Alfarezi memperkenalkan Kimora kepada ketiga temannya. Mereka adalah tuan muda di kota itu. Salah seorang dari mereka ada seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama di kota tersebut.
Persahabatan mereka sudah terjalin cukup lama. Sejak dari mereka masih orok. Karena orang tua mereka juga berteman dengan kakeknya Alfarezi.
"Jadi ini kakak ipar kita?"
"Kenalin aku Aldo kak," Aldo adalah yang paling konyol diantara mereka berempat. Dia orangnya juga supel, dan mudah bergaul.
"Kimora." ucap Kimora memperkenalkan dirinya.
Selain Aldo, kedua teman Alfarezi yang lain sama dinginnya dengan Alfarezi. Tapi ada satu hal yang membuat Kimora senang. Alfarezi mau mengakui dirinya sebagai istri di depan teman-temannya.
Mereka berada di satu ruangan di salah satu club malam ternama. Ruangan itu adalah ruangan vvip. Hanya ada keempat tuan muda tersebut, dan beberapa gadis seksi yang menemani mereka bernyanyi dan minum.
Melihat para gadis yang berpakaian seksi, memperlihatkan lekuk tubuh mereka membuat Kimora sedikit minder. Dengan sengaja membandingkan miliknya dengan milik para wanita tersebut.
Alfarezi yang melihat Kimora menengok punyanya sendiri pun tertawa kecil. "Kenapa? Punya kamu nggak sebesar mereka?" tanyanya geli.
"Hmm, apa makanan kita berbeda ya? Kok punyaku nggak sebesar punya mereka?" tanya Kimora dengan polosnya.
"Kamu mau besar seperti mereka? Biar aku bantuin!" Alfarezi menggoda Kimora dengan cara mendekatkan tangannya ke dada Kimora.
"Dasar mes*m!" dengan cepat Kimora mundur dan menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
Alfarezi semakin tertawa melihat wajah merah Kimora. "Mereka bisa punya sebesar itu karena buatan tangan, atau kalau nggak operasi." jelas Alfarezi.
Kimora kembali menatap para wanita yang mendekati Aldo dan kedua teman Alfarezi. Akan tetapi, para wanita yang dekat dengan Refano dan Andhika tersebut, tidak seagresif ketika melayani Aldo.
Mungkin karena kedinginan dua lelaki itu. Sehingga para wanita yang mendekatinya hanya menuangkan minuman untuk Andhika dan Refano.
Tapi anehnya, para wanita tersebut tidak ada yang berani mendekati Alfarezi. Atau mungkinkah karena ada Kimora. Ah, masa iya.
Kimora pun tergelitik untuk bertanya. "Mereka nggak ada yang deketin kamu, apa karena kamu tidak menarik?" Kimora bertanya sekaligus mengolok Alfarezi.
"Kamu pikir suamimu tidak memiliki pesona gitu?" Alfarezi tidak terima dengan olokan Kimora.
"Mereka tidak berani godain aku karena pernah aku marahin, aku nggak suka sembarangan orang pegang-pegang aku." tutur Alfarezi.
"Kamu nggak ajak Ines kesini?" tanya Kimora.
"Ntar kamu marah lagi kalau aku ajak dia kesini." jawab Alfarezi membuat Kimora menjadi salah tingkah. Yang sebenarnya adalah, Ines sedang party bersama teman-temannya. Mangkanya dia mau ajak Kimora pergi bersamanya.
"Kenapa sih kamu nggak suka aku deket sama Shaka?" tanya Kimora penasaran apa yang sebenarnya terjadi antara Shaka dan juga Alfarezi.
Alfarezi terdiam. Dia menuangkan minuman keras ke dalam gelasnya. Lalu sekali teguk dia menghabiskannya. Masih diam, cukup lama.
Setelah menengguk gelas kedua, barulah dia menjawab pertanyaan Kimora. Alfarezi ternyata sudah lama kenal Shaka. Mereka dulu satu sekolah, tapi Shaka adalah kakak tingkatnya.
Perselisihan itu ternyata dipicu karena berebut cinta antara Alfarezi dengan Shaka. Tapi ternyata, wanita yang diperebutkan tidak memilih satu dari mereka. Karena dia sudah mencintai lelaki lain.
Tapi menurut Alfarezi, bukan itu sebabnya. Melainkan karena wanita itu tidak mau menyakiti satu diantara mereka. Jika seandainya Shaka tidak menyukai gadis itu. Mungkin Alfarezilah yang mendapatkan cinta dari wanita itu. Karena wanita itu adalah sahabat Alfarezi dari SMP. Dan mereka juga sangat dekat.
"Terus apa hubungannya dengan aku? Bukankah kamu tidak pernah menyukai aku?" tanya Kimora yang membuat Alfarezi tidak bisa berkata-kata lagi.
"Jangan terlalu banyak minum! Nanti kakek marah kalau tahu kamu mabuk!" Kimora merebut botol minuman keras yang hendak dituang lagi oleh Alfarezi.
****
Keesokan paginya.
