🌺 hem.. 🌺
'' apaan, sih dari tadi ngeliatin kaya gitu ? '' ucap Bian heran karena sejak tadi Nana terus menatapnya.
'' gak papa '' Nana memalingkan wajahnya sembari menggeleng.
'' ada apa, sih Na ? Coba deh cerita ke aku... '' melirik Nana sesaat kemudian kembali melihat ke depan.
Diam. Nana bergeming.
Bian tau, pasti ada sesuatu yang telah terjadi.Jika tidak, Nana tak mungkin terlihat muram seperti itu.
Namun ia tak berdaya memaksa Nana bicara.
Bian menghela nafas.
" kita cari makan dulu, ya.. aku lapar " ucap Bian yang membelokkan stirnya memasuki sebuah restoran seafood.
Mobil berhenti di parkiran. Bian dan Nana keluar bersamaan dan langsung melangkah memasuki rumah makan yang menyajikan aneka hidangan binatang laut.
Keduanya memilih duduk disalah satu meja dengan dua kursi yang saling berhadapan.
'' kok, kamu cuma pesan nasi putih sama telur dadar ? '' tanya Bian heran saat Nana menyebutkan pesanannya pada pramusaji.
Nana tersenyum singkat dan mengucapkan sekali lagi pesanannya pada wanita yang terlihat ragu untuk mencatat.
'' kok, pesannya banyak amat, Bi ? Siapa yang makan ? '' tanya Nana saat giliran Bian menyebut pesanannya dengan menu tambahan.
'' ya, kamulah. Masa kamu makan cuma pake telur dadar , doang ? Pantas aja kamu kurus ''
'' bukannya perempuan kurus itu cantik , ya ?''
'' kamu itu cantik, Nana.Gak perduli bagaimana pun,kamu tetap terlihat cantik.
Tapi aku gak suka aja kalau kamu kurus ''
Nana tersenyum kecut.
Tak lama kemudian, makanan pun datang dan memenuhi meja.
Seperti biasa Bian selalu menghangatkan suasana dengan obrolannya.
Dan disela-sela bicaranya, ia selalu menyelipkan perhatian pada Nana. Piring Nana tak bisa kosong. Karena setiap kali Nana menghabiskan makanannya, Bian akan mengambil lalu mengisinya lagi dengan makanan lainnya.
'' Bi, uda aku kenyang '' tolak Nana.
Bian tersenyum mengangguk. Ia puas. Tak sia-sia ia mengajak Nana walaupun dengan sedikit paksaan untuk makan.
Karena makanan yang mereka pesan hampir habis dilahap Nana.
'' Na '' Bian terlihat mengubah air mukanya menjadi serius.
'' ... '' Nana menatapnya.
'' Na, ak-aku mau bilang sesuatu sama kamu .
Tap-tapi.. ''
'' apaan, sih Bi. Santai aja lagi ngomongnya '' Nana membawa kedua turun ke dua tangannya ke bawah meja.
'' Na, aku akan pergi ''
'' ... '' Nana mengangguk, tangannya terlihat meremas kedua lututnya.
'' sebenarnya kak Cecil datang untuk menjemputku.
Orang tuaku sekarang ada di Kanada, mereka uda pensiun dari pekerjaan mereka di Macau.
Aku sendiri pun baru tau.
Dan mereka ingin agar kami semua berkumpul dan memulai hidup baru disana "
" ... "
" Na, aku gak mau pergi tap- ''
'' terus Oma gimana, Bi ?''
'' itu, dia masalahnya.
Aku sebenarnya pengen tetap disini buat nemanin Oma.
Tapi orang tuaku ngancam gak bakal biayain kehidupan Oma kalau aku gak nurut .
Kamu taukan kalau hubungan orang tuaku sama Oma kurang baik ?''
'' susah juga, ya Bi kondisimu ''
'' bukan cuma Oma yang bikin aku sulit untuk pergi. Tapi kamu juga, Na.
Rasanya berat buat ninggalin kamu dalam keadaan kaya gini ''
'' Lakukanlah kalau itu demi Oma, Bi.
Dan jangan khawatirkan aku .
Aku bisa kok, ngurus diriku sendiri ''
Bian terdiam. Ditatapnya dalam-dalam kedua bola mata Nana.
Gadis itu terlihat berbeda. Bahasa dan ekspresi yang ditunjukkan sama sekali tak seperti dulu .
Tak lagi polos dan tak lagi lugu.
Padahal dulu ia begitu menantikan hal ini. Namun melihat Nana yang menjelma menjadi begitu dewasa , entah mengapa ia jadi menginginkan sosok lama itu kembali.
'' aku berangkat seminggu lagi ''
'' ... ''
'' Na, kamu mau gak janji satu hal sama aku ''
'' gak. Aku gak mau ada janji diantara kita.
Aku gak mau ada beban ''
'' beban ?''
Nana mengangguk.
'' Bi, mungkin sebaiknya hubungan persahabatan kita cukup sampai disini.
Aku gak mau jika, salah satu dari kita menjadi penghambat masa depan .
