"Harusnya kamu nggak terlalu kejam sama istri kamu!" Boy memperingati Alfarezi yang menurutnya sudah sangat keterlaluan kepada istrinya.
"Diem brengs*k!! Jangan nambahin pikiran!" omel Alfarezi yang sangat pusing saat itu.
"Boy, kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?" Alfarezi menanyakan pendapat Boy, setelah sekian lama terdiam.
"Siapa yang akan kamu pilih?" imbuh Alfarezi.
Boy menatap Alfarezi yang terlihat sangat kusut. Bisa dipastikan dia berada dalam keadaan dilema besar.
"Tanya hati kamu!" jawab Boy singkat.
Alfarezi menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya. Dengan memijat keningnya, Alfarezi berpikir kembali tentang apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Keinginan dalam hatinya ingin menikahi Ines. Tapi tetiba dia memikirkan tentang perasaan Kimora, yang telah mengorbankan semuanya. Dia tidak mau menyalahkan Kimora. Karena perjodohan itu diatur oleh kakek mereka.
Sama seperti dirinya. Kimora hanya mengikuti perintah kakeknya.
Satu hal yang membuat Alfarezi masih mempertimbangkan rumah tangganya. Karena hanya Kimora-lah yang mampu membangkitkan gairahnya sebagai seorang lelaki.
Bahkan Ines sekalipun tidak bisa membuatnya bergairah seperti kepada Kimora.
"Tapi, seorang lelaki lebih suka dengan wanita yang apa adanya, tidak banyak nuntut, dan baik." imbuh Boy. Entah siapa yang dimaksud oleh Boy. Yang pasti Alfarezi merasa jika semua itu ada dalam diri Kimora.
"Boy, kamu kan selalu tidak mau dilihat orang, tapi kenapa kamu mau menunjukan diri kamu di depan Kimora?" pertanyaan itu sejak awal yang ingin Alfarezi tanyakan.
Apa yang membuat Boy mau menunjukan dirinya kepada Kimora. Selain kakek dan teman-teman terdekat Alfarezi, itu pun teman lelaki, Boy tidak pernah mau muncul atau menunjukan dirinya.
Sebenarnya Boy juga tidak tahu, kenapa dia bersikap beda terhadap Kimora. Dia yang bahkan tidak mau mempedulikan Alfarezi dan Ines yang sedang bertengkar. Tapi, bisa peduli ketika Alfarezi bersikap kejam kepada Kimora. Mungkinkah..
"Dia kan istri kamu, aku tidak mau dia akan salah paham mengetahui kedekatan kita." jawab Boy cepat.
"Tapi dia ingin menceraikan aku." mengingat perkataan Kimora tentang perceraian, tidak tahu kenapa hati Alfarezi menjadi tidak enak.
"Kalau aku jadia dia. Aku juga akan minta cerai, kenapa harus mempertahankan lelaki pengecut." oloj Boy membuat Alfarezi semakin marah.
"Itu cara kamu membalas budi ke orang yang telah menyelamatkan kamu!!" perkataan Alfarezi menembus ke dalam telinga Boy. Dan itu menyakitkan. Tapi Alfarezi benar. Dia yang telah memberi hidup untuk Boy.
Menahan amarah karena perkataan Alfarezi. Boy tidak mau lagi menanggapi amarah Alfarezi. Dia memilih untuk memejamkan matanya dengan kaki disilang diatas meja ruang tunggu.
Menunggu perintah dari Alfarezi, untuk mengajaknya pulang. Karena hari juga sudah menjelang sore.
"Lusa ada pesta dansa, sebaiknya jangan ajak istri kamu, karena mungkin musuh sedang mengintai kamu!" Boy memperingati Alfarezi untuk menyembunyikan dulu istrinya. Takut jika musuh akan memanfaatkan istrinya untuk menyingkirkan Alfarezi dan kakeknya.
"Takut mereka akan mengancam aku menggunakan istriku?" Boy menganggukan kepalanya pelan.
"Jangan khawatir! Selama aku masih hidup, kamu tidak akan mati duluan.." tutur Boy masih dengan matanya yang tertutup.
"Sebenarnya siapa yang ingin menghancurkan aku?" Alfarezi masih penasaran siapa yang ingin mencelakainya. Kalau itu saingan bisnisnya, pasti dia akan mencuri kesempatan disaat perusahaannya sedang dalam masalah seperti sekarang. Tapi orang itu sepertinya sangat membenci Alfarezi dan kakeknya.
Tapi menurut Boy, dia bukan saingan bisnis Alfarezi.
"Kalau aku bilang itu Ines, apa kamu akan percaya?" Boy berkata dengan santai. Dia tahu, Alfarezi pasti akan segera emosi jika dia menjawab.
Alfarezi membulatkan matanya mendengar jawaban Boy. Mana mungkin wanita yang dia pacari selama lima tahun memiliki niat buruk terhadapnya. Alfarezi tidak bisa percaya dengan apa yang dikatakan Boy begitu saja.