Alfarezi membuka matanya ketika matahari sudah meninggi. Semalam dia mabuk, dan tidak sadarkan diri. Kimora yang membawanya pulang, dan menemukan alasan supaya kakeknya tidak marah.
Ketika dia melihat jam di ponselnya, jam sudah menunjukan pukul 10 siang. Maka melompatlah Alfarezi dari kasur dan bergegas mandi. Untungnya, hari ini meeting diundur jam 2 siang. Masih bisa sedikit bernafas lega.
Setelah bersiap, dia menuju meja makan. Semalam tidak makan malam, jadi siang ini dia merasa sangat lapar.
"Kakek pergi kemana?" tanya Alfarezi kepada kepala pelayan. Karena dia tidak menemukan kakeknya di rumah.
"Tuan kakek pergi bermain golf dengan temannya." jawab kepala pelayan itu dengan sopan.
"Nyonya??"
"Nyonya pergi ke sekolah."
"Sama temannya yang kemarin??" kepala pelayan itu menganggukan kepalanya dengan cepat.
Prangg..
Tiba-tiba Alfarezi menjatuhkan sendok dan garpunya. Entah kenapa hatinya merasa sangat kesal. Tidak lagi meneruskan makannya, Alfarezi bergegas berangkat ke kantor.
Di dalam mobil pun dia hanya terdiam dengan wajah suram. Ivan hanya melirik bosnya dari kaca depan, tanpa berani bertanya apapun.
"Kenapa muka kamu ditekuk gitu? Cemburu, istri kamu dijemput Shaka?" tanya Boy. Dia sama sekali tidak takut menghadapi kemarahan Alfarezi.
"Kalian kan udah sepakat untuk tidak melarang satu sama lain." imbuh Boy semakin membuat Alfarezi berwajah suram.
"Bos itu bu Ines," ucap Ivan melihat Ines berdiri dipinggir jalan. Sepertinya sedang mencari bantuan karena mobilnya mogok.
"Minggir!" ucap Alfarezi cepat.
Alfarezi dengan segera turun dari mobil.
Tiba-tiba Boy berpindah tempat di kursi paling belakang. Dia tidak mau Ines mengetahui keberadaannya. Karena tidak sembarang orang bisa tahu keberadaannya.
Ines pun tidak tahu, jika Alfarezi memiliki pengawal bayangan. Karena Boy meminta Alfarezi untuk tidak memberitahu Ines tentang dirinya.
Alfarezi sempat curiga kenapa Boy tidak mau Ines mengetahui tentang dirinya. Tapi kemudian Alfarezi bodo amat, karena baik Ines maupun Boy juga tidak ada kepentingan sama sekali.
Hanya saja sekarang, Alfarezi merasa aneh kenapa Boy tidak mau kenal dengan Ines yang sangat cantik. Apa karena sebenarnya Boy pecinta sesama jenis. Entahlah, itu hanya pemikiran liar Alfarezi.
Setelah berbicara beberapa saat dengan Ines. Alfarezi kemudian menyuruh Ivan untuk turun dan menunggu bengkel yang telah di telepon oleh Ines. Sementara Alfarezi akan mengantar Ines kerja.
"Bos mau nyopir sendiri?" tanya Ivan.
"Menurut kamu? Apa kamu mau aku yang disini dan kamu anter Ines kerja?"
"Bukan, bukan,bukan gitu bos maksudnya." Ivan dengan cepat menjawab Alfarezi. Dia takut Alfarezi akan salah paham.
Di dalam mobil, Ines sempat marah ke Alfarezi yang dari semalam tidak membalas pesannya.
"Maaf, semalam aku pusing terus ketiduran, ini aku baru bangun terus berangkat." Alfarezi meraih tangan Ines dan menciumnya.
"Aku pikir kamu sibuk sama istri kamu.." Ines mencium pipi Alfarezi dengan manja.
"Enggak dong, kamu yang paling penting buat aku," Alfarezi mengecup tangan Ines dengan lembut.
Ines yang begitu manja mulai menggoda Alfarezi yang sedang menyetir. Ines mencium tengkuk Alfarezi. Ines juga membuka baju kantornya dan hanya memakai tanktop.
Alfarezi melihat penampilan Ines dengan keringat dingin. Dia yakin Boy juga melihatnya di suatu tempat. Maka dari itu, Alfarezi buru-buru meminggirkan mobilnya. Meminta Ines untuk kembali memakai bajunya. Sebagai gantinya dia mencium bibir Ines dengan lembut. Bahkan meninggalkan c*p*ng di leher belakang Ines.
Ines memintanya untuk melakukannya di dalam mobil. Tapi Alfarezi bersikeras tidak mau. Dia tidak ingin Boy melihatnya sedang bercumbu dengan Ines.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Wiwin Winarsih
ikh jijai getok aja tu kepala si alfa... biar sadaar dia...
2022-12-14
1
Siti Kamilah
si boy itu pengawal bayangan gimana sih,nyata apa hantu?
2022-01-01
0
liliac
laki buaya
2021-09-15
0