🌺 hem... 🌺
* * *
Hari berganti.
Han dan Nana resmi menamatkan pendidikan mereka dibangku SMA dan sudah menerima ijasah.
Karena tau jika kuliah membutuhkan biaya yang tidak sedikit, keduanya pun kompak untuk mencari bekerja saja.
Mencari uang lebih baik daripada menghabiskannya untuk kuliah. Begitu pikir mereka m
Teruntuk Nana, ia meminta dan melarang Siti untuk bekerja .Mengingat kondisi fisik wanita yang ia panggil mak itu sangat tidak memungkinkan.
Pun ia sudah bertekat untuk memegang pesan mendiang sang papa. Bahwa jika ia diberi kesempatan bertemu dengan Siti lagi, maka ia harus membalas semua kebaikkan Siti dulu padanya.
Maka inilah saat baginya untuk melakukan seperti yang dimaksud mendiang papanya .Nana akan menggantikan sang papa dengan mengambil alih tanggung jawab terhadap Siti.
Begitupun dengan Han. Setelah ayahnya meninggal dunia, kondisi keluarganya begitu memprihatinkan. Sang ibu bekerja seorang diri demi menghidupi dan membiayai sekolahnya dan juga Laras.
Karena itu, sekarang Han akan turut andil dalam merubah ekomomi keluarganya.
Demi sang ibu dan juga adiknya , ia bertekat agar bisa memberikan kehidupan yang lebih layak .
Besar pula harapannya agar Laras bisa kuliah .
Ia ingin adik kesayangannya itu memiliki masa depan yang lebih baik darinya.
Perjuangan mereka pun dimulai. Sejak pagi, Han dan Nana sudah meluncur dan mulai menelusuri satu persatu tempat untuk mencari pekerjaan.
Beruntung dan tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Berbekal ijasah dan sertifikat kursus mengemudinya, Han yang juga sudah memiliki SIM diterima bekerja sebagai supir disalah satu jasa ekspedisi.
Begitupun dengan Nana yang akan mulai bekerja sebagai pelayan usai melewati tahap seleksi dan juga wawancara singkat di sebuah Cafe.
* * *
Pagi itu Nana duduk di lantai teras sambil melihat Siti dan beberapa ibu rumah tangga yang tengah mengerumuni gerobak penjual sayur .
'' Bi '' suara Nana dalam sambung telpon.
'' ntar, ya Na. Aku lagi diruangan ujian test masuk Universitas. Nanti kalau uda selesai aku telpon balik ''
' tut ' panggilan diputus .
Nana menghela nafas. Semalam ia dan Bian saling mengirim SMS untuk menanyakan kabar dan juga berbagai aktifitas keseharian mereka.
Itulah alasannya menelpon tadi. Bermaksud untuk menyampaikan beberapa patah kata penyemangat.
'' Adit '' Nana dalam sambungan telpon berikutnya.
'' sory, Na aku lagi belajar untuk persiapan test bahasa Inggris sebelum masuk universitas ''
' tut ' kembali ia mendapat akhir yang sama.
Nana terdiam, ini bukan kali pertama. Awalnya, kedua sahabatnya rutin menghubunginya walau tak jarang hanya melalui pesan singkat.
Namun perlahan, intensitas itu mulai berkurang dan lama- kelamaan semakin jarang .
Bian dan Adit tengah sama-sama sibuk dengan pendidikan dan juga menata masa depan mereka di sana.
Mereka memang tak pernah mengabaikan telpon Nana , tapi kedua laki-laki itu hampir tak pernah menghubunginya terlebih dahulu lagi.
Selama ini, Nana sering dan juga silih berganti menghubungi Bian dan Adit. Meski ia tau jika mereka tengah banyak kesibukan.
Nana lalu teringat ucapan mendiang sang papa , agar ia tak menjadi penghalang masa depan kedua sahabatnya.
Nana jadi merasa apa yang ia lakukan teekesan seperti menganggu.
Dan itu membuktikan ,jika ucapan sang papa benar. Dunia dan kehidupannya tak lagi sama dan jauh berbeda dengan Adit dan Bian.
Nana menyerah. Ia memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan kedua sahabatnya.
Sama seperti mereka disana, Nana pun akan fokus dengan kehidupannya sendiri dan melupakan masa yang telah lalu. Termaksud cinta monyetnya yang sampai hari masih ia kenang.
Nana melepas SIM card lamanya dan memasang dengan yang baru.
Waktu terus berjalan.
Nana berusaha melalui harinya dengan sebaik mungkin.
