Kimora sadar diri. Saat akan masuk ke mobil, dia membuka pintu belakang. Tidak menunggu Alfarezi mengusirnya. Kimora memilih duduk di kursi belakang.
Akan tetapi, Alfarezi justru merasa tidak senang. Dia berpikir jika Kimora menganggapnya sebagai sopir. Maka berkatalah dia dengan sedikit emosi. "Siapa suruh kamu duduk di belakang? Kamu anggap aku sopir kamu? Duduk di depan!" ucap Alfarezi dengan sedikit marah.
Tidak ingin semakin membuat Alfarezi marah. Kimora buru-buru keluar dari mobil dan pindah tempat duduk di samping Alfarezi.
Sepanjang perjalanan Alfarezi selalu bersikap dingin kepada Kimora. Dan Kimora bukannya tidak merasakan hal itu. Tapi, dia tetap bersikap biasa. Kimora juga sadar, jika Alfarezi tidak menginginkan perjodohan itu.
Sebenarnya Kimora juga tidak mau dijodohin. Dia merasa bisa cari pasangan hidup sendiri. Tapi, kakek Alfarezi datang kepada dengan memohon supaya mau menikah dengan cucunya.
Kakek Alfarezi juga berkata jika itu adalah keinginan kakek Alfarezi dan kakeknya untuk menjodohkan mereka berdua. Janji itu adalah janji seorang sahabat yang tidak bisa diingkari.
Kakek Alfarezi juga mengatakan 'demi keutuhan keluarga kakek'. Entah apa yang dimaksud dengan perkataan kakek Alfarezi. Tapi, Kimora merasa jika hal itu adalah masalah besar yang mengancam keutuhan keluarga Alfarezi.
Kimora mencuri-curi pandang. Harus diakui jika pria yang ada di sampingnya tersebut sangatlah tampan. Hidungnya yang mancung, sorot mata yang tajam, juga bulu mata yang lentik seperti perempuan, serta bibir yang tipis. Sekilas mirip seperti anime dalam dunia nyata.
Tiba-tiba rasa iba menyergap hati Kimora. Dia masih teringat betul ucapan kakek Alfarezi pada waktu kakek Alfarezi memintanya untuk menikahi Alfarezi.
"Alfa dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang papa dan mamanya, dari kecil dia hanya tinggal bersama kakek, ibunya meninggal saat melahirkan dia." ucap kakek Alfarezi pada waktu itu.
Meskipun orang tua Kimora sudah meninggal juga . Tapi setidaknya dia pernah merasakan kasih sayang orang tuanya sampai dia berusia 15 tahun. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan waktu melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Setelah itu dia hidup dengan kakeknya.
Mungkin itulah sebabnya Alfarezi selalu bersikap dingin. Dia melembut hanya kepada Ines karena rasa cintanya ke Ines.
Malam kota menyala di sepanjang jalan yang mereka lalui. Mobil mercedez benz c-class bersiul menuju tengah kota. Sudah hampir setengah jam mereka belum juga sampai ke tempat tujuan.
"Masih lama ya kak?" tanya Kimora memecah kebisuan.
"Bentar lagi sampai." jawab Alfarezi masih terdengar sangat dingin.
Sekitar sepuluh menit kemudian. Mobil Alfarezi berhenti di sebuah rumah mewah bernuasa modern. Keluarlah dari rumah tersebut seorang wanita yang sangat cantik. Tubuhnya yang langsing di balut dengan dress pendek ketat, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Begitu memanjakan mata.
Kimora sampai melongo melihat tubuh indah wanita itu. Dia memandang wanita itu, kemudian menengok dirinya sendiri. Sangat jauh berbeda.
"Nggak salah sih jika dia menolak dijodohin sama aku. Pacarnya aja cantik dan langsing gitu, sementara aku langsung gini." gumam Kimora dalam hatinya membandingkan dirinya sendiri dengan Ines.
Alfarezi keluar dari mobil dan memeluk kekasihnya di depan Kimora. Lalu dengan kejam mengusir Kimora supaya duduk di kursi belakang.
Kimora tidak protes karena dia sadar posisinya. Tanpa menunggu lama, Kimora turun dari mobil dan pindah tempat ke kursi belakang.
Ines mengerutkan keningnya. Pasalnya dia baru pertama kali melihat wanita itu. Dan kenapa bisa duduk di kursi depan bersama pacarnya.
"Dia siapa yank?" tanya Ines curiga.
"Dia Kimora, orang yang aku ceritain kemarin, yang dijodohin sama aku." jawab Alfarezi sangat tidak senang membahas tentang Kimora. Karena menurutnya tidak penting.
"Oh, dia calon istri?" ucap Ines melirik Kimora dengan sinis. Sesaat kemudian dia tersenyum sinis. Jelas, dia membandingkan dirinya dengan Kimora. Dan Ines tentunya merasa lebih baik dari Kimora dalam segala hal.
"Jangan gitu yank, cinta aku cuma buat kamu." Alfarezi meraih tangan Ines dan menciumnya dengan lembut.
Kimora yang melihat calon suaminya bermesraan dengan wanita lain di depan. Hanya bisa menghela nafasnya, menahan amarah yang tak terkatakan.
Kimora tersenyum kecil. Menertawakan dirinya sendiri yang konyol. Kenapa dia mau menikahi pria yang sama sekali tidak mencintainya. Tapi Kimora sudah terlanjur jauh. Mungkin, dia sudah jatuh cinta kepada pria itu.
