Sendiri

🌺 hem... 🌺

* * *

Setelah sempat 2 kali terjebak kemacetan panjang,

sebuah kijang inova berwarna abu keluar dari jalan utama kota , kemudian berbelok memasuki sebuah gang sempit dan mulai memasuki kawasan perumahan yang masih dalam tahap pengembangan.

Perjalanan 1 jam setengah itupun berakhir saat mobil berhenti di depan sebuah rumah minimalis .

Pak Anas menjadi orang yang pertama kali turun dari mobil, disusul kemudian Siti dan Nana.

Setelah pak Anas membuka pintu rumah berdinding biru itu, iapun mempersilahkan kedua majikannya masuk.

Pak Anas lalu kembali ke mobil untuk mengambil dua buah koper yang berisi barang bawaan Nana.

Nana dan Siti saling menatap kemudian secara bersamaan mulai melangkah masuk ke dalam rumah yang ukurannya jauh lebih kecil dari tempat tinggal mereka sebelumnya.

Di ruang tengah , sebuah sofa yang hanya muat diduduki dua orang saja besandar didinding dengan sebuah meja kecil di sampingnya .Dan terdapat pula TV LCD 29 inchi yang tertempel di dinding.

Mereka lalu beralih ke dapur .Hanya lemari piring satu pintu dan sebuah meja yang diatasnya terdapat kompor dan juga beberapa alat memasak yang ditaruh menggantung .

Sedangkan dikamar mandi , didalamnya hanya ada sebuah ember besar berwarna hitam sebagai penampung air dan gayung .

Tak ada shower apalagi bathtup.

Begitupun dengan bagian belakang rumah yang ditembok untuk menjaga privasi . Sebuah mesin cuci dua tabung bersandar dipelantaran yang difungsikan untuk tempat mencuci dan juga menjemur pakaian.

'' Bu '' pak Anas membuat keduanya sama-sama menoleh.

Karena malam yang sudah sangat larut, pak Anas pun pamit .

* * *

Siti dan Nana memasuki kamar.

Sebuah ruangan yang terlihat sempit karena di apit springbed berukuran 1,6 x 2 cm dan sebuah lemari pakaian dua pintu.

Nana duduk diatas tempat tidur beralaskan sprei warna hitam. Diperhatikannya Siti yang tengah memindahkan isi koper ke dalam lemari.

Nana diam , mendengarkan Siti yang terus berbicara tanpa henti.

Sesekali Siti menoleh padanya. Bertanya apakah ia paham akan apa yang sejak tadi ia sampaikan.

Nana pun mengangguk sebagai jawaban.

Tak sulit bagi Nana untuk dapat mencerna bahasa Siti yang bercampur antara bahasa khas Melayu Malaysia dan bahasa Indonesia . Mungkin karena sudah terbiasa hidup bersama selama 7 tahun.

Besok paginya, Siti melanjutkan lagi berbicara. Ia tak henti mengingatkan apa saja hal yang harus dan tidak boleh dilakukan Nana selama ia tinggal nanti.

Siti lalu mulai mengajari Nana banyak hal.

Mulai dari menghidupkan kompor gas , memasak nasi di magic com, hingga membuat telur dadar.

Nana bahkan diminta Siti untuk menyapu dan juga mengepel lantai serta bagaimana caranya mencuci pakaiannya sendiri.

Hal yang sama sekali belum pernah Nana lakukan.

Awalnya Siti sempat khawatir mengingat bagaimana sikap manja anak tirinya ini.

Ia takut jika Nana akan merengek, lalu merajuk dan menolak untuk melakukan apa yang ia ajarkan.

Tapi diluar dugaan, Nana justru tak banyak bicara dan menuruti apapun yang ia katakan.

Memang terkesan buru-buru. Dan Siti tau itu.

Siti pun sebenarnya tak sampai hati, namun ia tak punya pilihan lain. Ia terpaksa mengajarkan kemandirian dalam waktu yang singkat .

Ia tak bisa membayar orang untuk mengurus Nana.

Selain karena dana yang terbatas, ia juga tak mau melibatkan banyak orang agar tak ada yang tau siapa Nana.