Selang setahun ia diangkat menjadi pegawai tetap. Selain nominal gajinya yang laik, iapun juga mendapat tunjang kesehatan dan juga pesangon.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan Han .
Terhitung dari pertama kali bekerja ,Han sudah 3 kali berganti tempat kerja .
Han beralasan ia hanya ingin mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih besar lagi , sekaligus menambah pengalaman kerja .
Sebagai orang yang saling menemani keseharian satu sama lain, tak jarang Nana menasehati dengan selalu menyelipkan semangat untuk sang sahabat.
Begitulah hubungan antara Nana dan Han yang terjalin semakin akrab. Namun ini berbeda dengan persahabatannya dulu bersama Bian dan Adit.
Nana hampir tak pernah mengunjungi rumah Han karena memang tak ada alasan baginya. Begitu pun dengan Han yang tak pernah mau mengajak apalagi membawa Nana begitu saja kerumahnya.
Sedekat apapun pertemanan itu, mereka selalu mengingatkan diri jika ada batasan yang tak boleh mereka lewati mengingat usia yang sudah menanjak dewasa.
Nana juga menambahkan, agar sebisa mungkin jangan sampai ada perasaan khusus di antara mereka.
Meski Han menyanggupinya, namun nyatanya jauh sebelum Nana meminta hal tersebut Han telah lebih dulu menautkan hatinya pada Nana.
Keseharian mereka terus berlanjut walau hanya sebatas pergi dan berangkat kerja bersama. Hampir tak pernah ada aktifitas lainnya.
Hari berganti, bulan terlewati. Tak terasa mereka sampai ditahun ke empat sejak mulai mengenal.
* * *
Tanggal muda adalah waktu yang paling ditunngu bagi kebanyakan orang yang menerima hasil kerja keras mereka selama sebulan.
Begitupun dengan Nana dan Han.
Sudah menjadi ritual wajib keduanya untuk bergantian mentraktir makan saat menerima gaji.
Dan hari ini adalah giliran Nana . Sepulang kerja, keduanya memutuskan untuk makan malam di sebuah pondok kaki lima yang ada dipinggir jalan.
'' kamu kenapa, Na ?'' tanya Han mendapati Nana yang duduk di hadapannya itu melamun.
'' a ? iya '' Nana tersadar.
'' Kamu kenapa ? '' mengulang lagi pertanyaan dengan nada yang sama.
Nana menggeleng tak berarti. Namun Han cukup peka. Empat tahun adalah waktu yang cukup bagi Han untuk mengenalnya . Han sudah hapal pada sikap dan prilaku seorang Nana .
Nana bukanlah pribadi yang bisa menyembunyikan suasana hatinya.
Wajah gadis itu terlalu polos. Cukup dengan melihat ekspresinya saja Han sudah bisa menebaknya.
'' kamu lagi ada masalah ?'' Han tanpa sadar memperhatikan gadis yang tubuhnya tak lagi gembul seperti dulu.
Hanya pipinya saja yang tetap chubby dan menjadi ciri khasnya yang begitu menggemaskan.
Tak ada lagi lipatan didagu , begitupun dibagian perutnya.
Bentuk tubuh Nana kini ramping , dengan bagian dada dan bokong cukup menonjol untuk ukuran tinggi tubuhnya.
Mungkin sisa-sisa lemaknya yang dulu masih ada , tertinggal dan menetap disana. Begitu pikir Han yang kadang membuat otaknya bertreveling ria kemana-mana.
Ya, ia tetaplah seorang laki-laki normal yang tertarik pada hal - hal demikian.
'' aku butuh tambah , Han. Obat Makku yang harus ditebus tiap bulan , harganya naik.
Sementara mak 'kan belum jadi warga negara kita, jadi gak bisa ngurus untuk dapat pelayanan medis yang gratis.
Mak juga harus rutin cek up perenam bulan sekali ''
''aku ada simpanan. Kalau memang mendesak, kamu bisa pakai dulu ''
Nana menggeleng lagi.
'' aku gak mau punya hutang, Han. Karna aku gak akan bisa bayar. Jadi, apapun akan kulakukan asal tidak hal yang satu itu ''
'' kita teman, Na. Uda wajar kalau saling bantu. Lagian kalau bukan aku , kamu mau minta tolong sama siapa lagi ?''
Nana menghela nafas dan mengangguk mengiyakan.
'' tapi aku uda terlalu banyak bergantung sama kamu ''
Han memalingkan wajahnya. Membujuk Nana untuk hal yang satu ini tidaklah mudah.
