🌺 hem... 🌺
* * *
Han baru saja memarkirkan kendaraannya .
Disaat bersamaan Laras muncul dari balik pintu. Adik perempuannya itu tampak bersiap untuk keluar.
'' mau kemana kamu ?''
'' mau ke kerumah teman. Mau ngasi suprise ulang tahun '' jawab gadis berkulit sama sepertinya dengan paras yang jutek namun tetap terlihat menarik.
'' ulang tahun ? tung- tunggu. Jangan bilang kamu pesan kue sama ibunya Nana '' Han menekan nada suaranya.
Laras mengangkat kedua bahunya.
Han menghela nafas. Ia sudah hapal kebiasaan sang adik.
Awalnya ia tak tau. Karena Nana dan Siti memang tak pernah sekalipun menceritakan hal tersebut.
Dan justru Laraslah yang mengatakan padanya jika Laras memesan kue pada Siti dan diberi harga yang murah.
Hal itu kemudian berulang kali terjadi. Yang dilakukan Laras dengan sengaja dan entah mengapa adiknya itu selalu mengatakan padanya. Seolah ingin agar ia mengetahuinya.
''o, iya kakak habis gajian kan ? Minta uang dong. Aku mau bayar kue ulang tahun '' Laras menadahkan telapak tangannya.
Han mengeluarkan dompet dari saku belakangnya, mengambil lembaran uang kertas berwarna biru dan diberikannya pada Laras.
'' makasi, kak '' Laras tersenyum lebar menerimanya.
'' ingat, bayar kue dengan harga yang seharusnya ''
Laras mengangguk .
" terserah aku, la mau bayar berapa.
Lagian mereka juga uda banyak ngerepotin kakak, jadi uda seharusnya mereka tau diri untuk balas budi "
Tak lama setelah Laras pergi , Han terlihat mengeluarkan motornya . Ia tak tenang dan terus kepikiran Laras. Karena itu ia akan memastikan sendiri kerumah Nana.
* * *
Sementara itu.
Nana baru saja membuka pintu dan seketika aroma khas menyapa indera penciumannya.
'' mak ? ''
Nana melihat jam pada pergelangan tangannya . Pukul 7, Nana pun bergegas masuk dan langsung menuju dapur.
Ia semakin melebarkan langkah saat melihat Siti sibuk dengan peralatan membuat kue diatas meja.
'' Nana dah pulang '' ucap Siti yang langsung melepas pekerjaan tangannya.
Nana melepas jaket dan tas punggungnya lalu meletakkannya sembarangan. Segera ia mengemasi peralatan kotor, kemudian membawanya ke belakang .
Samar terdengar gemercik air dan suara peralatan yang tengah dicuci Nana.
Siri menghela nafas. Ia tau Nana marah. Dan iapun tau apa penyebabnya.
Meski dilarang bekerja, namun Siti tak bisa berdiam diri saja dirumah.
Setelah susah payah meyakinkan dan akhirnya memperoleh ijin dari Nana , Siti yang terampil dalam membuat aneka kue memanfaatkan hal tersebut agar bisa membantu Nana mendapatkan sedikit tambahan rupiah.
Siti melanjutkan lagi pekerjaannya.
Dan setelah selesai menghias sebuah tart ulang tahun , iapun memasukkan hasil buatannya itu ke dalam kulkas. Setelahnya ia terlihat mendudukkan diri di kursi plastik yang ada disisi meja makan.
'' mak tau ini jam berapa ?'' Nana muncul dengan raut wajah marah. Nana kemudian mendekat dan langsung membereskan sisa-sisa yang berserakan diatas meja.
Siti memilih diam karena tau jika Nana sudah kesal maka gadis itu pasti mengomelinya dan Nana tak suka dibantah.
'' sudah selalu diingetin kalau jam 7 itu waktunya istirahat '' omelan Nana berlanjut.
Siti masih seperti dulu, tak pernah menghiraukan apalagi mengambil hati semua ucapan Nana yang tak jarang terkesan kasar.
