikan yang baru. Nana nak langsung, kite pegi shoping lagi '' Siti membelai lembut rambut legam Nana .
'' uda gak ada lagi celana yang muat.. '' Nana bernada rendah sambil menatap lemari baju yang isinya berhamburan di atas ranjang bahkan sampai teronggok dilantai.
Siti menggeleng.
'' rok ? Atau dress ?
Mesti Nana nanti nampak comel '' Siti memberi saran.
'' comel.comel. Bilang cantik napa susahnya sih ?
Ah, udah ah.
Siti keluar, gih ! Aku mau ganti baju ''
Siti pun keluar.
15 meniti kemudian, Nana keluar dengan
mengenakan terusan merah selutut tanpa lengan.
Sungguh perpaduan yang sempurna di kulit putihnya.
Membuatnya terlihat manis dan begitu menggemaskan.
'' nanti kalau papa pulang bilang Nana ke rumah Adit, ya '' pamit Nana pada ibu tirinya yang sedang berkebun dihalaman samping rumah.
Ketimbang bersosialita dengan para ibu-ibu pejabat lainnya, Siti memang lebih senang menyibukkan diri di rumah. Salah satunya adalah memanfaatkan sisa lahan yang ada di sisi kediamannya dengan bertanam aneka bunga dan juga sayuran.
'' em. Ati-ati , ye.
Jangan pulang larut sangat tau '' Siti melambai yang dibalas Nana dengan teriakan ' iya ' .
Tak lama setelah Nana pergi, terdengar sebuah mesin mobil yang sepertinya berhenti didepan rumah .
Situ pun menghentikan aktifitasnya untuk mengecek siapa gerangan yang datang.
'' mak, cik '' Bian menyapa saat security membuka gerbang dan tampak Siti olehnya .
'' Bian ?''
'' Nana nya, ada mak Cik ?''
'' Nana baru je' pegi ''
'' pergi ? Pergi kemana mak cik ?''
'' rumah Adit . Kalau tak salah tadi dia cakap nak tengok baby ''
Bian yang paham akan maksud Siti itupun langsung pamit untuk menyusul Nana kerumah Adit.
* * *
Di rumah dua lantai yang terletak di sebuah komplek perumahan elit , tampak Nana yang baru saja turun dari mobil.
Ia melenggang dengan langkah ringan . Nana terlihat begitu senang.
Belakang ini Nana memang sering ke rumah Adit.
Jika sebelumnya ia datang bersama Bian, kali ini datang sendiri karena Bian yang harus ke bandara untuk menjemput kakaknya yang datang dari Kanada .
'' hai, Dit '' sapanya pada Adit yang sudah menunggu di mulut pintu.
Adit menyambutnya dengan senyuman .
Nana terlihat cantik dan juga seperti biasa selalu saja menggemaskan.
Mereka lalu masuk dan langsung menaiki tangga menuju lantai dua rumah tersebut.
Adit yang berjalan beberapa langkah didepan, menuntun Nana memasuki sebuah ruangan yang dindingnya dicat berwarna biru laut, dengan stiker tokoh-tokoh kartun yang lucu.
Ditengahnya terdapat box bayi dan di sudut ruangan diletakan lemari penyimpanan beragam kebutuhan dan juga keperluan bayi.
Tampak seorang wanita duduk di kursi goyang yang ada disisi jendela . Ia tampaknya sedang menyusui si penghuni kamar tersebut.
'' tante '' sapa Nana pada Ida , ibu dari Adit yang baru saja melahirkan anak ketiganya.
Ida adalah seorang ibu rumah tangga sementara sang suami yang merupakan seorang insinyur bekerja di pertambangan yang ada di Dubai.
Begitupun dengan Rara anak sulungnya yang saat ini tengah mengeyam pendidikan di Dubai sekaligus menemani sang ayah .
Dan rencananya jika nanti Adit lulus sekolah , mereka akan menyusul untuk pindah dan menetap disana.
Nana mendekat. Ia tak sabar ingin melihat mahluk kecil yang menurutnya adalah hal paling indah di dunia ini.
Inilah alasan kenapa Nana sering ke rumah Adit.
'' owghhhhh.... lucunya, kamuuuuu '' Nana menyentuh pipi bayi yang baru berusia empat puluh hari itu dengan telunjuknya.