Selama ini Nana tak pernah mau menerima uangnya. Meski gadis itu beberapa kali dalam keadaan terjepit, Nana lebih rela menjual barang-barang berharganya daripada meminjam uang. Bahkan padanya sekalipun.
'' hari ini karyawan baru masuk. Jadi kata bosku, aku gak perlu lagi kerja doble shift.
Dia bilang kasian sama aku.
Padahal aku gak keberatan . Malahan aku senang karena bisa dapat tambahan ''
' tak ' si penjual meletakkan empat piring pesanan mereka diatas meja.
Dua piring berisi nasi putih, dua piring lainnya berisi bebek goreng, lalapan dan juga sambal.
Nana hanya mengambil bebek goreng bagiannya saja, sisanya ia berikan pada Han.
Selain karena ia tak suka makan sayuran mentah, ia tau jika Han sangat suka lalapan dan paling jago makan pedas. Dan biasanya satu porsi sambal tak cukup untuk Han sekali makan.
Keduanya pun mulai melahap makanan masing-masing.
'' kamu ingat gak, aku pernah ceritakan tentang teman kerjaku yang dua bulan lalu keluar ? ''
Han mengangguk karena mulutnya yang tengah sibuk mengunyah.
'' tadi, aku iseng nelpon dia. Nanyain sekarang kerja dimana, kerja apa, terus gajinya berapa - '' ucap Nana terkesan menggantung.
Han meneguk es tehnya, menatap Nana dengan penuh tanya.
'' kamu mau berhenti kerja ? ''
'' mungkin. Kalau misalnya ada yang gajinya lebih gede dari yang sekarang '' Nama menjawab dengan penuh keyakinan.
'' .. ''
'' emm... sebenarnya temenku itu ngajak kerja kaya dia ''
'' emangnya ditawarin kerja apa kamu sama dia ?''
'' Jadi SPG. Dia bilang kalau jadi SPG itu penghasilannya lumayan. Apalagi kalau ada event - event besar. Dan aku gak perlu khawatir karena gak terikat .
Jadi kupikir, mungkin bisa untuk dijadikan sampingan ''
'' gak gitu juga cara kerjanya, Nana.
Setahu ku, yang namanya SPG itu juga ada target penjualan.
Kalau gak nyampe juga bayarannya gak seberapa. Jadi sama aja ''
Diam sesaat, hingga mereka pun selesai dengan aktifitas mengisi perut mereka.
Han kembali memperhatikan Nana. Ekspresi gadis itu menunjukkan jika Nana masih memikirkan hal lainnya.
Ia sudah terlalu hapal akan sikap Nana. Jika sedang ada sesuatu yang dipikirkan atau begitu menganggu pikiran Nana, gadis itu pasti akan diam dengan tatapan mengedar kemana-mana.
Sama seperti saat ini. Sejak ia jemput ditempat kerjanya , hingga mereka makan dan kini sudah di perjalanan pulang , Nana lebih banyak diam namun tidak pada matanya yang sibuk kesana kemari seperti mencari yang tak tau pasti.
Jika dulu Han tak mau banyak bertanya, kini ia tak bisa melakukannya lagi.
'' mkasi, Han .Hati-hati dijalan '' ucap Nana saat baru saja turun dari bonceng.
Nana tersenyum sesaat padanya lalu berbalik .
'' Na ''
Nana menoleh dengan tangan sudah memegang pagar ,bersiap untuk mendorongnya.
'' ya, Han ?''
'' besok aku harus keluar kota. Kamu berangkat kerja sendiri gak papakan ? ''
Nana mengangguk. Ia tak masalah karena sudah biasa. Hanya saja Han selalu mengkhawatirkannya.
Sudah setahun Han tak lagi bergonta-ganti pekerjaan. Han kini menetap , bekerja ditempat yang sesuai dengan yang ia inginkan selama ini.
Namun karena jam kerjanya yang tak menentu , membuatnya terkadang tak bisa pergi dan pulang kerja bersama Nana.
Nana senang Han memperoleh pekerjaan yang baik. Meski hal tersebut berbanding terbalik dengan keadaannya saat ini.
Han berlalu dengan perasaan mengganjal.
Sebenarnya ia ingin mengungkapkan apa yang selama ini ia pendam.
Namun ia takut . Bagaimana jika Nana menolaknya ? Dan bagaimana jika karena itu Nana tak mau lagi berteman dengannya ?
Apalagi ia tak tau apakah Nana masih menyimpan perasaan pada dia ? Sosok yang pernah Nana akui sebagai orang yang begitu ia sukai .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
hadir ❤️
2021-08-04
2