Hari berganti lagi.

Pak Anas datang disaat hari masih terbilang sangat pagi, pukul 05.30 .

Siti membangunkan Nana, memintanya mandi dan berganti pakaian dengan seragam putih abu-abu .

Nana akan diantar sekolahnya yang baru.

Nana sempat tertegun, menatap pantulan diri dicermin pintu lemari.

Ia terlihat berbeda dengan seragam khusus anak sekolah menengah atas disekolah Negri.

Tak lama lamunannya pun buyar saat mendengar Siti memanggil untuk bersiap memulai hari barunya.

* * *

Nana sampai di antar ke sekolah barunya yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat tinggalnya sekarang.

Sebuah sekolah negeri yang dari segi apapun jauh berbeda dibanding sekolah lamanya.

Masih ditemani oleh pak Anas dan Siti, Nana lebih dulu masuk ke ruang kepala sekolah .

Baru setelah itu ia diantar ke kelas barunya.

Nana canggung, merasa asing dan jelas tak nyaman dengan suasana kelas yang ricuh saat dirinya memperkenalkan diri didepan kelas.

Nana lalu dipersilahkan duduk dibangku kosong yang ada dipojokan sisi jendela. Dengan demikian iapun resmi diterima dan menjadi salah satu murid didalamnya.

Saat bel jam istirahat berbunyi, beberapa murid terlihat menghampirinya untuk sekedar basa basi, berkenalan dan juga mengajaknya berteman.

Nana pun mengiyakan dan selebihnya hanya ia tanggapi dengan anggukan .

Namun ada pula yang jahil dengan menggodanya dengan menyinggung fisiknya yang bertubuh gembul.

Nana diam. Memilih tak meladeni dengan tak banyak bicara .

Karena sebelum berangkat tadi, ia sudah meyakinkan diri untuk berusaha agar bisa menyesuaikan diri. Ia tak mau menambah beban Siti apalagi sampai mengecewakannya.

Jadi, sebisa mungkin ia harus menghindari dan jangan sampai terlibat masalah.

Hari pertama yang terasa begitu panjang pun berlalu.

Layaknya anak baru yang menjadi pusat perhatian, Nana yang berjalan menuju gerbang sekolah terlihat beberapa kali disapa dan juga digoda. Bahkan samar terdengar jika ada yang melontarkan kalimat ejekan.

Membuat Nana berjalan dengan sedikit menundukkan kepala .

'' Nana '' seketika Nana menegakkan kepala dan tersenyum ketika melihat Siti didepan sana dan melambaikan tangan kearahnya.

* * *

'' Na '' Siti meletakkan piring berisi bungkus makanan diatas meja.

Ia lalu duduk di samping Nana dan membuka bungkus makanan tersebut.

Nana menatap tanpa ekspresi. Ini kali pertama ia melihat makanan yang biasa disebut dengan nasi campur.

Nasi dengan lauk pauk dan juga sayur yang dibungkus jadi satu.

'' mulai esok, Nana dah tinggal sendiri.

Mak malam ni mesti pegi.

Kasus papa dah masok ranah hukum dah kene proses ke persidangan.

Mak mesti dampingi papa '' Siti membelai lembut kepala Nana.

Nana mengangguk dengan tatapan ke makanan yang sama sekali tak menggugah seleranya.

'' Nana tak selera , ke ?''

'' ... ''

'' kejap, mak buat kan dadar '' Siti yang peka lalu beranjak ke dapur dan tak lama kemudian terdengar aktifitas memasak .

Selang 5 menit, Siti kembali dengan piring berisi nasi dengan telur dadar diatasnya.

Nana menghela nafas panjang. Ini kali pertama ia makan dengan lauk yang sangat sederhana.

'' makasi, Siti '' Nana yang memang sudah sangat lapar itupun langsung melahapnya . Sedangkan nasi bungkus tadi , Siti yang memakannya.

Sembari mengisi perutnya , Nana kembali harus mendengarkan Siti berbicara.

Selain telah menyiapkan berbagai kebutuhannya dan juga mengisi kulkas yang kebanyakan adalah makanan instan, Siti juga telah membayar jasa seseorang untuk mengantar dan menjemputnya ke sekolah.

