🌺hem.. 🌺
Alur ceritanya lambat karena masih dalam tahap perkenalan satu persatu tokoh . Cerita juga belum sampai di konflik inti karena ada banyak hal yang akan diungkap terlebih dahulu.
Jadi, jika dirasa ceritanya terlalu bertele-tele silahkan tinggalkan jejak. Berikan kritik dan juga sarannya.
Mkasih.
* * *
Di sebuah rumah petak yang berdinding kayu, ditempat itulah Ratih dan kedua anaknya terpaksa tinggal. Selain karena harga sewanya yang murah, juga karena lebih dekat jaraknya ke sekolah.
Dulu , sewaktu sang suami masih hidup mereka tinggal di sebuah rumah kontrak yang lebih layak.
Namun kini mereka tak punya pilihan selain pindah karena keadaan ekonomi yang kian menjepit.
'' o, ya Han. Ada anak baru kan disekolah mu ?'' tanya Ratih pada anak sulungnya Johan , yang biasa dipanggil dengan ujung namanya.
Anak laki-laki berambut cepak yang sedang melahap sarapan berupa mi goreng instan itu mengangguk .
'' aku pergi dulu , bu '' pamitnya tanpa memperdulikan sang ibu .
Han tau jika Ratih masih ingin menyambung percakapan namun ia enggan meladeni.
Han sudah akan beranjak dari kursinya, namun Ratih mencegah dengan menahan pundaknya untuk tidak bangun dari duduknya.
'' kamu ini, ibu kan belum selesai ngomong ''
'' apa lagi , sih bu ? Coba, deh jangan suka ikut campur urusan orang '' Han tau jika sang ibu adalah ojek yang mengantar jemput Nana, anak baru disekolahnya yang cukup terkenal karena sering dibully.
'' ibu tu kepikiran aja sama Neng Nana.
Memangnya apa si yang buat keluarganya sampai tega ninggalin anak gadis umur segitu sendirian ?
Ibu kasihan, Han.
Makanya coba, de kalo misalnya disekolah kamu liatin.
Siapa tau ada yang isengin atau jahatin dia ''
Han menghela nafas.
'' bu, sekali lagi ni ya aku ingetin. Kalau itu sama sekali bukan urusan kita ''
'' ya, ampun ni anak gak punya hati apa kamu !?
Coba kamu bayangin , seandainya adekmu Laras yang nasibnya kaya gitu ?
Gimana perasaanmu, kalau tau gak ada yang perduli sama Laras ?''
Han diam sesaat. Han memang sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya bernama Laras.
Dan sang ibu selalu menggunakan kelemahannya itu ketika memintanya untuk melakukan sesuatu.
* * *
Nana berjalan melewati pintu kelas .Han yang melihat itupun bisa menebak, jika Nana menuju ke toilet yang ada diujung selasar sana.
'' hei, Mira '' Han mendobrak meja dimana ketiga gadis yang baru saja menindas Nana duduk.
Mira mendongak, lalu berdiri seiring dengan senyuman yang terukir diwajah cantiknya.
'' eh, ada a'a '' ucap Mira begitu menggoda . Ia memang sudah lama naksir si hitam manis Han.
Hanya saja anak laki-laki yang terkenal akan kenakalannya itu selalu mengacuhkannya.
'' mulai sekarang jangan lagi gangguin dia ''
Mira menatap penuh tanya .Begitu pun dengan Pipit dan Tia .
'' dia ? Siapa ? ''
'' Nana ''
'' eng ? Memangnya kenapa ?''
'' karena sekarang dia mangsaku.
Jadi cuma aku yang boleh gangguin dia ''
'' ... ''
'' kenapa ? Gak terima !?''
'' kenapa dia ? Kenapa kamu gak gangguin aku aja ?'' senyum Mira kian merekah.
'' najis.. '' Han menatap jijik sembari berlalu dari ketiga gadis tersebut.
Wajah Mira pias. Han menghinanya. Ia tau apa yang Han maksud dengan kata tadi.
Karena hanya Han yang tau, siapa dan apa yang pernah ia lakukan diluar sekolah.
