"Kakek udah atur sekolah kamu, mulai senin besok kamu sudah bisa sekolah di universitas di kota ini." Tentu saja itu adalah kebahagiaan yang luar biasa untuk Kimora.
Meskipun dia sudah berstatus sebagai seorang istri. Tapi dia masih bisa melanjutkan pendidikannya. Baginya, pendidikan itu sangatlah penting untuk menunjang kariernya kelak.
"Makasih ya kek," Kimora merasa sangat senang, kemudian memeluk kakek mertuanya.
"Iya, kakek kan udah janji waktu itu. Meskipun kamu menikah, kamu masih bisa meneruskan kuliah kamu."
Alfarezi yang berada di meja makan itu pun mengerutkan keningnya. Dia terkejut mengetahui jika ternyata Kimora masih seorang pelajar mahasiswa semester empat. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh kakeknya. Kenapa memilihkan istri yang masih kuliah, gendut lagi.
"Hari ini kamu pergi kerja?" tanya kakeknya.
"Iya, masih banyak pekerjaan yang belum Alfa selesaikan." jawab Alfarezi sambil menikmati sarapannya.
"Kamu baru saja menikah kemarin, setidaknya kamu harus di rumah atau temenin Kimora jalan-jalan," seru kakeknya.
"Tapi Alfa masih ada pekerjaan kek,"
"Kamu mau membantah apa kata kakek?" kakeknya dengan marah menggebrak meja makan.
"Alfa bukannya mau membantah tapi Alfa masih ada pekerjaan beneran. Nanti sore deh, Alfa ajak Kimora jalan-jalannya." Alfarezi mencoba bernegosiasi dengan kakeknya. Sebenarnya bukan karena ada banyak pekerjaan. Tapi dia sudah janji dengan Ines untuk menemaninya ke shopping.
Ines marah kepadanya karena Alfarezi menikahi wanita lain. Jadinya, Alfarezi membujuknya dengan mengajaknya shopping. Seperti biasa, itu yang selalu dia lakukan ketika Ines marah.
"Bukannya kamu mau membujuk perempuan itu?" kakeknya seperti tahu aja apa yang dia pikirkan. Untuk mengecoh dugaan kakeknya. Alfarezi berusaha setenang mungkin.
"Aku sama Ines sudah tidak lagi bersama, aku kan udah nikah sekarang." ucapnya, berharap kakeknya tidak lagi mencurigainya.
"Bagus kalau kamu udah sadar sekarang, ya udah kalau mau berangkat kerja, tapi jangan lupa nanti sore ajak istri kamu jalan-jalan!" Alfarezi tersenyum lalu menganggukan kepalanya dengan cepat.
"Ra, pasangin dasi aku!" perintah Alfarezi kepada Kimora.
"Ya." Kimora agak kaget dengan perintah Alfarezi. Apakah itu artinya Alfarezi mau mengakuinya sebagai istrinya.
Kimora pun dengan cekatan memasangkan dasi untuk suaminya. Dengan sedikit berjinjit karena tinggi Kimora yang hanya sebahu Alfarezi.
"Ingat, di depan kakek kamu dan kakek aku, kita harus berpura-pura jika hubungan kita ini baik-baik saja!" bisik Alfarezi.
Kimora mendongakan kepalanya menatap Alfarezi yang tersenyum penuh kepalsuan. "Ya." jawabnya tidak senang.
"Kalau begitu aku berangkat kerja dulu! Kamu baik-baik dirumah!" ucap Alfarezi cukup nyaring dan mampu terdengar oleh kakeknya.
Kimora menganggukan kepalanya. Lalu kemudian mencium tangan Alfarezi. Dan, Alfarezi mengecup keningnya. Persis seperti sepasang suami istri pada umumnya.
Deg...
Entah kenapa jantung Kimora berdebar saat Alfarezi mencium keningnya. Meskipun dia tahu jika Alfarezi hanya berpura-pura tapi tetap saja dia merasa sangat bahagia.
"Habiskan sarapan kamu dulu, setelah itu ikut kakek ke suatu tempat!" Kimora hanya bisa nurut apa kata kakek mertuanya.
Buru-buru dia menghabiskan sarapannya. Setelah itu dia bersiap ikut kakek mertuanya.
Sedangkan baru saat di dalam mobil, Alfarezi menyesali apa yang telah dia lakukan barusan. "Kenapa aku cium dia sih?" gumamnya merasa tak puas.
"Bodo amatlah, dia kan emang istri aku." gumamnya lagi.
....
Dengan diantar sopir, kakek Alfarezi membawa Kimora ke sebuah pemakaman umum. Kimora melihat nama di batu nisan dan yakin jika itu adalah makam mamanya Alfarezi.
"Ini makam mamanya kak Alfa?" tanya Kimora. Dia tidak mau menerka-nerka, kemudian memberanikan diri bertanya kepada kakeknya Alfarezi.
"Iya." ucapnya dengan suara serak. Mungkin saat itu kakeknya Alfarezi menangis di depan makam mamanya Alfarezi.
