"Kak Alfa udah pulang? Aku udah masakin makan malam, bentar lagi selesai." Alfarezi baru pulang tapi tidak melihat Kimora menyambutnya. Kata kakeknya, Kimora sedang memasak makan malam di dapur. Alfarezi kemudian menyusulnya ke dapur.
"Kamu deket banget sama Shaka, kamu suka sama dia?" tanya Alfarezi sembari mencomot tempe mendoan buatan istrinya.
"Enak nih, pinter juga nih cewek masaknya, bau masakannya juga sepertinya enak." gumam Alfarezi seorang diri.
"Aku sama kak Shaka cuma nggak sengaja ketemu terus kenal, nggak ada perasaan suka-suka gitu." Kimora menjawab dengan tenang. Bahkan dia tidak melihat Alfarezi tetapi masih sibuk meneruskan pekerjaannya.
"Aku kan udah punya suami, meskipun cuma suami diatas kertas." imbuh Kimora membuat Alfarezi terdiam.
Setelah selesai memasak, Kimora kemudian mencuci alat masak yang telah dia kenakan. Alfarezi masih memperhatikan Kimora yang masih sibuk dengan urusan dapur.
"Kenapa kamu yang masak? Kan ada bibi?" tanya Alfarezi masih belum bisa berhenti mencomot tempe mendoan yang endul tersebut.
"Ya, pengen aja masakin suami, biar kamu nanti terbiasa makan masakan aku."
"Mau minum teh panas atau kopi? Atau mau langsung makan?" tanya Kimora setelah dia menyelesaikan tugasnya.
"Teh aja." Kimora tersenyum melihat Alfarezi yang berbicara dengan mulut yang penuh makanan.
"Kayak anak kecil," gumam Kimora sembari mengelap sisa makanan di sudut bibir Alfarezi.
Pada saat itu mata Alfarezi tanpa sengaja menatap Kimora yang sangat dekat. Alfarezi mengakui jika bukan karena posturnya yang gembul. Kimora mungkin mampu untuk membuatnya terpesona.
"Tadi Shaka anterin kamu pulang?" Kimora menggelengkan kepalanya dengan tangan mengaduk teh hangat untuk suaminya.
"Aku kan bawa mobil tadi, dia maksa mau anter sebenarnya, suruh aku tinggalin mobil di mall, tapi aku nggak mau."
"Kenapa?" tanya Alfarezi cepat. Dia penasaran alasan Kimora menolak tawaran Shaka.
"Ya, karena aku bawa mobil, mungkin kalau aku nggak bawa, mau kali ya," jawaban Kimora itu membuat Alfarezi menjadi kesal.
Entah apa yang terjadi dengannya. Pokoknya dia kesal aja, tiap kali Kimora menceritakan tentang Shaka. Bukan bercerita sih, tapi hanya menjawab pertanyaan Alfarezi. Tapi tetap saja, Alfarezi merasa sangat kesal.
"Lain kali jangan terlalu dekat dengan dia!" pinta Alfarezi.
"Boleh aja sih, tapi kamu juga jangan terlalu dekat dengan Ines!" Kimora membalik perkataan Alfarezi.
Sama seperti Alfarezi, dia juga tidak suka melihat kedekatan Alfarezi dengan wanita lain. Bagaimana pun dia juga hanyalah seorang istri yang memiliki hati dan perasaan. Belum lagi, Kimora sepertinya sudah mulai menyukai Alfarezi.
"Aku paling nggak suka diatur!"
"Sama." ucap Kimora cepat.
Alfarezi menggertakan giginya. Dia tidak menyangka jika wanita yang dia pikir lemah ini, berani berdebat dengannya.
"Tapi kamu istri aku!" Alfarezi sedikit menaikan nada suaranya.
"Kamu juga belum melakukan kewajiban kamu sebagai seorang suami!" Kimora terus saja berdebat dengan Alfarezi.
"Kewajiban? Bukannya aku udah kasih kamu kartu debit, dan aku juga bilang akan transfer gaji bulanan kamu. Mau apa lagi?" Kimora menatap Alfarezi tajam.