Han yang sedang menuju kelasnya, terlihat memasukkan dompet hitam kedalam tasnya .
Entah bagaimana tadi ia berhasil menyelipkan tangan, merogoh tas Mira yang ditaruh diatas meja dan mengambil dompet Nana.
" terus mau ku apakan dompetnya ?
Masa, iya aku kembaliin gitu aja.
Enggg.... atau titip ibu aja kali, ya ?
Ah, kalau ibu tau urusannya bakalan makin panjang.
Bisa-bisa aku disuruh jagaiin anak orang ''
Han mengagaruk kepalanya, bingung.
* * *
Keesokan harinya, Nana yang baru saja datang langsung menghampiri Mira untuk menebus dompetnya.
Namun setelah ia menyerahkan uang, Mira dengan santainya mengatakan jika dompet tersebut telah hilang.
Nana yang merasa dibohongi pun kesal.
Marahnya memuncak.
Nana tak bisa lagi menahan diri dan seketika itu pula ia menunjukkan sisi lainnya.
Tanpa aba-aba , Nana menyerang Mira dengan brutal.
Di mulai dengan menjambak rambut ikal Mira dan menariknya dengan kuat. Nana geram.
Mira yang tak siap hanya bisa berteriak kesakitan .
Ia pun berulang - ulang kali menyebut nama Pipit dan Tia untuk menolongnya.
Mira memaki, berteriak dan memerintah Nana untuk melepaskannya .
Namun Nana tak perduli . Bahkan sakit karena dua orang yang berusaha menarik tubuh dan berlanjut memukulinya itupun Nana tetap bertahan dan justru memperkuat tarikannya pada rambut Mira .
Pipit dan Tia panik.
Dirasa tak punya pilihan lain, Pipit reflex mengigit tangan Nana hingga akhirnya tangan itu terlepas.
Suasana kelas pun menjadi ricuh hingga mengundang mereka yang berada diluar kelas.
Termaksud juga Han yang berada di kelas sebelah pun ikut penasaran .
Han menerobos kerumunan murid yang memenuhi mulut pintu kelas dimana kegaduhan berasal.
Tampak Mira menangis , memegang kepalanya yang sakit, lalu histeris saat melihat rambut yang terlepas dari kulit kepala akibat tarikan Nana tadi.
Namun ternyata Nana belum cukup puas.
Pipit dan Tia yang mengira jika aksi Nana sudah selesai dikagetkan dengan Nana yang kembali menyerang Mira.
Kali ini Nana mendorong tubuh itu hingga terjerembab di lantai.
Nana menekuk kedua lututnya, menahan agar tubuh itu berada di bawah dan tak dapat bergerak.
' Plak ' suara tamparan yang begitu kerasa mendarat diwajah Mira.
* * *
Ditempat lain.
Siti yang baru saja selesai mengunjungi sang suami , tiba-tiba mendapat telpon yang membuatnya harus bergegas ke tempat Nana.
Pak Anas yang selalu setia ada disampingnya itupun dengan sigap mengantarkannya saat itu juga.
Siti tampak cemas, disepanjang perjalanan ia tak berhenti bergumam, berdoa dan berharap jika tak terjadi hal buruk yang menimpa anak sambungnya .
* * *
Siti sampai disekolah saat jam pelajaran telah selesai.
Ia yang sudah ditunggu sejak tadi itupun diminta ke ruang kepala sekolah .
Siti memberi salam yang langsung disambut oleh ibu kepala sekolah dan dipersilahkan duduk disamping Nana.
Siti sempat melihat sepintas pada siswi dan seorang wanita yang duduk dihadapanya.
'' Nana '' sapa Siti pada Nana yang tengah menatap tajam dengan wajah merah padam .
Untuk sesaat Siti tampak begitu memperhatikan Nana. Rambut pendek itu terlihat berantakan, pakaiannya pun kusut dan kotor.
Siti pun memalingkan pandangannya saat Ibu kepala sekolah mendudukkan diri disofa tunggal diantara duduknya mereka dan mulai menceritakan apa yang baru saja terjadi.
