Keesokan paginya, Alfarezi bangun lebih dulu dari Kimora. Melihat Kimora tertidur tanpa memakai pakaian. Alfarezi sadar, kalau semalam mereka melakukannya.
Alfarezi tidak tahu kenapa dia memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan itu semalam. Padahal, bersama Ines dia juga sering kali foreplay. Tapi sama sekali tidak punya keinginan untuk melakukannya dengan Ines.
Dia bahkan sempat berpikir, apakah dia impoten. Karena seperti apapun Ines menggodanya. Sama sekali Alfarezi tidak bisa membangkitkan keinginannya. Mereka hanya akan bercumbu, tanpa melakukan lebih jauh lagi.
"Pada akhirnya dia yang bisa buat aku bergairah." gumam Alfarezi sembari tersenyum dan menatap Kimora yang masih terlelap.
Semalam dia memang mabuk. Tapi kesadarannya masih 50 persen. Tentunya dia tahu apa yang telah dia lakukan semalam bersama istrinya. Alfarezi juga tahu apa yang telah Kimora lakukan.
Senyumannya kembali mengembang ketika teringat semalam Kimora merawatnya, menyeka kakinya dengan air hangat, juga membantunya melepas pakaian karena takut di marahi kakeknya.
Alfarezi menyentuh kepala Kimora dengan lembut. "Maafin aku ya karena udah maksa kamu!" gumamnya seorang diri.
Alfarezi tidak mau menyesali apa yang telah terjadi. Dia menganggap semua itu memang kebutuhan dan juga nafkah batiniah. Wajarkan sebagai suami istri yang sah melakukan hal tersebut.
Akan tetapi, ketika teringat Ines. Dia kembali murung. Mengambil ponsel dan menghubungi Ines. Tapi tetap saja Ines tidak mau menerima teleponnya.
Karena tidak mau terus stress. Alfarezi pun beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi. Lebih baik membasuh diri supaya pikirannya kembali fresh.
Sedangkan Kimora membuka matanya ketika Alfarezi sudah selesai mandi. Dia melihat dirinya yang tanpa busana pun menjadi malu karena dilihat Alfarezi.
"Merem!!" pintanya kepada Alfarezi.
"Aku udah lihat semua semalam." jawab Alfarezi santai sambil menyisir rambutnya.
Mendengar perkataan Alfarezi, wajah Kimora berubah memerah. Dia melempar bantal ke arah Alfarezi. "Mes*m.." serunya.
"Ck.. Mes*m gimana? Itu kewajiban," Alfarezi masih berkata dengan santai.
Kimora tidak lagi mau berdebat dengan Alfarezi. Dia buru-buru berlari ke kamar mandi dengan menutupi tubuhnya menggunakan selimut.
Alfarezi yang melihat tingkah konyol istrinya hanya tersenyum geli. Bahkan semalam mereka menikmatinya. Bisa-bisanya saat bangun dia merasa malu.
"Dasar anak kecil." gumam Alfarezi tersenyum kecil.
*Di ruang makan*
Alfarezi turun lebih dulu daripada Kimora. Kakeknya sudah ada di meja makan menunggu cucu dan cucu menantunya turun untuk sarapan.
"Fa, bukankah kamu sama Kimora sebaiknya bulan madu?" ucap kakeknya.
"Alfa masih sibuk kek," jawab Alfarezi malu-malu teringat kejadian semalam.
"Kakek sudah pengen punya buyut." ungkap Deddy. Dia sudah ingin sekali menimang buyut. Supaya dia tidak merasa kesepian ketika Alfarezi bekerja dan Kimora ke kampus.
"Ya.... ya nanti aja kek, nanti kalau udah waktunya punya pasti juga punya." memikirkan keinginan kakeknya, Alfarezi menjadi ikut berpikir seandainya dia memiliki anak pasti akan membahagiakan.
Alfarezi pernah membayangkan betapa sempurnanya hidup ketika memiliki anak-anak yang lucu. Ketika dia pulang kerja, anak-anaknya akan meringkuk minta gendong, seketika lelahnya pun sirna.
Lagi-lagi dia teringat Ines. Karena angan-angan itu adalah harapannya hidup bersama dengan Ines.
"Kek, kalau Alfa poligami gimana?" tanya Alfarezi tiba-tiba yang membuat kakeknya menyemburkan minuman yang sedang dia minum.
Brakk..
Deddy marah dan menggebrak meja makan. "Kalau kamu berani, kamu akan kakek coret dari dari garis keturunan kakek.." ucapnya dengan marah.
"Kamu masih belum bisa lepasin wanita itu?" seru kakeknya kembali menggebtak meja di depannya.
"Apa kurangnya Kimora? Dia cantik, baik, keluarganya juga jelas." imbuh Deddy masih dengan emosi tingkat dewa.
"Tapi Alfa tidak mencintai Kimora, yang Alfa cinta Ines. Lagipula aku sama Ines hanya akan nikah siri." ucap Alfarezi dengan tegas.
Bersamaan dengan itu, Kimora yang turun untuk sarapan mendengar perkataan Alfarezi. Jadi semalam???
Kimora tersenyum pahit, dia berusaha tetap tenang di hadapan kakek dan Alfarezi. Terus meyakinkan dirinya sendiri, jika apa yang terjadi semalam hanyalah kewajiban sepasang suami istri saja.
"Pagi kakek..." sapa Kimora berusaha biasa saja meskipun hatinya sedikit sakit.
Tidak masalah jika Alfarezi tidak mencintainya. Tapi yang membuatnya sakit, karena Alfarezi berpikiran ingin poligami. Sebagai seorang istri itu sangat melukai perasaannya.