Tak banyak bicara apalagi bertanya , Nana hanya menanggapinya dengan diam dan anggukan.

Melihat itu Siti pun sedih.

Ia sebenarnya tak sampai hati untuk meninggalkan Nana seorang diri. Namun lagi-lagi ia terpaksa harus mengambil keputusan demikian.

Ia harus mendampingi sang suami.

Dan juga ingin Nana mandiri .

Ia ingin agar nanti Nana terbiasa dan tak lagi bergantung pada orang lain.

Karena ia sendiri pun tak tau apa yang akan terjadi padanya dikemudian hari.

* * *

Tengah malam, Pak Anas datang menjemput untuk mengantar Siti kembali ke pusat ibu kota.

Karena besok adalah sidang perdana pak Andre.

'' Siti, kalau ada kabar dari mama tolong kasi tau aku , ya '' ucap Nana sesaat sebelum Siti masuk ke mobil.

Siti tersenyum dan mengangguk samar.

Tak lama kemudian mobil pun melaju jalan meninggalkan Nana seorang diri.

Saat itulah Nana tak lagi tak dapat membendung air matanya.

Malam itu setelah masuk dan mengunci pintu, tangis Nana pecah. Ia menangis sesenggukan .

Nana duduk ditepian ranjang, meremas sprei yang basah karena air mata yang keluar semakin deras dan tak terkendali.

Nana meratapi nasibnya yang kini harus seorang diri.

* * *

Keesokan paginya , Nana terlihat sudah siap ke sekolah .

' tit ' suara klakson membuatnya bergegas membuka pintu.

Tampak seorang perempuan baru saja turun dari Jupiter Z yang berhenti didepan rumahnya.

'' Neng Nana, ya ?''

'' iya ''

'' saya Ratih. Yang diminta pak Anas buat antar jemput 'Neng ke sekolah ''

'' oh, iya. Sebentar , ya bu. Saya ambil tas dulu ''

Nana masuk dan sesaat kemudian keluar dengan tas di punggungnya.

'' Neng gak pake jaket ? Kagak juga ada helm ? ''

Nana menggeleng.

'' aduh, kagak sayang kulitnya kena polusi ?''

'' a ? '' Nana melongo mendengarnya.

'' Neng , punya uangkan ?''

'' ... ''

'' maaf, kagak bermaksud apa-apa. Lupain aja ''

Nana pun naik ke bonceng dan motor pun melaju jalan. Sepanjang jalan, wanita bertubuh kurus itupun memperkenalkan diri .

Ratih adalah seorang single parent dengan dua orang anak .

Suaminya meninggal setahun lalu karena kecelakaan lalu lintas.

Anak pertamanya adalah seorang laki-laki yang sepantaran Nana dan juga bersekolah di tempat yang sama.

Sedangkan anak keduanya perempuan , dan kini duduk di bangku SMP kelas tiga.

Ratih lanjut dengan menceritakan kesehariannya.

Ternyata bukan Nana saja yang menggunakan jasanya untuk diantar jemput ke sekolah .

Sebelum Nana , Ratih lebih dulu mengantar dua anak tetangganya kesekolah, barulah setelah itu giliran Nana yang ia antar.

Pekerjaan itu pun sudah ia lakoni sejak lama karena tuntutan hidup yang serba pas-pasaan. Apalagi kini ia tak lagi memiliki kepala keluarga yang menafkahi.

Karena itu Ratih pun harus memutar otak dan juga berkerja lebih ekstra dengan menerima siapapun yang minta diantar untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

Nana hanya diam mendengarkan. Ia pun terenyuh. Ternyata ada yang hidup lebih sulit daripada dirinya.

Hari itu, Nana menjalani hari pertama seorang diri dengan perasaan campur aduk. Takut dan khawatir adalah yang paling mendominasi perasannya saat ini.

'' bu , bisa antar saya ke pasar ? '' ucap Nana saat Ratih menjemputnya .

'' mau beli helm sama jaket ya Neng ? ''

Nana mengangguk.