Siti mendengarkan dengan seksama dengan sesekali menoleh pada Nana.
Dan ketika Ibu kepala sekolah selesai berbicara, Siti yang merasa perlu untuk mendengar langsung dari Nana itupun lalu bertanya, apakah benar jika yang terjadi memang seperti yang diceritakan oleh ibu kepala sekolah barusan.
'' anak saye tak salah '' ucap Siti membuat ibu dan anak yang duduk di hadapannya melotot.
'' gimana bisa gak salah ? Lihat anak saya babak belur !? Terus rambutnya juga sampai rontok kaya gini.. !
Semua itu karena perbuatan anak ibu ! '' Ibu Mira dengan nada suara yang tinggi . Ia tak terima.
'' anak saye buat macam tu bukan tanpa sebab, tau ?
Anak ibuk dah peras lalu rebut dompet anak saye.
Masok akal tau ' anak saye marah ? ''
Sang ibu menatap Mira .Seketika wajah yang tadi penuh dengan api kemarahan seketika berubah pias.
Apalagi saat Mira tertunduk dan tak menyangkalnya.
Setelah mengambil kesimpulan, Ibu kepala sekolah pun memberi sanksi untuk kedua muridnya.
Nana hanya mendapat peringatan, sementara Mira di skros selama tiga hari dan juga mendapatkan hukuman tambahan . Selama sebulan penuh Mira harus memungut sampah disekitar area sekolah.
Nana dan Siti pun puas akan keputusan tersebut.
Keduanya lalu keluar dari ruang kepala sekolah dengan Siti memegang pundak Nana , memapahnya berjalan.
* * *
' buk ' Siti menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
Nanapun melakukan hal yang sama. Siti menoleh begitupun dengan Nana. Keduanya saling menatap.
Untuk sesaat keduanya terdiam, menatap dengan memperhatikan satu sama lain.
Nana terlihat sendu.
Apa yang matanya tangkap adalah kondisi Siti yang terlihat jauh berbeda dari terakhir kali pertemuan mereka.
Siti nampak lesu. Pasti banyak hal yang harus ia urus hingga membuatnya terlihat begitu lelah.
Wajahnya kusam. Sepertinya tak cukup tidur atau tidurnya yang tak lagi bisa nyenyak.
Dan lagi, tubuhnya terlihat semakin kurus.
Nana prihatin pada kondisi ibu tirinya.
Begitupun dengan Siti.
Ia tau jika Nana telah melewati banyak hal selama ia tinggal. Dan Nana sepertinya telah kehilangan beberapa kilo berat badannya.
Nana kini tak segembul dulu.
'' Nana '' Siti mengenggam jemari Nana.
Air matanya menetes tanpa bisa ia tahan lagi.
'' maafkan, emak .. hiks.. '' Siti melihat bekas gigitan di tangan Nana. Pasti sakit .Pikirnya yang kemudian mengusapnya lembut.
'' maafkan, Nana juga Siti.. Nana uda buat Siti khawatir ''
Siti menggeleng.
'' Nana kena betahan dikit lagi, ye '' Siti tak berdaya.
Bukan tanpa alasan ia meminta Nana untuk kembali bersabar dan juga bertahan.
Malamnya, ia terpaksa meninggalkan Nana dan harus kembali saat itu juga karena ada hal mendesak yang harus ia lakukan.
* * *
Hari ini adalah try out menjelang satu bulan sebelum ujian Nasional.
Nana pun sudah berpesan pada Ratih agar datang dan mengantarkannya ke sekolah lebih awal dari biasanya.
' tit ' sebuah motor yang dikendarai laki-laki berseragam putih abu-abu berhenti didepan rumahnya.
Nana mengernyit. Pasalnya ia tak tau siapa yang tengah turun dari motor king itu.
'' Nana, kan ?'' tanyanya membuat Nana semakin bingung.
'' aku anaknya bu Ratih ''
Nana teringat jika Ratih pernah mengatakan jika anak laki-lakinya juga bersekolah di tempat sama dengannya.
Ada apa, ya ?