'' Nana suka bayi, ya ?'' Ida bertanya usai membenahi pakaiannya yang tadi terbuka .
Nana mengangguk dengan pandangan tak berpaling dari si bayi.
'' kenapa gak minta sama papa ?''
Nana mengangkat kedua bahunya. Ia pernah mengatakan ingin punya adik, namun tak ada respon dari kedua orang tuanya.
Ia sendiri pun bingung. Entah apa penyebab mereka yang telah 7 tahun menikah namun tak kunjung juga memiliki momongan.
'' permisiiii '' suara khas yang membuat mereka semua seketika menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka.
Bian masuk sembari tersenyum. Ia lebih dulu memberi salam dan menyapa Ida.
'' ada-ada aja kalian ini, ya ?
Masa malam minggu pada ngumpul buat nengokin bayi ? ''
Ida beranjak dari duduknya, lalu menyerahkan bayi laki-lakinya pada Adit.
'' tante tinggal dulu ya '' Ida berlalu meninggalkan tiga remaja itu diruangan bayinya.
Nana mendekat, merapatkan tubuh pada Adit untuk melihat si bayi .Nana tak berhenti tersenyum. Ia menatap penuh takjub pada sosok mungil itu.
Adit yang menggendong sembari menggoyangkan tubuhnya justru memperhatikan Nana yang mulutnya tak berhenti menimang .
Begitupun dengan Bian yang tersenyum sembari menggeleng melihat tingkah Nana.
Perlahan mata si bayi mulai meredup .
Dan si bayi pun tertidur . Adit lalu meletakkannya dengan penuh hati-hati ke dalam box.
Agar tak menganggu tidur si bayi, mereka bertiga lalu pindah ke luar ruangan.
Mereka duduk di kursi yang mengitari meja bundar yang ada di balkon .
'' senang, ya punya adek kaya kamu '' ucap Nana menilik Adit.
Laki-laki itu tersenyum, lalu menyodorkannya toples berisi cemilan pada Nana yang langsung diambil sembari mengucapkan terima kasih.
'' mau ? Minta sana sama mak Siti mu '' ucap Bian yang tangannya masuk kedalam toples untuk ikut menikmati cemilan yang ada di pegangan Nana.
'' aku uda pernah bilang mau punya adek.
Tapi mereka gak ngomong apa-apa.
Uda tujuh tahun mereka nikah tapi si Siti gak juga hamil ?
Apa segitu susahnya ya, buat bayi ? ''
Adit dan Bian tergelak, saling menatap lalu beralih melihat ekspresi polos Nana.
Keduanya menggeleng sambil tertawa kecil, karena sepertinya gadis itu berucap tanpa tau artinya.
'' gak papa lagi jadi anak tunggal.
Kan enak jadi prioritas. Gak kaya aku ni..
Apa-apa harus kakak ku yang lebih didahulukan '' ucap Bian mengingat kondisi keluarganya.
Sama seperti Adit, orang tua Bian pun harus bekerja diluar negeri. Tapi bukan hanya ayahnya saja, sang ibu pun ikut menemani ayahnya yang merupakan orang kepercayaan dari seorang miliarder yang memiliki beberapa kasino di Macau.
Karena kesibukan orang tuanya, Bian yang saat itu baru berumur tiga tahun dibawa oleh sang oma,ibu dari ibunya untuk tinggal di Indonesia.
Sementara kakak perempuannya memilih tinggal bersama sang nenek yang merupakan orang tua dari ayahnya.
Hanya sesekali saja mereka akan berkumpul saat ada kelonggaran di jadwal kerja orang tua mereka.
Dan biasanya Bian dan sang kakaklah yang akan pergi ke tempat dimana kedua orang tua mereka berada untuk melepas rindu dan juga liburan keluarga sekedarnya.
*
'' katanya kamu harus jemput kakakmu ?'' tanya Adit pada Bian.
'' pesawatnya delay. Mungkin tengah malam baru dia nyampe ''
Adit mengangguk, lalu melemparkan tatapan pada Nana yang nyengir sambil menunjukan toples yang sudah kosong.
'' oh, iya '' Bian mengeluarkan sesuatu dari saku sweaternya lalu ia berikan pada Nana.
'' mkasi, Bi. I love u '' Nana tersenyum sumringah menerima sebuah kotak kecil kemasan coklat kesukaannya.