Ratih pun menjalankan kendaraannya menuju pasar.

Itu adalah pertama kalinya Nana menginjakkan kaki ditempat yang ramai akan aktivitas jual beli itu.

Sembari mengikuti langkah kaki Ratih, Nana mengedarkan pandangan dan tak berhenti memperhatikan sekelilingnya.

Semua begitu asing baginya.

Selama ini, selain rumah dan sekolah, ia tak tau tempat lainnya karena tak pernah kemana-mana .

Mereka lebih dulu masuk ke salah satu toko penjual pakaian.

Ratih terlihat begitu antusias dengan memilihkan tiga buah jaket untuk Nana.

Sebagai seorang ibu yang memiliki anak perempuan, ia memang menaruh prihatin pada Nana yang tinggal dan harus melakukan banyak hal seorang diri.

Dan ia pun mengagumi Nana karena memiliki paras yang menggemaskan.

Setelah dari toko pakaian, mereka pun lanjut dengan menyambangi toko penjual helm dan memilih satu untuk Nana kenakan agar kepalanya terlindungi.

* * *

Waktu terus berjalan, hari demi haripun terlewati .

Saat berada disekolah Nana memilih diam dan menyendiri. Namun hal itu justru membuatnya jadi sasaran bully.

Beberapa anak laki-laki kadang mengisenginya dengan menggoda bahkan seorang murid lali-laki hampir melecehkannya dengan sengaja menarik hingga membuat roknya tersingkap.

Sontak hal itu membuat Nana histeris dan langsung melaporkannya pada guru BK.

Si pelaku pun diskors selama seminggu.

Sejak saat itu Nana dikenal sebagai murid pengadu dan mulai dikucilkan.

Setiap kali ia melintas ataupun dilewati , siapapun pasti menatapnya sinis sembari mengejek dan melontarkan kata-kata kasar padanya.

Berbeda dengan keadaannya saat dirumah, Nana kini sudah jauh lebih bisa mandiri.

Ia pun sudah bisa dan mulai terbiasa mengurus diri dan semua keperluannya sendiri.

Sudah sebulan berlalu, sejak Siti pergi.

Meski setiap hari menelpon untuk menanyakan kabarnya, Siti belum sekalipun datang mengunjunginya lagi.

Nana pasrah.

Sebab ia tau keadaan orang tuanya kini semakin sulit.

Nana pun selalu setia mengikuti perkembangan kasus sang papa dari berita. Tak cukup satu chanel saja, ia pasti akan berpindah ke chanel lainnya.

Memantau dari berita yang tak pernah absen ia ikuti, proses persidangan pak Andre berjalan cukup alot .

Selain karena banyaknya pihak-pihak dengan nama besar yang terkait, para saksi pun dikabarkan menumpahkan semua tuduhan dan juga kesalahan pada tersangka utama.

Bahkan kesaksian mereka berbanding terbalik dengan pernyataan pak Andre sewaktu pemeriksaan.

Hampir 24 jam wajah pak Andre pun wara-wiri menghiasi televisi. Bahkan kini wajah dan identitas Siti pun mulai terekspos ke media.

Siti yang merupakan istri sah tersangka utama pun mulai terseret dan terancam pidana jika terbukti ikut ambil bagian dalam kasus tersebut.

Jika awalnya Nana shock. Kini ia jauh lebih tenang dalam menanggapinya dan mulai bisa menerima kenyataan jika semuanya tak mungkin akan kembali seperti dulu.

Karena itu , satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu, berdoa dan berharap semuanya bisa segera berlalu.

Namun Nana ternyata masih menaruh harapan pada hal lainnya.

Setiap kali ia membuka chanel berita selebriti, ia selalu berdo'a agar ada kabar dari Narnia, sang mama yang hanya diawal kasus saja wajahnya sempat muncul.

Dan hingga kini, belum pernah lagi terlihat maupun dibahas lagi tentangnya.

* * *

Pagi itu, entah mengapa sejak bangun tidur tadi Nana merasa tak nyaman.

Iapun mencoba menepis perasaannya itu dengan tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa.