'' aku, Han '' ucapnya saat Nana membuka pagar rumah.
Nana dan Han saling menatap.
'' Ibuku bilang dia gak bisa antar kamu kesekolah kalau harus berangkat lebih awal dari biasanya.
Jadi, sebagai gantinya aku yang akan mengantarmu.
Toh, kita satu sekolah juga ''
'' ... ''
'' aku juga sebenarnya gak mau harus repot-repot kaya gini ! Aku tu juga terpaksa tau ! ''
Han berbalik namun saat akan menghidupkan mesin motornya , Nana menahannya.
'' tung-tunggu sebentar '' Nana pun meminta Han untuk menunggunya mengambil tas dan juga mengunci pintu rumahnya.
Hari itu menjadi awal perkenalan mereka meski secara tak langsung.
Saat sampai disekolah, terlihat beberapa pasang mata melihat pada Nana yang turun dari boncengan Han.
Sebelum melangkah, Nana terlihat menarik nafas panjang untuk memantapkan hati. Mulai kini ia tak akan mau lagi menjadi bahan bully an.
Ia yang berada beberapa langkah dibelakang Han, terlihat begitu percaya diri, berjalan dengan kepala tegak.
Tak ada ejekan , lontaran kata-kata kasar, dan juga tatapan sinis seperti hari kemarin.
Untuk pertama kalinya ia dapat melangkah ringan tanpa gangguan.
Tentu saja Nana lega sekaligus senang.
Padahal sebenarnya, Han lah yang membuat para murid yang biasa mengejek dan juga mengerjainya tak berani melakukan hal itu lagi padanya.
Ternyata kabar tentang ia yang berboncengan dengan Han saat tiba disekolah tadi telah menyebar dengan cepat.
Dan Nana sama sekali tak menyadari, jika perubahan suasana sekolah terjadi adalah karena para murid tak ingin terlibat masalah dengan Han .
Hari pertama tryout selesai. Saat pulang Nana pun kembali diantar Han .
Dan begitu pun dihari berikutnya.
Ratih tak lagi mengantar dan juga menjemput Nana ke sekolah. Karena Han lah yang kini menggantikan tugas tersebut.
Han pun tak tau kenapa ia mau saja melakukannya. Meski awalnya karena diimingi-imingi akan diberi bagian saat ibunya dibayar nanti.
Bagitpun dengan Nana. Jika awalnya ia merasa canggung, lama kelamaan iapun mulai bisa menerima dan membiasakan diri dengan Han.
Entah sejak kapan hubungan mereka yang awalnya canggung, perlahan mulai dekat dan semakin akrab.
Ia dan Han memang tak banyak bicara.
Tapi mereka kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Selain rutinitas pulang pergi kesekolah, sesekali Nana akan meminta diantar ke suatu tempat jika sedang ada keperluan.
Pun Nana akan bicara seperlunya saja dan ditanggapi oleh Han dengan bahasa khasnya yang terkesan kasar .
Namun Nana tak pernah mempermasalahkan hal tersebut, karena laki-laki itu tak pernah sekalipun menunjukkan apalagi bersikap yang tak senonoh padanya.
* * *
Suatu hari disaat pulang sekolah.
'' Han '' sapa Mira sesaat sebelum Nana naik ke bonceng motor Han.
Nana yang mengerti maksud Mira menghampiri mereka itupun urung naik ke atas motor .
Nana megambil langakah menjauh untuk memberi ruang pada Mira dan Han .
Mira yang sejak perkelahian mereka waktu itu memang tak pernah lagi mengusiknya. Tapi belakang gadis mulai sering menghampirinya lagi, hanya untuk menanyakan hubungannya dengan Han yang setiap hari pulang pergi ke sekolah bersama.
Nana berhenti dan duduk dibangku taman sekolah.
Ia lalu melihat dari kejauhan bagimana Han yang sedang berbicara dengan Mira disana.
Tak sengaja ia dan Han saling bertatap, membuat Nana seketika memalingkan wajahnya ke lain arah.
* * *
'' Na '' ucap Han saat Nana baru turun dari boncengan dan sudah membuka pagar rumah.
