Alfarezi pulang ke rumah hampir pukul enam sore. Kimora yang sedang ngobrol dengan kakek mertuanya mendengar suara pintu mobil yang di banting dengan cukup keras. "Pulang juga tuh anak," gumam kakeknya dengan nada marah. Bukannya dia berjanji akan membawa istrinya jalan-jalan sore ini. Tapi jam segini baru sampai rumah.
Melihat suaminya membuka pintu. Kimora buru-buru menyambut kepulangan Alfarezi. Setelah menyalami tangan Alfarezi. Kimora membawakan tas kerja Alfarezi. Kemudian bergegas ke dapur, membuatkan minuman untuk suaminya.
"Minum dulu kak!" Kimora memberikan secangkir teh hangat untuk suaminya.
"Makasih ya?" Alfarezi dalam suasana hati yang cukup baik. Makanya dia tidak ragu mengucapkan terima kasih kepada Kimora.
Alfarezi juga cukup senang dengan apa yang dilakukan Kimora. Setidaknya Kimora sangat paham apa yang harus dia lakukan sebagai seorang istri. Sayangnya, hati Alfarezi masih belum bisa menerima Kimora sebagai istrinya. Seandainya cinta itu sudah ada. Bukankah akan menjadi moment yang sangat indah dalam hidupnya.
Ketika dia capek pulang kerja. Ada seorang istri yang dia cintai melayaninya dengan penuh kasih sayang. Ah, bukankah itu sangat menyenangkan.
"Kamu darimana aja? Kamu udah janji akan ajak istri kamu jalan-jalan!" omel kakeknya.
Alfarezi menghela nafasnya. Dia tidak tahu kenapa kakeknya sekarang sangat cerewet sekali. Tidak seperti kakeknya yang dulu, yang dingin dan kaku.
"Dari kerja kek, darimana lagi?" jawab Alfarezi sedikit kesal.
"Mau kemana lagi?" seru kakeknya ketika Alfarezi berdiri.
"Mandi, katanya suruh nemenin Kimora jalan-jalan?" Alfarezi benar-benar kesal dengan sikap kakeknya akhir-akhir ini. Tanpa menunggu pertanyaan kakeknya lagi. Alfarezi berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Kimora anterin teh ini buat kak Alfa dulu ya kek?" pamit Kimora menyusul suaminya dengan membawa minuman yang belum sempat Alfarezi minum tadi. Karena keburu kesal dengan kakeknya.
Kimora masuk ke dalam kemudian meletakan minuman itu di meja depan tivi. Lalu membantu melepaskan jas serta dasi suaminya.
"Kalau kak Alfa capek kita nggak usah jalan-jalan aja nggak apa kak, kak Alfa istirahat aja! Aku bawain makan malam kesini ya!" ucap Kimora begitu sangat perhatian.
Sebelum Alfarezi menjawab. Kimora terlebih dulu berjalan keluar kamar. Dia tahu suaminya sangat sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Dia tidak mau menambah beban untuk suaminya.
Sedangkan, Alfarezi tersenyum kecil begitu Kimora keluar dari kamar. Dia sangat senang, karena Kimora sangat pengertian. Tahu jika dia enggan pergi, maka Kimora tidak memaksanya untuk memenuhi keinginannya.
Lima belas menit kemudian Kimora sudah selesai menghangatkan makanan untuk suaminya. Dia pun kemudian bergegas menuju kamar. Ternyata Alfarezi belum selesai mandi. Kimora lalu menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya.
Kemudian, Kimora menunggu Alfarezi dengan duduk di tepi kasur. Senyumnya melebar, membayangkan seandainya mereka suami istri yang saling mencintai. Bukankah ini sangat romantis. Sayangnya, suaminya tidak pernah menginginkan dirinya.
"Aku udah siapin baju ganti untuk kak Alfa." ucap Kimora begitu Alfarezi keluar dari kamar mandi.
"Juga udah nyiapin makam malam buat kak Alfa." imbuhnya melihat ke arah meja dimana makanan itu berada.
Setelah berganti pakaian yang telah disiapkan Kimora. Alfarezi kemudian makan, makanan yang juga disiapkan oleh istrinya.
"Kamu nggak makan?" tanya Alfarezi.
"Udah tadi sama kakek," jawab Kimoa yang terlihat senang.
"Kamu beneran nggak apa-apa kita nggak jadi jalan-jalan?" Alfarezi sebenarnya kasihan juga kepada Kimora.
"Enggak, kan masih ada lain hari. Aku tahu kak Alfa capek karena seharian kerja, jadi kak Alfa istirahat aja. Aku bisa jalan-jalan sendiri kok." Alfarezi menatap istrinya dengan rasa bersalah. Seharian ini dia bukannya capek karena pekerjaan. Tapi, capek karena seharian menemani Ines belanja dan juga ke salon.
Alfa kemudian mengambil dompet dan memberi Kimora kartu debit. "Ini buat kamu, buat kamu belanja apa yang kamu suka!" ucapnya.