Karena kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri, Bi.
Terutama kamu.
Kamu masih punya keluarga yang utuh, juga ada Oma yang kamu bilang gak pengen kamu kecewain seperti yang orang tuamu lakukan.
Maka lakukanlah yang terbaik untuk Oma.
Dan berhenti memikirkanku ''
* * *
Malam itu Nana dduduk bersama Adit di balkon lantai dua, dengan ditemani dua gelas coklat hangat .
'' apa rencanamu habis ini ?''
Nana menggeleng usai menyeruput minuman favoritnya.
'' Na ''
'' em ?'' Nana menoleh dan kembali menyeruput minumannya.
'' ak-aku sekeluarga akan pindah ke Dubai akhir bulan ini... ''
Nana meletakkan gelasnya diatas meja.
'' Na, kamu mau gak ikut aku ? "
Nana tersenyum singkat.
'' pergilah, Dit ''
Adit terdiam.
Ia dan Nana saling menatap.
'' Na, aku akan bicara sama orang tua ku supaya kamu bisa ikut..kam- kamu, mau ya ?''
Nana menggeleng.
'' kamu mau aku ikut ? Lalu aku akan pergi sebagai apa ? Sahabat ?Atau anak angkat orang tuamu ? Nanti kita jadi saudaraan dong...'' Nana tertawa .
Adit melongo mendengarnya. Sejak kapan Nana bisa berlelucon ?
'' pergilah, dit.. jangan khawatirkan aku.
Aku bisa mengurus diriku sendiri ''
'' tapi, Na..
Bian juga pergi. Kamu bakal sendirian disini ''
'' aku masih punya papa, dit.
Meski dia bukan papa kandungku dan meski dia menolak menganggapku sebagai anaknya lagi, tapi bagiku, dialah keluargaku satu-satunya.
Dialah yang selama ini telah membesarkan dan juga mengurusku dengan baik.
Jadi sudah sepantasnya aku melakukan hal yang sama.
Karena itu, gak ada alasan bagiku untuk pergi meninggalkannya ''
'' tapi, Na.. kamu gak punya apa-apa dan kamu bisa apa kalau sendiri dengan kondisimu yang kaya gini ?''
'' aku bisa belajar mandiri. Dan aku harus bisa menyusaikan diri.
Aku gak mau jadi beban siapapun ''
'' kamu gak jadi beban, Na... Justru aku akan tenang dan senang kalau kamu ada didekatku ''
'' trus gimana dengan papa ?''
'' kan, papamu ada di tahanan jadi - - ''
'' tapi bukan berarti dia gak butuh seseorangkan ?
Aku harus ada untuk menjenguknya, Dit ''
'' .. ''
'' kondisi kami sama, Dit.
Kami gak punya siapa-siapa lagi selain satu sama lain ''
'' tapi, Na ''
'' keadaan ku uda gak lagi sama ,Dit.
Aku juga gak mungkin mengandalkan kalian yang masih bergantung dengan orang tua.
Seperti tadi kubilanh. Aku pun gak mau jadi beban buat kalian.
Kita juga uda bukan bocah lagi , Dit.
Uda saatnya kita jalani hidup kita masing-masing sebagaimana semestinya ''
'' Na ... ''
'' udahlah, dit.
Kamu tu sama aja kaya Bian.
Kekhawatiran kalian itu berlebihan , tau ''
* * *
Hari berganti.
Tiba saatnya untuk Bian pergi .
Adit dan Nana ikut mengantarnya ke Bandara .
Sebelum melangkah ke gerbang keberangkatan,
Bian sempat berbalik dan menghampiri Nana.
Dipeluknya Nana lalu mengecup keningnya sambil membelai pipi chubby itu.
'' jangan sampai kita putus komunikasi, ya. l Dan aku janji, aku pasti balik buat kamu ''bisik Bian sesaat sebelum Cecilia, kakak perempuannya memanggil.
Nana tak merespon. Ia hanya menatap lalu Bian. Setelah itu ia dan Adit pulang.
Selang seminggu kemudian, kini giliran Adit yang harus pergi.
Sama seperti Bian, Nana pun mengantarnya hingga ke bandara.
Dan lagi, ia biarkan saja Adit melakukan hal serupa seperti yang Bian lakukan . Adit memeluknya, mengecup keningnya dan membelai kedua pipinya.
'' Na, tunggu aku ya.
Aku pasti balik buat nemuin kamu '' ucap Adit yang kemudian melangkah meninggalkan Nana.
Nana segera berbalik. Ia tak ingin menoleh apalagi terpaku lebih lama kebelakang.
Ia harus meneruskan langkah. Menjalani hidupnya seorang diri.
Untuk sementara ia masih tinggal dirumah Adit yang kosong. Karena masa sewa rumah tersebut masih enam bulan lagi.
Dengan sisa uang yang ia punya, Nana mencoba bertahan sembari berusaha mencari pekerjaan.
Dan disela - sela itu pula, ia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi sang papa yang telah menerima putusan dari hakim terkait kasusnya.