Nana berbalik dan seperti biasa hanya menanggapinya dengan ' eng ' saja .
'' Mira masih suka gangguin kamu ?''
Nana menggeleng .
'' ya, uda '' singkat Han yang kemudian langsung menancap gas motornya dan berlalu dari hadapan Nana.
* * *
Malamnya , Nana terlihat baru saja selesai mandi.
Dengan tubuh berbalut handuk ia merebahkan diri diatas tempat tidur.
Sudah empat bulan berlalu. Kasus sang papa kini sedang panas digempur dimeja hijau.
Silih berganti berita menyorot, hingga satu per satu fakta baru pun terkuak.
Salah satu fakta yang membuatnya tercekat adalah pak Andre yang ternyata juga seorang pecandu narkotik jenis sabu.
Karena itu bukan hanya pidana korupsi saja yang menanti pak Andre, pidana kepemilikan sabu pun akan menjadi tambahan masa tahanannya nanti.
Nana pasrah. Ia sebenarnya sangat ingin menemui sang papa. Namun Siti melarang dan memintanya untuk fokus hingga ujian Nasional selesai.
'' Siti '' ucap Nana dalam sambung telpon.
'' Nana, acam mane ujiannye ? Lancarkan ?'' suara Siti menyambutnya.
Cara bicara wanita itu tak pernah berubah.
Selalu lembut dan juga hangat padanya.
'' Siti, aku bole kesana gak ? Aku mau ketemu papa ''
'' ... ''
'' Sitiii... sekali aja.. Aku kangen papa . Masa papa gak pernah nanyain atau mau ketemu aku, si ?''
'' .. ''
'' Siti kan uda janji.
Kalau aku uda selesai ujian aku bole kesana ''
'' ... ''
'' Siti iiii '' Nana bernada memelas.
'' eng, ye Nana.
Nanti mak datang jemput Nana ketemu papa.
Tapi tunggu sampai putus sidang ye ?
Sebab kalau Nana nak jumpe papa sekarang, Nana mesti banyak lewati pemeriksaan.
Mak pun tak nak nanti media tengok dan tangkap gambar Nana.
Mak tak nak Na- ''
'' dari dulu aku disuruh tunggu ini, tunggu itu.
Bilang aja kalau aku gak bole ke sana , kan ! ? ''
'' buk-bukan macam tu Nana.
Mak tak cakap tak bole. Tapi kene tunggu sampai papa dipindah ke sel tahanan ''
'' sebenarnya ada apa, si Siti ?
Kok kayanya kamu lagi nutupin sesuatu dari aku ?
''
'' ... ''
'' percuma, Siti, percuma !
Aku uda tau semuanya.
Aku uda dengar beritanya.
Jadi gak ada yang perlu kamu sembunyikan dari aku lagi. Lagian mau sampai kapan kamu ngatur hidupku, hah ?
Aku uda bukan anak kecil lagi. Aku uda cukup besar untuk memutuskan dan juga melakukan apa yang aku mau ''
' tut '
Panggilan Siti akhiri.
Nana terdiam perlahan bulir-bulir bening mulai mengalir dari kedua sudut matanya.
* * *
Sedangkan Siti.
Ia saat ini sedang berada di sebuah restoran pinggir pantai dengan pencahayaan yang remang.
Ia duduk di pojokkan.
Sesaat tadi ia menerima telpon dari Nana, dan langsung ia matikan ketika melihat sosok yang ia tunggu datang dan tengah berjalan mendekat.
Seorang wanita cantik berpakaian **** mendudukkan diri di kursi yang ada dihadapannya.
Dia adalah Narnia Rembulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Siti Sa'diah
mungkin ayahnya nana korupsi gaga2 mama nana yg nuntut banyak mama nana kan model
2023-03-03
0
Jiayou🐼
Andai Han adalah cewek otomatis Nana dan dia jadi girl crush di sekolah itu🤭 btw aku mulai paham ini cerita alur nya...
2021-10-17
2
pecinta hijau
next semangat 💪
2021-07-19
2