Kimora mengernyitkan keningnya. Apa sebegitu sayangnya seorang mertua dengan menantunya. Karena setahu Kimora, mamanya Alfarezi adalah seorang menantu. Yang anak kandung kakek Alfarezi adalah papanya Alfarezi. Tapi sampai saat ini Kimora juga belum ketemu atau mendengar cerita tentang papanya Alfarezi.
"Ma, aku sekarang adalah menantu mama, nama aku Kimora. Mama tenang aja, aku pasti akan jagain kak Alfa, mama yang tenang ya di alam sana!" ucap Kimora di depan makam mama mertuanya.
Kakek Alfarezi seketike menoleh ke Kimora saat Kimora berbicara dengan nisan menantunya. Senyuman mengembang di wajah keriputnya. Berharap jika Kimora benar-benar bisa menjaga Alfarezi.
"Ada satu rahasia lagi yang kakek ingin sampaikan ke kamu. Ini sebuah rahasia besar,"
"Rahasia besar?" Kimora merasa rahasia itu bukanlah rahasia biasa. Seperti yang dikatakan kakeknya Alfarezi. Pasti rahasia itu sangatlah penting.
"Tapi kakek harap, kamu bisa jaga rahasia ini dari Alfa, dia tidak tahu mengenai ini!" Kimora justru merasa tertekan. Dia merasa tidak sangup menerima amanah itu.
"Sebaiknya kakek jangan kasih tahu rahasia itu ke Kimora, Kimora takut lalai dalam menjaga amanah kakek," Kimora menolak menerima amanah itu.
"Suatu saat jika kamu memang terdesak, kamu bisa kasih tahu ke Alfa semuanya. Tapi untuk saat ini, kakek belum tahu gimana caranya memberi tahu Alfa." perkataan yang ambigu ini membuat Kimora semakin deg-degan.
Sebenarnya rahasia apa yang ingin kakek Alfarezi sampaikan. Kenapa harus Kimora yang diberi amanah untuk menjaga rahasia itu.
"....."
*Di tempat lain*
Alfarezi menepati janjinya untuk mengajak Ines berbelanja. Ines pun nampak begitu senang. Dia beli baju, tas sampai sepatu. Dan semuanya barang branded.
Melihat Ines yang merasa sangat bahagia, uang bukan apa-apa buat Alfarezi. Dia akan sangat senang jika melihat wanita yang dia cintai bisa bahagia.
"Yank, kapan kita liburan lagi? Aku pengen liburan ke Jepang." Ines membujuk Alfarezi untuk liburan ke luar negeri lagi.
Padahal belum ada sebulan mereka baru saja liburan ke Singapura. Ines sudah ingin liburan lagi ke Jepang.
"Nanti dululah yank, kan kita baru aja liburan ke Singapura, belum ada sebulan juga. Nanti kakek curiga kalau aku sering ke luar negeri." Alfarezi berpikir dua kali untuk menuruti kemau Ines. Bukannya dia sudah tidak sayang Ines. Tapi sekarang dia juga sudah punya istri yang harus dia nafkahi.
"Halah, bilang aja kalau kamu tidak tega meninggalkan istri kamu kan?" Ines marah kemudian berjalan dengan cepat meninggalkan Alfarezi.
"Yank!" Alfarezi mengejar Ines yang sudah berlari meninggalkannya.
"Dengerin dulu!" Alfarezi menarik tangan Ines.
"Kamu udah nggak cinta sama aku,"
"Cinta, aku cinta sama kamu. Tapi kamu tahu sendiri kan, perusahaan lagi ada masalah, kalau aku hambur-hamburin uang, kakek pasti akan curiga, dan kakek pasti akan cabut semua fasilitas aku." Alfarezi berulang menjelaskan kepada Ines. Jika dirinya masih harus menuruti kakeknya. Biar bagaimana pun juga. Perusahaan itu masih milik kakeknya.
"Aku janji, kalau perusahaan sudah mulai membaik, kita akan liburan ke Jepang, atau ke Paris terserah kamu."
"Beneran?" Alfarezi menganggukan kepalanya dengan tersenyum kecil.
Ines kemudian memeluk Alfarezi dengan bahagia. Sedangkan Alfarezi menghela nafas panjang. Antara lega dan gimana gitu.
Sebenarnya Alfarezi sudah merasa bosan dengan karakter Ines yang sedikit-sedikit marah kalau keinginannya tidak dipenuhi. Tapi mau gimana lagi. Dialah yang memulai itu semua. Dia selalu memanjakan Ines dengan barang-barang mewah. Jadinya Ines menjadi seperti sekarang ini.
"Jadi makan nggak?" tanya Alfarezi masih dengan lembut kepada Ines.
"Jadi, aku juga laper." jawab ines lalu kembali menggandeng tangan Alfarezi dengan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Yuni Nita
ambekan..di ajak shopping ceria lgi,matre
2021-11-16
2
Neti Jalia
aku mampir kk, mampir jg dikaryaku ya🤗
2021-09-30
0
AfLa
cewek macam inez cocoknya dicicip buaya darat aja biar kapok.
2021-08-30
0