Ia tersenyum melihat bagaimana cekatannya gadis bertubuh mungil itu bergerak kesana kemari dengan lincahnya .
Mungkin karena sudah lama bekerja di cafe, Nana begitu piawai membersihkan dapur.
' fyuh' Nana mendudukkan diri di kursi yang berhadapan dengan Siti. Ia terlihat lelah dan menyeka keringat di keningnya.
'' Maaf, Nana. Tadi ade yang pesan mendadak. Tros die pun nak kan selesai malam ni juga '' Siti mencoba menjelaskan.
'' kan, sudah dibilangin berapa kali , kalau ada yang pesan dadakan jangan diterima ! '' Nana mendengus kesal. Ia benar-benar kesal karena Siti mengabaikan peringatannya untuk tidak berlebihan dalam bekerja.
'' lain kali kalau ada pesanan mendadak kaya gini langsung tolak . Ngerti !? '' cetus Nana masih dengan ekspresi kesalnya.
'' tap- tapi kan yang ni tak mungkin mak tolak ''
Nana menatapnya heran.
'' kenapa gak bisa ? ''
'' sebab ni Laras yang pesan '' Siti bernada rendah.
Nana menarik nafas lalu menahannya beberapa detik hingga akhirnya ia hembuskan dengan perlahan.
Laras adalah adik Han. Bukan pertama kalinya gadis yang tengah duduk di smester dua kuliahnya itu memesan kue pada Siti.
Dan tak terhitung juga, sudah berapa kali Laras datang memesan kue. Entah itu untuk temannya yang sedang berulang tahun lah, acara di kampus lah, bahkan ia pernah mengatas namakan ibunya yang memesan untuk acara keluarga.
Saat pertama kali kali memesan kue pada Siti, Siti memberinya harga yang jauh lebih murah dari pada memesan ditempat lain.
Dan sejak saat itu , Laras berulang kali memesan kue pada Siti . Ia terkesan manfaatkan hal tersebut karena tau Siti tak akan memintanya untuk membayar dengan harga seharusnya.
Sedangkan Siti, buka tanpa alasan ia terus-terusan mau meladeni sikap semau hati Laras .
Mengingat Han yang selama ini sudah begitu banyak membantu , membuat Siti tak mungkin menolak setiap kali Laras datang memesan kue padanya.
'' permisiiiiii '' suara Laras terdengar diluar sana.
Siti dan Nana saling menatap.
"Na "
" aku mau mandi. Mak aja ladenin dia. Aku malas liat mukanya '' Nana beranjak berdiri dan langsung kekamar mandi.
Dikamar mandi samar terdengar olehnya suara Laras yang tengah beramah tamah dengan Siti.
Hingga berakhir dengan ucapan terima kasih.
Nana keluar setelah ia selesai mandi dan memastikan jika Laras telah pergi.
Dilihatnya dua lembar uang lima puluh ribu diatas meja.
Nana menggeleng tak percaya. Uang tersebut bahkan tak cukup untuk modal membuatnya.
Dilihatnya Siti yang tersenyum seperti biasa.
Nana tak habis pikir, entah terbuat dari apa hati Siti hingga bisa begitu lapang diperlakukan demikian. Meski ia sendiri pun tak bisa berbuat apa-apa.
Siti benar-benar luar biasa. Nana kagum.
Nana masuk ke kamar .Usai berpakaian ia keluar untuk mencari angin segar dengan duduk dilantai teras rumahnya.
Nana mendongak. Memikirkan apa sebenernya tujuan hidupnya saat ini.
Siti, ya hanya Siti alasan ia berjuang selama ini.
Ia takut kehilangan Siti lagi.
Nana lalu teringat saat ia mengantarkan Siti check up terakhir kali. Dokter memperingatinya untuk ekstra menjaga kondisi Siti. Selain tak boleh kelelahan, Siti juga harus bisa mengatur pola makan dan yang paling penting jangan sampai Siti berhenti mengkonsumsi Vitamin dan obat yang selama ini menopang hidupnya.