"Kimora??" Deddy seketika menjadi gugup. Takut jika Kimora mendengar semuanya. Tapi melihat senyuman Kimora yang cerah, Deddy bisa bernafas lega. Dia yakin Kimora tidak mendengar perkataan Alfarezi tentang poligami.
"Pagi cucu kakek yang imut dan cantik." sapa balik Deddy.
"Pagi suami.." sapa Kimora juga ke Alfarezi.
Alfarezi menoleh, tidak biasanya Kimora menyebutnya suami. Alfarezi berpikiran jika Kimora telah mendengar perkataannya sebelumnya mengenai poligami dan nikah siri dengan Ines.
Setelah selesai sarapan. Alfarezi mengantar Kimora ke sekolah. Di dalam mobil mereka seperti perang dingin. Kimora yang tadi masih bisa bersikap imut. Di dalam mobil hanya diam tanpa sepatah katapun.
Melihat kedinginan wanita yang ada disebelahnya membuat Alfarezi tidak nyaman. Dia terbiasa dengan keberisikan Kimora. Tapi tiba-tiba jadi dingin, membuat Alfarezi canggung.
"Kenapa diem aja? Masih terngiang-ngiang kejadian semalam? Belum bisa lupa?" tanya Alfarezi sambil tersenyum kecil. Dia tidak kuat menghadapi kedinginan wanita yang biasa ceria itu.
"Sesuatu yang terpaksa dilakukan kenapa hatus diingat?" ucap Kimora masih sangat dingin. Sementara Alfarezi membulatkan matanya. Itu sama saja dengan mengatakan jika semalam Kimora terpaksa melakukannya.
Mengingat itu, membuat Alfarezi menjadi kesal. "Jadi kamu semalam terpaksa?" Alfarezi mencengkeram lengan baju Kimora.
"Bukan terpaksa, tapi karena memang itu adalah kewajiban aku sebagai istri. Bukan karena aku mau." mendengar perkataan provokatif Kimora membuat Alfarezi tidak bisa menahan amarahnya.
Tanpa peringatan, Alfarezi mencium bibir Kimora. Tentu saja apa yang dilakukan Alfarezi tersebut mengagetkan Kimora. Bukan hanya Kimora, tapi juga Ivan dan Boy yang ada dalam satu mobil itu juga.
Dengan sekuat tenaga Kimora mendorong Alfarezi yang masih menciumnya. Ciuman yang mendominasi tersebut membuat Kimora kesulitan bernafas.
"Ehem.." Boy ingin mengingatkan Alfarezi jika bukan hanya mereka berdua yang ada di dalam mobil. Tapi juga ada dirinya dan Ivan yang ada di mobil tersebut.
Seketika Alfarezi melepaskan ciumannya. Kemudian marah kepada Boy yang mengganggunya. "Kalau sakit berobat!" ucapnya menepuk pundak Boy dengan cukup keras.
Sementara Kimora hanya terdiam sembati menundukan kepalanya. Dia merasa malu kepada Boy dan Ivan. Karena secara langsung mereka melihatnya berciuman dengan Alfarezi. Meskipun dia dipaksa, tapi tetap saja dia merasa malu.
"Van, berhenti di depan!" pinta Kimora.
"Kenapa? Kamu malu jika teman-teman kamu tahu, kamu aku anter?" tanya Alfarezi tidak puas dengan apa yang dilakukan Kimora.
"Iya. Gimana kalau mereka bertanya siapa kamu? Apa aku harus jawab kamu suami aku atau sepupu aku?" sebenarnya itu adalah sindiran untuk Alfarezi. Di satu sisi dia tidak mau mengakui Kimora sebagai isyrinya di depan orang, kecuali orang terdekat. Di sisi lain, dia tidak suka Kimora mengakuinya sebagai sepupu. Sangat membingungkan.
"Faktanya aku memang suami kamu, kenapa harus malu?" Kimora membulatkan mata mendengar perkataan Alfarezi. Mungkinkah dia telah berubah pikiran. Pada akhirnya mau mengakui hubungan mereka di depan umum.
"Apa sebenarnya kamu yang malu mengakui aku sebagai suami kamu?" tanya Alfarezi.
"Iya," jawab Kimora cepat.
"Terus lelaki seperti apa yang kamu sukai? Apa aku nggak cukup tampan?" tanya Alfarezi lagi.
Kimora memutar bola matanya mendengar kenarsisan Alfarezi. Kemudian dia berpikir sejenak. "Nggak perlu ganteng, yang terpenting dia baik, tulus, apa adanya, dan bisa menghargai orang lain." saat itu pikiran Kimora tertuju kepada seniornya di kampung halamannya.
"Apa itu Shaka?" tanya Alfarezi dengan nada cemburu.
"Bukan, dia kak Alex,"
"Alex siapa?" Alfarezi menarik lengan baju Kimora lagi. Dengan wajah marah dia menatap Kimora.
"Kamu berani mikirin lelaki lain di depab suami kamu!" bentak Alfarezi.
"Sakit kak,"
"Jawab dulu, siapa Alex?"
"Dia.. ah, senior aku di sekolah lama." Kimora menjawab dengan menahan sakit di tangannya.
Tidak tahu dengan temtramen Alfarezi. Kenapa tiba-tiba bisa marah. Kemudian baik lagi, marah lagi. Emosional Alfarezi tidak bisa ditebak. Emosionalnya mudah sekali berubah-ubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
LAAA, HBIS DIPERAWANIN KOQ GK SAKIT DIBAGIAN INTI, MLH BSA BRLARI K DALM KMR MANDI
2023-05-02
1
Arin
dasar suami egois...😡
2023-02-03
0
Azlin Mj
Alfa,labil
2022-03-23
0