Di umur yang hampir mencapai kepala tiga. Tapi, Alfarezi sama sekali tidak tahu kewajiban seorang suami, selain memberi nafkah lahir. Kimora hampir tidak percaya jika lelaki itu punya seorang pacar sekarang.
"Kewajiban seorang suami bukan hanya memberi nafkah lahir, tapi juga batin." ucap Kimora dengan sedikit kesal. Sebenarnya malu juga membahas soal begituan. Tapi Alfarezi benar-benar membuatnya geram.
Alfarezi tahu betul apa yang sedang dibicarakan oleh Kimora. Memang setelah tiga hari menikah. Alfarezi belum melakukan kewajiban batin dengan istrinya.
"Jadi kamu mau aku nafkahin batin kamu?" Alfarezi bertanya kemudian berjalan mendekati Kimora.
"Mau disini atau dimana?" Alfarezi terus mendekat.
Kimora yang melihat mata nakal suaminya menjadi gugup. Perlahan dia mundur pelan-pelan. Tapi sial, dia harus terhenti karena dia sudah tidak bisa mundur lagi. Badannya sudah mentok di pinggir meja dapur.
"Kak Alfa mau apa?" tanyanya gugup. Saat itu para pemvantu rumah tangga memang sedang tidak ada di tempat. Semenjak Alfarezi masuk ke dapur, mereka semua meninggalkan dapur. Memberikan kesempatan majikannya untuk berduaan.
Alfarezi tidak menjawab. Tapi dia semakin dekat dan semakin dekat. Membuat Kimora menjadi salah tingkah.
Sebenarnya Kimora tidak mempermasalahkan tentang hal itu dari awal. Karena dia juga belum siap melakukannya. Hanya saja dia tidak suka Alfarezi melarangnya dekat dengan Shaka. Sedangkan dirinya masih bermesraan dengan Ines di depannya.
"Stop kak, jangan maju lagi!" pinta Kimora semakin takut.
"Kenapa? Orang aku cuma mau cuci tangan.." ucap Alfarezi dengan tersenyum sembari menyalakan kran wastafel di samping Kimora.
Seketika Kimora yang takut berubah menjadi malu. Wajah putihnya berubah menjadi merah seperti tomat. Dan, Alfarezi tersenyum melihat istrinya tersipu.
"Kalau mau, nanti di kamar. Disini nanti dilihat kakek." goda Alfarezi yang semakin membuat Kimora malu.
Kimora yang malu-malu hanya menggigit bibir bawahnya. Dia tidak pernah menyangka sebelumnya jika lelaki dingin itu juga bisa bertingkah konyol.
*Malam harinya*
Begitu Alfarezi masuk ke kamar. Kimora yang sudah di kasur, lalu pura-pura tidur. Dia juga menyembunyikan seluruh badannya di bawah selimut. Alfarezi yang melihat Kimora bergerak-gerak di bawah selimut pun tahu jika Kimora belum tidur.
Maka muncullah ide jail Alfarezi untuk menggoda istrinya. "Tadi katanya ada yang minta diberi nafkah batiniah, tapi malah tidur duluan." gumam Alfarezi menggoda Kimora.
"Apa aku buka sendiri aja, biar aku nggak dikira lalai dalam memberi nafkah batiniah." imbuh Alfarezi semakin mendekat ke arah telinga Kimora.
Kimora yang panik di bawah selimut. Mau tidak mau harus bangun. Takutnya Alfarezi akan beneran melakukan itu terhadapnya. Dia bukannya nggak mau, tapi belum siap aja.
"Kak Alfa jangan macam-macam!" Kimora keluar dari selimut kemudian turun dari kasur.
Melihat Kimora yang melompat dari tempat tidur membuat Alfarezi tersenyum geli. Bukankah tadi dia yang minta nafkah batin. Kenapa dia sendiri yang malah ketakutan. Dasar anak kecil.
"Aku mau tidur di sofa!" Kimora bergegas menuju sofa di depan televisi.