Nana dilema. Ia tak punya tabungan dan juga benda berharga lagi. Satu-satunya harta yang ia tersisa hanya rumah yang mereka tempati ini.
Ia butuh tambahan penghasilan. Karena ia harus punya simpanan untuk berjaga-jaga karena apapun bisa terjadi nanti.
Bagaimana jika ia berhenti bekerja dan menerima tawaran temannya ?
Nana menggeleng. Seperti yang Han katakan, jika tak ada jaminan ia akan memperoleh penghasilan lebih dari pekerjaan itu.
Lalu ? Ah, iya. Temannya juga menawarinya pekerjaan yang lain. Menjadi pelayan diclub malam.
Pendapatannya bisa berkali-kali lipat daripada bekerja dicafe.
Tapi jika Siti tau, ia pasti tak akan diijinkan melakoni pekerjaan seperti itu.
Nana menyenderkan duduknya dan memejamkan matanya. Bagaimana pun Siti adalah prioritasnya saat ini.
Ia bahkan tak perduli akan bagaimana dirinya nanti.
' tit ' suara klakson motor mengagetkannya.
'' eh, nak Han ''
Nana menoleh ke asal suara. Sejak kapan Siti sudah berdiri di mulut pintu ?
Tampaknya ia terlalu larut dalam pikirannya hingga tak menyadari hal itu.
Siti menebar senyum pada Han yang sudah sampai di teras rumah.
Han memberi salam lalu menyapa Siti dengan ramah, ia lalu menyodorkan bungkus makanan pada Siti.
'' time kaseh, nak Han '' Siti menerima dengan senang.
Siti lalu mengajak Han untuk duduk bersama Nana.
'' Laras uda kesini ?'' Han membuka pembicaraan.
Nana melihat sepintas pada Siti.
Ibu dan anak itu kompak mengangguk.
Mereka tau tujuan Han datang pasti karena Laras.
Padahal itu tak ada sangkut pautnya dengan Han. Nana dan Siti dibuat tak nyaman karena lagi-lagi Han datang hanya untuk meminta maaf atas kelakuan adiknya yang bukan sekali dua kali bersikap semena-mena terhadap Siti.
''tak ape.. kite nikan bukan orang lain '' Siti membuka bungkus makanan yang ternyata isinya adalah terang bulan isian kacang, cemilan kesukaannya.
Hening untuk beberapa saat hingga akhirnya Han pamit pulang setelah memberikan beberapa lembar uang lima puluh ribu untuk menutupi kekurangan uang pembayaran yang ia tau pasti tak dibayar sesuai harga oleh adiknya.
'' Han tu budak baek '' ucap Siti setelah Han berlalu .
Nana bergeming.
Ia tau akan kemana arah kalimat Siti berikutnya.
'' ape Nana tak 'de rase ngan Han ?''
Nana masih bergeming. Tatapannya lurus kedepan.
'' umor Nana kan dah cukup , tak de ke rase-rase nak punya pacar ?''
Nana tergelak. Pacar ? Ia bergumam.
Usianya sudah menginjak 23 tahun dan ia sama sekali belum tertarik untuk hal yang satu itu.
Karena ia hanya fokus mencari uang untuk pengobatan Siti.
'' Nana mesti tau Han suka Nana, kan ?''
'' .. ''
'' mak rase tak baek macam tu.
Bagilah Han kepastian, jangan buat dia tetunggu macam tu .Kesian die ''
Nana mendengus kesal.
''
itulah kenapa selama ini aku selalu nolak bantuannya. Selama ini saja aku uda cukup banyak bergantung sama dia.
Itu aja udah jadi beban buat aku. Karena itu aku gak mau berutang apapun lagi sama dia ''
'' Nana ''
'' Mak gak perlu ngomong pun , aku tau dia suka sama aku.
Tapi dia uda janji gak akan melibatkan perasaan diantara kami.
Sekalipun ada, aku harap dia gak akan pernah menyatakannya. Karena aku gak akan pernah bisa menerimanya ''
'' ape pula sebabnye ? Ape Nana maseh - - '' Siti menggantung ucapnya. Apa mungkin yang ada dipikirnya saat ini benar ? Nana masih menyimpan rasa pada ' dia ' ?