'' love u too ''
Adit yang melihat itu menunduk. Padahal ia sudah sering mendengarnya. Namun tetap saja tak pernah terbiasa dan anehnya ia justru merasa tak suka .
Ia sendiri pun tak tau kapan mereka mulai menggunakan kalimat yang diartikan sebagai ungkapan cinta .
Nana terlalu polos . Setiap kali Bian memberikan sesuatu , gadis itu akan dengan mudahnya mengatakan ' i love u ' sebagai bentuk terima kasih .
Ya, Nana memang tak pernah memikirkan hal lain. Apalagi soal cinta yang masih sangat tabu baginya. Karena itu makna ' I love u '- pun ia anggap hanya bentuk rasa sayangnya pada Bian sebagai sahabatnya.
Nana membuka dan mengeluarkan isinya yang merupakan coklat mini berukuran persegi kemudian memasukkannya kedalam mulut.
Dengan mata terpejam, bibir yang ia kulum dalam, Nana nampak begitu menikmati cemilan yang berasal dari Jerman itu.
Nana sama sekali tak menyadari,jika dua laki-laki yang duduk kanan dan kirinya memperhatikan tanpa berkedip.
* * *
Nana pulang diantara oleh Bian.
Sesampainya di rumah ia tak lantas ke kamar, melainkan menuju ke kamar orang tuanya.
'' papaaaaaaa... '' Nana yang sudah berada didepan pintu kamar.
' klak.klak.' Nana menekan ganggang pintu namun tak terbuka karena sepertinya dikunci dari dalam.
Nana mendengus kesal. Berbeda dengannya yang jarang mengunci kamar, kamar orang tuanya memang selalu terkunci rapat.
Nana pun berbalik dan hendak menuju ke kamarnya. Dan ketika baru beberapa langkah , suara pintu kamar terdengar dibuka. Nana pun berbalik.
Tampak kedua orang tuanya keluar secara bersamaan . Mereka terlihat rapi sepertinya bersiap akan keluar.
'' papa dan mama mau ke jamuan makan malam '' ucap pak Andre pada anak gadisnya yang menanggapi dengan mengangguk .
'' Nana nak mak bawakan sesuatu tak nanti ?'' tawar Siti seperti biasa . Ia mendekat lalu membelai pipi Nana.
Nana menggeleng.
'' pa ''
Pak Andre menoleh. Diperhatikannya Nana yang gelagatnya tampak mencurigakan.
'' em ? Apa ? Mau apa lagi, kamu ?''
'' em... soal hadiah ulang tahun - ''
'' kan papa bilang tunggu habis kelulusan '' pak Andre menggeleng, enggan meladeni Nana karena ia yang sedang diburu waktu. Ia pun mengajak sang istri untuk bergegas.
'' Nana cuma mau bilang gak akan minta apa-apa, kok '' ucap Nana membuat pak Andre tak jadi melangkah.
Pasangan suami istri itupun saling menatap heran.
'' tapi ...''
Sudah mereka duga. Nana tak mungkin tak meminta sesuatu sebagai gantinya.
'' Nana pengen punya adek '' Nana tersenyum dengan kedua tangan ia satukan sejajar dada, layaknya seorang yang tengah memohon.
Diam sesaat.
'' Nana janji cuma minta iniiiiii, aja.
Dan seterusnya gak akan minta apa-apa lagi '' Nana terlihat bersungguh-sungguh.
Seperkian detik berlalu dan Nana tak mendapat jawaban dan respon seperti yang ia harapkan.
Nana pun melunturkan senyumannya.
Menatap kedua orang tuanya yang tetap diam dan pergi meninggalkannya.
* * *
Di perjalanan, pak Andre yang memilih untuk membawa sendiri Mercedesnya ke tempat tujuan tampak begitu fokus menyetir.
Sedangkan wanita bergaun navy selutut yang duduk disampingnya, sejak tadi tak berhenti memperhatikannya.
Pak Andre terlihat beberapa kali mengerutkan kening.
Siti tau suaminya pasti memikirkan permintaan Nana tadi.
Wajar bagi siapapun mempertanyakan hal tersebut, mengingat usia pernikahan mereka yang kini menginjak tahun ke delapan.
'' abang '' Siti membelai lembut lengan suami yang setinggi batas telinganya.
Pak Andre memalingkan wajahnya sesaat.