"Jangan mendekat!" seru Kimora menyilangkan tangannya ketika Alfarezi berjalan mendekatinya.
"Nggak usah takut gitu. Aku nggak akan apa-apain kamu kok. Aku nggak akan lakuin itu dengan wanita yang tidak aku cintai." ucap Alfarezi kemudian menyalakan televisi.
"Kecuali jika kamu paksa aku!" imbuh Alfarezi dengan tersenyum. Entah sejak kapan dia mulai suka menggoda Kimora. Melihat wajah merah, dan tersipunya Kimora. Membuat hati Alfarezi menjadi adem.
"Jadi kak Alfa udah lakuin itu ke Ines dong?" tanya Kimora penasaran.
Alfarezi terdiam sesaat. Kemudian dia menghela nafas panjangnya. "Belum. Kita emang sering liburan bareng, tapi kita belum melakukannya sama sekali. Hanya sekedar pemanasan aja, nggak sama nyelup." Kimora tidak tahu apa yang dikatakan Alfarezi itu sungguhan atau hanya bualan.
"Bohong banget, orang kalian aja mesra terus gitu." Kimora memilih tidak mempercayai perkataan Alfarezi.
"Apa kamu pikir aku seperti laki-laki mes*m gitu?" Kimora dengan cepat menganggukan kepalanya.
"Oh, jadi kamu mau tahu, semes*m apa aku?" Alfarezi berdiri dengan tangan yang hendak melepas bajunya.
"Kalau kak Alfa berani buka baju, aku akan teriak, biar kakek dengerin!" Kimora masuk ke dalam selimut lagi.
"Kakek juga pernah muda, dia malah akan senang kalau aku-"
"Akh..." Tiba-tiba terdengar erangan Kimora. Karena saking takutnya, Kimora melompat dari sofa. Tapi naas, kakinya tersandung dan dia jatuh. Lututnya sedikit memar.
Alfarezi kemudian membawanya ke kasur dan mengobatinya. "Segitu takutnya sama aku, sampai melukai diri kamu sendiri? Aku kan suami kamu., cepat atau lambat kamu juga harus melayani aku kan?" Alfarezi mengobati lutut Kimora dengan mengomel.
"Tapi kata kak Alfa tadi, kakak tidak mau melakukan itu dengan wanita yang tidak kakak cintai."
"Udah kamu tidur aja! Aku nggak akan sentuh kamu," Alfarezi mengalihkan pembicaraan.
Kimora menurut, dia mulai memejamkan matanya. Sementara Alfarezi terus memperhatikannya. Sembari teringat kebersamaannya dengan Ines.
Memang betul. Selama lima tahun pacaran dengan Ines. Alfarezi sering liburan bersama Ines. Tapi sama sekali dia belum melakukan hubungan suami istri, hanya melakukan foreplay saja.
Karena, entah kenapa, meskipun Alfarezi mencintai Ines. Tapi dia sama sekali tidak terdorong melakukan hal itu dengan Ines.
Alfarezi kembali tersenyum ketika melihat wajah imut Kimora saat tertidur. Bibirnya yang maju dan pipinya yang tembem membuat Alfarezi menjadi gemes.
"Anak kecil." gumamnya sembari tersenyum.
Tak lama kemudian. Setelah menyelesaikan pekerjaannya. Alfarezi kemudian tidur di samping istrinya yang sudah ngorok. Anehnya, Alfarezi tidak sama sekali terganggu dengan suara dengkuran Kimora. Padahal, waktu pertama kali tidur bersama. Alfarezi sangat kesal, karena merasa terganggu dengan dengkuran Kimora. Baru tiga hari dia sudah terbiasa mendengar dengkuran istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
nyonya_norman
aku suka karakter kimora, jan lembek ra 💪
2022-02-18
1
Bunda Rag
lanjutkan
2021-08-07
3
ummu_albyaz
yg cinta tapi jauh akan kalah dengan yg dekat tapi bikin nyaman
2021-07-22
21