"Betapa konyolnya hidup kamu. Siapa suruh kamu datang awal waktu Tuhan membagikan daging, jadi kelebihan daging kan kamu." Kimora bergumam sendiri di dalam hatinya.
Saat makan malam di restoran pun. Alfarezi meminta Kimora untuk duduk di meja sendiri. Alfarezi tidak mengizinkan Kimora duduk satu meja dengannya dan Ines.
"Jangan berani-berani lapor ke kakek soal ini!" bisik Alfarezi kepada Kimora.
Hanya bisa menurut apa kata Alfarezi. Kimora memilih meja dekat dengan jendela. Karena dari tempat itu, kota terlihat sangat indah. Restoran itu berada di lantai 3.
Sesekali Kimora melirik Alfarezi yang sedang bersendau gurau dengan Ines. Tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang tidak enak di dalam hatinya.
Cemburu.
Daripada terus merasakan tidak enak di dalam hatinya. Kimora memilih untuk mengambil ponselnya dan mulai main game. Setidaknya rasa itu bisa tersamarkan dengan keseruannya main game favoritnya.
"Hai, sendirian aja?" tiba-tiba datang seorang pria berpakaian casual tapi keren mendatangi Kimora.
"Aku perhatiin dari tadi kok nggak ada teman? Boleh aku temenin?" lamjut pria itu. Tapi, belum sempat Kimora menjawab pertanyaan pria tersebut. Pria itu sudah main duduk saja di seberang Kimora.
"Kenalin aku Shaka!" pria itu mengulurkan tangannya.
"Aku...aku Kimora.." Kimora menjabat tangan pria tersebut.
"Kamu pendatang baru di restoran ini? Aku baru lihat kamu." Shaka adalah pelanggan utama restoran tersebut. Hampir setiap hari dia selalu datang ke restoran itu. Jadi dia setidak hafal siapa aja yang datang ke restoran tersebut. Dan dia baru pertama kali melihat Kimora.
"Iya." Kimora menganggukan kepalanya dengan canggung. Itu pertama kalinya ada seorang pria asing yang mengajaknya berkenalan.
"Aku juga perhatiin dari tadi kamu lihatin mereka terus, kamu kenal mereka?" Shaka menunjuk Alfarezi dan Ines yang asyik ngobrol.
Kimora yang bingung mau menjawab apa. Hanya menganggukan kepalanya saja. Kemudian kembali melanjutkan permainan di ponselnya.
"Main apa sih?" tanya Shaka ketika melihat Kimora sangat fokus ke ponsel dibanding ke dirinya.
"Main game petualang," jawab Kimora masih saja fokus dengan ponselnya.
Shaka terus memperhatikan Kimora yang tidak mengindahkannya. Senyuman mengembang di wajah tampannya. "Lucu banget sih kamu, apalagi pipi kamu ini, gemes banget.." Shaka tiba-tiba menarik pipi Kimora yang temben.
Tentu saja apa yang di lakukan oleh Shaka tersebut membuat Kimora kaget. Wajahnya pun memerah karena canggung.
"Kenapa wajah kamu merah gitu?" tanya Shaka dengan tertawa.
Kimora semakin canggung karenanya. Dia dengan cepat menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Karena kulitnya yang putih. Jadi Shaka bisa melihat jelas wajah Kimora yang memerah.
"Kenapa sih?" Shaka geli sendiri melihat tingkah Kimora.
"Aku malu tahu kak, baru pertama kali ada cowok yang bilang aku lucu.." ucap Kimora tanpa membuka tangannya sama sekali.
"Jadi aku yang pertama?" Kimora dengan cepat menganggukan kepalanya.
"Lain kali jangan bilang aku lucu lagi, tapi langsung bilang aja kalau aku cantik.." ucap Kimora sembari membuka kedua tangannya sedikit. Dia juga tersenyum dengan sangat imut.
Shaka semakin tertawa mendengar dan melihat betapa konyolnya Kimora. Ya, Kimora memang memiliki kepercayaan diri diatas rata-rata.
"Boleh minta nomer nggak?"
"Maaf kak, aku bukan dukun, jadi jangan minta nomer ke aku, datang aja ke pohon angker, biasanya orang kalau minta nomer kesitu." Lagi-lagi Shaka terbahak mendengar jawaban konyol Kimora.
"Nomer hape kamu maksudnya, bukan nomer togel. Ada-ada aja." ucap Shaka masih belum bisa berhenti tertawa.
Shaka dan Kimora akhirnya saling bertukar nomer telepon.
Tanpa mereka sadari. Dari meja sebelah. Alfarezi menatap tidak suka melihat Kimora begitu akrab dengan lelaki lain. Fokus Alfarezi pun mulai terpecah.
"Kenapa? Kamu cemburu?" tanya Ines dengan cemberut.
"Nggaklah, apaan sih yank." Alfarezi mencubit pipi Ines.
Alfarezi tidak tahu kenapa dia merasa tidak suka melihat Kimora tertawa lepas bersama lelaki lain. Apa mungkin karena mereka yang akan segera menikah. Entahlah.
Tapi Alfarezi menyangkalnya di depan Ines. Dia meyakinkan dirinya sendiri jika dia mencintai Ines.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Siti Solikah
bagus,ada Shaka ,sama Shaka aja kimora
2022-05-04
3