"Ambil! Nanti setiap bulannya aku akan transfer langsung uang bulanan ke kartu ini.." Tidak ada salahnya kan memberi istri sendiri uang bulanan untuk kebutuhannya. Toh, itu memang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang suami.
"Nggak usah kak, aku bisa minta ke kakek aku kok kalau aku mau belanja, atau bayar uang sekolah." Kimora menolak kartu yang diberikan oleh Alfarezi.
"Kamu sudah menjadi istri aku, semua kebutuhan kamu aku yang tanggung, termasuk uang sekolah kamu! Denger nggak!" Alfarezi marah karena Kimora menolak kartu pemberiaannya.
"Ambil! Jangan sampai aku mengulangi ketiga kalinya!" Kimora akhirnya menerima kartu itu juga. Nggak apa-apalah, toh itu juga uang suami sendiri.
"Kalau kamu jenuh, kamu besok boleh jalan-jalan sendiri, tapi inget hati-hati, kalau ada apa hubungi aku!" ucap Alfarezi sambil makan.
"Tapi kan aku nggak pumya nomer kak Alfa," sungguh amat konyol. Seorang istri tidak memiliki nomer telepon suaminya.
Alfarezi mengambil ponsel yang Kimora yang ada di meja depannya. Kemudian menyimpan nomer teleponnya sendiri. Meskipun dia tidak menyukai Kimora. Tapi keselamatan Kimora adalah tanggung jawabnya sebagai suami sah-nya.
"Pakai aja salah satu mobil yang ada di garasi!" ucap Alfarezi lagi. Kimora hanya tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya saja.
Selesai makan, Kimora membereskan sisa makanan Alfarezi. Kemudian membawa piring kotor itu ke dapur. Sementara Alfarezi tidak berpindah dari tempat duduknya. Dia menyalakan televisi yang ada di depannya.
Ketika Kimora kembali ke kamar. Dia melihat Alfarezi masih menonton tivi.
"Sini Ra temenin aku nonton tivi!" pinta Alfarezi saat melihat Kimora sudah kembali ke kamar.
Kimora pun hanya nurut apa kata suaminya. Dia duduk di sebelah Alfarezi yang hanya diam saja dan fokus menonton tivi. Sementara dirinya selalu curi-curi pandang ke arah lelaki dingin itu.
Bibirnya yang tipis terlihat sangat merona. Hidungnya yang mancung, terlihat sangat panjang dari samping. Bulu matanya panjang menjuntai seperti perempuan.
Betapa Tuhan begitu sangat baik kepada pria itu. Dia memiliki wajah yang sangat tampan, harta yang melimpah. Tapi sayangnya, dia tidak merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
"Iya sayank, aku udah makan kok, kamu udah makan belum?" suara mesra Alfarezi di telepon membuyarkan lamuan Kimora.
"Aku lagi nonton tivi," Kimora tahu telepon itu pasti dari Ines. Siapa lagi yang bisa bikin Alfarezi berbicara dengan lembut seperti itu.
"..."
"Iya sama-sama, aku juga seneng bisa temenin kamu seharian ini." Kimora akhirnya tersadar jika suaminya bukan lelah karena pekerjaan. Tapi karena seharian menemani kekasihnya jalan-jalan.
Hati Kimora merasakan sakit yang tak bisa terkatakan. Dia harus kembali menepuk-nepuk wajahnya supaya kembali tersadar. Jika lelaki yang menjadi suaminya itu hanyalah suami diatas kertas.
Dengan hati yang sakit, Kimora beranjak dari tempat duduknya. Dia tidak kuat mendengar suaminya bermesraan dengan wanita lain, walau itu hanya melalui telepon.
Tidak mau semakin sedih. Kimora keluar dari kamar, memilih untuk menyendiri di tepi kolam renang. Karena kakek mertuanya sepertinya sudah tidur. Tidak kelihatan soalnya.
Sejenak melamun kemudian memilih untuk main game. Hal itu sangat efektif mengurangi kesedihannya. Ditambah chatting dengan Shaka yang membuat selalu bahagia. Dia seperti menemukan teman yang satu frekuensi dengan dirinya.
Tak butuh waktu lama. Kimora sudah bisa melupakan kesedihan hatinya. Dan dia bisa kembali tersenyum bahkan tertawa-tawa kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Eida Nuban
prinsip kita sama kimora,aku kalau lgi sedh mmilih untuk menyibukan diri,dan akhirnya aku lupa deh sedihnya.dan aku juga ngk bisa menyimpan kesedihan,jdi org terdekatku mrk ngk petnh tau kalau aku pernah sedih atau pata hati.
2022-12-11
0
Siti Solikah
aku suka Shaka,akhirnya sama Shaka aja deh
2022-05-04
0
Yuni Nita
tulus bgt hati Kimora❤️❤️ langsung menghempaskan pikiran negatif dari dirinya
2021-11-16
3