Pak Andre dihukum seumur hidup. Karena bukan hanya kasus korupsi saja yang menjeratnya, kasus kepemilikan narkoba adalah yang paling memberatkan masa tahanannya.
Melihat bagaimana perubahan Nana , dari anak manja kini menjadi sosok dewasa yang tegar, rasa bersalah memenuhi relung hatinya.
Pak Andre ,pikir dengan bersikap kasar dan memutuskan hubungan mereka,itu akan membuat Nana meninggalkannya. Tapi nyatanya Nana tetap ada dan dengan setia menjenguknya.
Pak Andre tak sanggup, dan ia putuskan untuk mengakhiri semuanya.
Nana yang saat itu tengah bergegas untuk wawancara ke sebuah restoran , tiba-tiba mendapat panggilan dengan kabar yang begitu mengejutkan.
Pak Andre mendapat serang jantung dan meninggal saat diperjalanan rumah sakit.
Ia tak jadi melangkah pergi untuk pekerjaan dan langsung menuju ke rumah sakit dimana jenasah sang papa berada.
Nana seakan hilang arah tujuan hidupnya saat mendapati sosok satu-satunya alasan ia bertahan kini pergi untuk selamanya.
Disaat sedih sekaligus bingung yang melandanya, kedatangan pak Anas membuatnya lega.
Karena ternyata ia tak benar-benar sendiri.
Dibantu oleh pak Anas Nana pun dapat memberikan sebuah pemakaman yang layak , bentuk baktinya yang terakhir sebagai anak.
Gerimis mengiringi langkah kaki mereka saat memasuki area pemakaman.
Nana dan pak Anas mengenakan pakaian serba hitam, dan didampingi seorang tokoh agama dengan dua orang penggali kubur yang turut serta menghantar pak Andre ke peristirahatan terakhir.
Meski demikian, proses pemakaman berjalan lancar.
'' terlepas dari apapun yang mereka katakan tentang beliau, bagi saya pak Andre adalah orang baik '' ucap pria berusia 45 tahun itu menatap gundukan tanah yang ada dihadapannya.
Nana melihatnya sesaat lalu kembali menatap pada timbunan tanah, dimana jasad pak Andre kini berada didalamnya.
''pak Anas kayanya dekat banget sama papa ''
Pak Anas mengangguk.
'' saya kenal beliau dari muda.
Saya bekerja sebagai supir pribadi keluarga beliau.
Saya adalah satu-satunya pekerja rumah yang dipekerjakan hingga sekarang ''
'' .. ''
'' meski saya adalah pekerja, tapi beliau tidak pernah memperlakukan saya seperti bawahan.
Dia menganggap saya sebagai orang kepercayaan, atau bisa dibilang satu-satunya keluarga yang beliau punya.
Dan saya sangat menghargai itu.
Sekarang saya telah menjalankan tugas saya sesuai dengan amanat beliau ''
'' ap-apa maksdnya pak ?''
Nana menangkap gelagat yang mengisyaratkan sesuatu yang sulit untuk ia yakini.
Pak Anas mengangguk, membuat Nana seketika membungkam mulutnya sendiri.
'' beliau tidak ingin hidup dengan menjadi beban orang yang dicintainya.
Mungkin beliau tak pernah mengatakannya.
Tapi saya tau dengan pasti.
Jika hanya ada dua orang yang menjadi tujuan hidup almarhum selama ini.
Bapak sangat menyayangi bu Siti dan juga Non Nana ''
Tubuh Nana merosot, berjongkok didepan makan yang masih berupa tanah.
'' tugas saya sudah selesai, saya ijin pamit Non.
Saya akan pulang kampung dan berkumpul bersama anak istri saya ''
'' pak Anas '' Nana mendongak.
'' saya mohon maaf tidak bisa menjaga dan menemani Non Nana lebih lama lagi.
Tapi sesuai pesan almarhum, beliau ingin Non Nana hidup mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain ''
Gerimis tak kunjung berhenti dan perlahan menjadi hujan deras. Begitupun dengan air mata Nana yang tumpah dan langsung tersapu air hujan.
'' pak Anas, apa saya boleh minta tolong sesuatu ? ''
'' ya, Non ? ''
'' Sit- Siti sekarang ada dimana ?''
...
'' atas perintah almarhum, bu Siti diminta kembali ke negara asalnya Non ''
Nana terdiam. Bahkan ketika pak Anas kembali pamit pun ia tak bergeming dan tetap di posisinya .
'' paaakkkk '' panggil Nana setengah berlari mengejar pak Anas .
Pak Anas berhenti dan berbalik.
'' pak Anas, bisa gak tolong saya sekali lagi.
Tolong antar saya pulang, pak '' Nana memelas, memegang ujung jas hitam yang pak Anas kenakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Jiayou🐼
Nana oh Nana 🥀
2021-10-17
2
Annisa lie
nana hamilnya di malaisya ya.
pasti sama majikannya!
haduh
2021-08-11
3
pecinta hijau
next
2021-07-28
2