Ia berangkat ke sekolah diantar oleh Ratih.

Nana yang tengah berjalan di selasar kelas, tiba-tiba saja dihadang oleh Pipit, Tia, dan Mira .

Mereka adalah teman sekelasnya yang juga dikenal sebagai primadona sekaligus salah satu murid paling jahil disekolahnya.

'' pajak '' Pipit menjulurkan telapak tangannya.

Ternyata selama ini Nana selalu dimintai uang oleh mereka bertiga.

Nana yang jera akan prihal kejadian tempo hari, tak lagi berani melaporkan hal tersebut pada guru.

Ia takut jika nanti perlakuan bully yang ia dapat akan lebih buruk lagi dari sebelumnya.

Nana pun mengeluarkan selembar uang kertas berwarna hijau dari dalam dompetnya.

' tak ' Tia merampas dompet yang merupakan hadiah ulang tahun pemberian Bian.

'' dompetnya bagus.. '' dompet tersebut Tia berikan pada Mira, si ketua .

Gadis cantik bermata belok itu tersenyum pada Nana.

'' hem.. hari ini aku lagi banyak kebutuhan.

Jadi, semua isinya aku ambil, ya ? '' Mira membuka dompet tersebut, mengeluarkan semua isi dan menghitungnya.

'' dompet mu bagus. Kalau aku ambil sekalian gak papakan ?''

'' ja- jangan '' Nana hendak meraihnya tapi Mira dengan cepat mengangkat tinggi tangannya.

'' mau, apa kamu ?''

'' kem-kembalikan Mira ''

'' ambil aja kalo bisa...Dasar, cebol ''

Ketiga gadis itu tertawa dan semakin riuh saat Nana berusaha dengan menjijitkan kaki untuk dapat meraih dompetnya. Namun ia justru semakin dipermainkan.

Ketiga gadis itu mengopernya hingga membuat Nana harus kesana -kemari menghampiri ditangan siapa dompetnya berada.

Nana lelah. Ingin rasanya ia menangis. Namun ia tak mau jika nanti berujung dipermalukan .

'' udah, udah.. kasian tau..'' Mira menyudahi saat Nana berhenti .

Ia menatap sinis pada gadis yang tengah mengatur nafasnya yang terputus-putus.

'' kalau mau dompetmu ku kembaliin, besok kamu harus kasi aku lima ratus ribu '' ucap Mira yang langsung berbalik dan berlalu bersamaan dengan kedua temannya.

Nana bersidekap.

Ia geram dan marah.

Ia pun mencoba menahan diri dan memilih untuk bersabar sampai esok hari. Ia terpaksa menuruti apa yang tadi Mira syarat kan untuk dapat menebus kembali dompetnya.

Sementara itu, seseorang sejak tadi memperhatikan dari kejauhan.

Seorang siswa laki-laki berkulit gelap, berwajah maskulin menatapnya sembari menggelengkan kepala.

" nyusahin, aja "

Terpopuler

Comments

Jiayou🐼

Jiayou🐼

jangan sampai Nana jadi cewek cupu yang meneng aja ketika di buli karena aku tak suka cewek lemah😭