'' aku cuma mau fokus sama kehidupan kita.
Karena itu aku sama sekali gak tertarik punya hubungan apapun dan sama siapapun ''
'' tapi sampai bile, Na ? Mak juga teringin tengok Nana menikah.. jadi istri.. punya baby ''
Nana menggeleng.
Entahlah, ia sendiri pun heran. Kenapa selama ini ia seperti mati rasa. Tak ada sedikit pun keinginannya untuk seperti yang Siti katakan tadi.
Mungkin karena ia belum menemukan sosok yang bisa membuat dunianya teralihkan ? Atau karena hatinya yang masih miliki si Dia ?
* * *
Setahun lalu, sebuah Wisma yang diberi nama Damai Senior Living atau yang disingkat menjadi DSL , dibuka dan membuka lowongan untuk berbagai bagian .
Syarat masuknya terbilang cukup mudah.
Asal dapat bekerja sepenuh hati, bisa menahan diri, sabar dan tidak mudah emosi .
Selain itu pula gaji yang ditawarkan pun terbilang lumayan.
Tempat penampungan lansia yang kini telah resmi beroperasi itu berbeda dengan yang ada pada umumnya.
Mungkin karena konsep dari Panti Jompo tersebut yang terkesan seperti tempat peristirahatan sementara yang hanya diperuntukkan dan juga menerima mereka yang berasal dari kalangan tertentu saja.
DSL dibangun diatas tanah seluas 500 meter persegi ,yang di dalamnya tersedia berbagai fasilitas .Mulai dari kamar pribadi, ruang konsultasi, ahli medis yang terdiri dari beberapa dokter dan perawat bersertifikat profesional .
Itu belum termaksud untuk ruang terapi dan beberapa ruang khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan para penghuninya.
Dan Han beruntung bisa bekerja disana , walau masih berstatus pekerja kontrak.
Han dipercaya menjadi salah satu supir yang bertugas untuk melayani antar jemput dan juga untuk keperluan lainnya.
Selain itu pula, tugas lainnya adalah ia harus selalu standaby setiap saat ketika ada panggilan diluar jam kerjannya.
Meski tak jarang ia harus bekerja ekstra, namun Han senang karena itu sepadan dengan yang ia terima di tiap bulannya.
Dari pekerjaannya itu, Han bisa membawa keluarganya pindah dan menyewa rumah yang jauh lebih baik dari sebelumnya .
Bahkan harapan untuk mengkuliahkan Laras pun dapat ia wujudkan.
Pagi itu Han bersiap untuk tugas rutinnya.
Ia ditugaskan menjemput seorang lansia yang nantinya akan menjadi salah satu penghuni panti.
'' kita gak jadi ke luar kota ? '' tanya Han pada Alika, perawat yang akan ikut menemaninya.
Alika, perempuan berambut pendek itu mengangguk.
'' tadinya kita memang mau jemput dia dibandung.
Tapi tadi malam kita dikabari kalau dia uda di Jakarta karena kebetulan ada keluarganya yang datang dari luar negeri.
Tapi ya, gitu. Keluarganya gak mau ngurus '' Jelas Alika.
Han teringat Nana. Ia senang, karena itu berarti pulang kerja nanti ia bisa menjemput Nana.
'' sebentar , ya. Aku mau nelpon teman ''
'' buruan '' Alika masuk kedalam mobil lebih dulu.
Sementara itu, Han mencoba menghubungi Nana. Namun berulang kali tak kunjung diangkat.
Han lalu mengiriminya pesan teks, memberitahu jika ia akan menjemput Nana sepulang kerja nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Jiayou🐼
rasa Siti ini ingin ku bawa pulang ke cerita ku selanjutnya begitu pun dengan nana yang sedikit mulai dewasa🤭
2021-10-17
2
Elisabeth Ratna Susanti
double like👍👍 plus taburan 🌹
2021-08-04
3