Ia menghela nafas dan memilih untuk kembali fokus menyetir.
Hingga mobil yang mereka kendarai terpaksa berhenti karena terjebak macet di perempat lampu merah.
'' suatu saat dia harus tau '' Pak Andre tau apa yang sedang coba istrinya mulai bicarakan tadi.
'' jangan, la bang. Kesian Nana ''
'' Siti - - '' ucap pak Andre tertahan.
'' abang ''
'' posisiku sedang terjepit. Kau tau yang harus kau lakukan jika sesuatu terjadi padaku kan ?''
'' abang. Jangan la cakap macam tu.
Abang dah janji nak jaga Siti dan Nana , kan ?
Mana abang bole ingkar, tau ! ?
Abang tak bole menyerah.
Abang mesti berusaha.
Siti yakin, kita pasti bole lalui ini semue ''
'' Siti, ak- aku.. aku minta maaf. Tapi sepertinya aku juga sudah diambang batas kemampuanku . Terlalu banyak hal yang sudah kulakukan . Dan aku sudah tak sanggup lagi ''
'' abang.. ''
'' ketamakanku sudah membawaku kedalam lingkaran dosa yang tak terhitung jumlahnya.
Mungkin sudah waktunya aku harus menebusnya.
Maafkan aku karena telah membawamu masuk kedalam hidupku yang penuh dosa ini ''
'' ab-abang... terlepas dari apapun yang abang lakukan. Siti tak perduli.
Karena bagi Siti abang tu penyelamat dalam hidup Siti ''
Siti mulai sesenggukan.
'' berjanjilah untuk menjalani hidupmu dengan baik nantinya.
Jangan lagi melihat kebelakang. Tinggalkan semua dan kembalilah ke negara mu ''
'' tak lah, bang. Apapun keadaannya Siti akan selalu kat sini. Siti kan bertahan di samping abang dan akan selalu jaga Nana ''
'' Siti, kau masih muda dan perjalananmu masih sangat panjang . Jangan sia-siakan itu semua hanya untuk hal yang sama sekali bukan tanggung jawabmu ''
'' hiks.. Abang.. ''
'' jangan menangis. Nanti riasanmu berantakan '' pak Andre mengusap lembut pipi siti yang lembab.
'' abang- abang mesti janji tak kan tinggalkan kami ye..janji, bang ? ''
Pak Andre menggeleng. Sebagai suami dan juga seorang ayah,ia tentu tak mau meninggalkan tanggung jawab terhadap anak dan juga istrinya.
Tapi ia tak berdaya.
Karena apa yang sedang menantinya adalah sesuatu yang ia tau akan mengubah segalanya.
Dan itu semua adalah konsekuensi yang harus ia tanggung atas perbuatannya.
'' Nana... '' Siti semakin sesenggukan ketika wajah polos Nana mulai mengitari kepalanya.
Entah bagaimana wajah yang selalu ceria itu akan berubah ke ekspresi yang tak sanggup ia bayangkan.
Hatinya sakit sebab ia begitu menyayangi Nana . Sangat tulus. Sejak pertama kali bertemu dengan gadis yang kerap ia sebut ' comel ' itu, ia sudah jatuh cinta dan langsung menautkan hatinya pada Nana.
Ia pun berjanji dalam dirinya akan berusaha menjadi ibu pengganti yang senantiasa memberi cinta dan juga perhatian pada Nana.
Ia tau, meski Nana kerap kali bersikap kasar padanya namun anak itu tak pernah kelewat batas.
Hubungan mereka pun kini sudah jauh lebih baik .Ia sudah semakin dekat dan rasanya jalinan kasih diantara mereka pun kian erat, layaknya ibu dan anak sesungguhnya.
Siti tertunduk, jemarinya meremas ujung gaunnya.
Hatinya kian pilu memikirkan akan bagaimana nasib anak tirinya nanti.
Nana hanya gadis belia yang tak tau apa-apa .
Ia tak ada beban. Hidupnya terlihat baik karena memang selama ini selalu diberikan yang terbaik.
Sanggupkah Nana menghadapi apa yang sebentar lagi akan terjadi ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Siti Sa'diah
korupsikah bang andrenya?
2023-03-03
0
Jo Doang
nama pasti kuat seiringnya waktu berjalan
2021-10-19
2
Jiayou🐼
main Character cewek emang keren lah. .
2021-10-16
3