2021-10-17

3

Annisa lie

Annisa lie

kalau nana jago bela diri kan mantab

2021-08-05

2

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

boomike plus rate 5 plus fav👍

2021-07-16

2

lihat semua
Episodes
1 Pemilik semua hal
2 Foto
3 Minta adik
4 Ulang tahun Nana
5 Mama
6 Tak tau pasti
7 Sendiri
8 Ada apa
9 Teman
10 Simpan sendiri
11 Pergi
12 Ditinggal sendirian
13 Suka
14 Memendam
15 Senang
16 Binar Harapan
17 Secuil harapan
18 Cara membuatmu pulang
19 Flu
20 Yang dinantikan
21 Berusaha membuat kalian berjodoh
22 Andai saja
23 Obsesi
24 Selama tinggal Nana
25 Sosok dibaliknya
26 Si pemilik hati
27 Lega
28 Love u, Bi
29 Mengkhawatirkan hal yang sama
30 Maaf, Oma
31 Saling tampar
32 Menghindar
33 Dia
34 Keadaan Siti
35 Jadikan dia milikmu
36 Uang
37 Notif tanpa henti
38 Kecewa
39 Hal tak terduga
40 Lakukan dengan caraku
41 Cucu Mantu
42 Nikahi aku
43 Bingung
44 Han merana
45 Belum berhasil
46 Berhenti menggodaku
47 Mau apa kamu
48 Caraku mencintaimu
49 Firasat yang sulit diartikan
50 Sisanya serahkan padaku
51 Tercekat
52 Salah gandeng
53 Sebaiknya
54 Berpisahlah
55 Pamit pergi
56 Sudah terlambat
57 Tidak sekarang
58 Semakin cepat semakin bagus
59 Tak ada pilihan
60 Tak siap
61 Janji
62 Berbagai rasa
63 Lebih baik
64 Pilihan
65 Sebentar lagi
66 Terakhir kalinya
67 Besok
68 Ini awal bukan akhir
69 Hampa
70 Maaf
71 Ini aneh
72 Akhir yang manis
73 Cinta terbesar
74 Aku mau pulang
75 Pengkhianat
76 Tak lagi sama
77 Biarkan mereka
78 Dasar
79 Cara membujuknya
80 Cemburu
81 Inilah saatnya
82 Pikiran kotor
83 Hujan
84 Terpaksa ikut campur
85 Memilih mundur
86 Senang sekaligus takut
87 Bertemu Besan
88 Lamaran
89 Tatapan tak biasa
90 Jika memang ini yang terbaik
91 Bergumam-gumam
92 Ada apa dengan mereka
93 Nanar
94 Cukup sampai disini
95 Terima kasih
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Pemilik semua hal
2
Foto
3
Minta adik
4
Ulang tahun Nana
5
Mama
6
Tak tau pasti
7
Sendiri
8
Ada apa
9
Teman
10
Simpan sendiri
11
Pergi
12
Ditinggal sendirian
13
Suka
14
Memendam
15
Senang
16
Binar Harapan
17
Secuil harapan
18
Cara membuatmu pulang
19
Flu
20
Yang dinantikan
21
Berusaha membuat kalian berjodoh
22
Andai saja
23
Obsesi
24
Selama tinggal Nana
25
Sosok dibaliknya
26
Si pemilik hati
27
Lega
28
Love u, Bi
29
Mengkhawatirkan hal yang sama
30
Maaf, Oma
31
Saling tampar
32
Menghindar
33
Dia
34
Keadaan Siti
35
Jadikan dia milikmu
36
Uang
37
Notif tanpa henti
38
Kecewa
39
Hal tak terduga
40
Lakukan dengan caraku
41
Cucu Mantu
42
Nikahi aku
43
Bingung
44
Han merana
45
Belum berhasil
46
Berhenti menggodaku
47
Mau apa kamu
48
Caraku mencintaimu
49
Firasat yang sulit diartikan
50
Sisanya serahkan padaku
51
Tercekat
52
Salah gandeng
53
Sebaiknya
54
Berpisahlah
55
Pamit pergi
56
Sudah terlambat
57
Tidak sekarang
58
Semakin cepat semakin bagus
59
Tak ada pilihan
60
Tak siap
61
Janji
62
Berbagai rasa
63
Lebih baik
64
Pilihan
65
Sebentar lagi
66
Terakhir kalinya
67
Besok
68
Ini awal bukan akhir
69
Hampa
70
Maaf
71
Ini aneh
72
Akhir yang manis
73
Cinta terbesar
74
Aku mau pulang
75
Pengkhianat
76
Tak lagi sama
77
Biarkan mereka
78
Dasar
79
Cara membujuknya
80
Cemburu
81
Inilah saatnya
82
Pikiran kotor
83
Hujan
84
Terpaksa ikut campur
85
Memilih mundur
86
Senang sekaligus takut
87
Bertemu Besan
88
Lamaran
89
Tatapan tak biasa
90
Jika memang ini yang terbaik
91
Bergumam-gumam
92
Ada apa dengan mereka
93
Nanar
94
Cukup sampai disini
95
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!