Dia dan Ines saling mencintai. Tidak mungkin Ines memiliki niat untuk menghancurkannya. Bahkan Alfarezi berpikir, Boy berkata seperti itu, karena Boy tidak menyukai Ines.
"Jangan bicara sembarang!!" ucap Alfarezi membentak Boy. Dia tidak terima Boy menuduh Ines ingin menghancurkannya.
"Ines hanya alat yang digunakan untuk menghancurkan kamu." ucap Boy lagi tanpa mempedulikan amarah Alfarezi yang semakin memuncak.
Alfarezi melompat melewati meja kerjanya. Dengan cepat dia menarik kerah Boy. Alfarezi memukul pipi Boy dengan cukup keras.
Alfarezi semakin gelap mata. Dia terus berusaha memukul Boy. Tapi Boy bisa selalu menghindar. Tidak berniat untuk memukul balik. Untuk menghentikan keberingasan Alfarezi. Boy mengunci tangan Alfarezi.
"Berani kamu lakuin ini ke aku?" Alfarezi semakin marah karena gerakannya dikunci oleh Boy.
"Sudah sore, sebaiknya kita pulang!" Boy melepaskan kunciannya. Lalu secepat kilat meninggalkan ruangan tersebut.
Merasakan tangannya sakit. Alfarezi mengumpat sembari menggerakan tangannya yang sakit. "Brengs*k, sepertinya aku terlalu baik ke anj*ng itu." ucapnya siap-siap untuk pulang.
*Di tempat lain, tepatnya taman kota*
Shaka membawa Kimora ke taman kota, supaya Kimora bisa sedikit terhibur. Dia sama sekali tidak tega melihat wanita itu menangis.
Sudah hampir satu jam Kimora menangis. Sama sekali tidak berbicara hanya terus menangis. Sesekali mengelap ingus yang menetes bersamaan dengan air matanya.
Sementara Shaka terus memperhatikan Kimora, sembari menyiapkan tissue untuk Kimora mengusap ingusnya. Tidak merasa jijik, tapi Shaka justru tersenyum melihat Kimora seperti anak kecil.
"Ingus kamu kemana-mana." ucap Shaka sembari mengelap ingus Kimora yang ada dipipi Kimora.
Kimora semakin menangis tersedu. Pasalnya, dia baru pertama kalinya diperlakukan seperti itu.
"Kenapa malah makin nangis? Jadi nggak cantik lagi." Shaka mengusap air mata Kimora. Dari jarak cukup dekat, Shaka melihat mata polos Kimora.
Setelah cukup mata menangis, Kimora akhirnya menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya. "Aku mending cerai daripada harus berbagi pria yang sama dengan wanita lain." ucap Kimora dengan emosi.
"Kamu mulai jatuh cinta kepada Alfa?" tanya Shaka serius. Kimora tidak menjawab, tapi dengan cepat menganggukan kepalanya.
Shaka pun mulai merasa bimbang dalam hatinya. Antara tega atau tidak melanjutkan rencananya. Hatinya mulai tersentuh oleh kesedihan Kimora.
"Seandainya kak Alfa lembut seperti kak Shaka, mungkin aku akan merasa sangat bahagia." gumam Kimora membuat Shaka menatapnya dalam.
"Laper nggak? Mau main ke apartemenku? Biar aku masakin kamu." tanya Shaka. Dengan cepat Kimora mengangguk-anggukan kepalanya.
Biarin aja pulang malam. Siapa suruh membuat Kimora kesal.
Shaka membawa Kimora ke apartemennya. Tempat itu adalah tempat privasi Shaka. Ketika dia jenuh dan bosan, dia akan pulang ke tempat itu. Tidak ada yang tahu mengenai tempat itu, kecuali Ines.
Shaka mempersilahkan Kimora masuk. Dia meminta Kimora menunggu sambil nonton tivi. Sementara dirinya turun ke dapur untuk memasak.
Sebenarnya tempat tersebut cukup kecil untuk ukuran pengusaha seperti Shaka. Hanya saja, tempat itu tertata dengan rapi. Membuat Kimora merasa sangat nyaman. Dia senang dengan tempat yang bersih.
Sedang fokus nonton drama Korea, tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan malas dia menerima panggilan tersebut, setelah nama yang tertera di ponsel tersebut.
"Hmm,"
"Kamu dimana? Kenapa belum pulang?" suara Alfarezi dari seberang telepon dengan marah.
"Di rumah temen." jawab Kimora masih dengan jutek.
"Temen yang mana? Shareloc sekarang aku jemput!"
"Tidak perlu! Aku bukan anak kecil. Nanti aku pulang sendiri!"
"Udah mateng Ra, yuk kita makan!" Shaka memanggil Kimora karena dia sudah selesai masak.
Mendengar suara lelaki di seberang telepon, Alfarezi menjadi marah. Dia bisa menebak jika suara itu adalah Shaka.
"Kamu di rumah Shaka?" tanya Alfarezi menahan emosi.
"Pulang sekarang atau aku seret kamu! berani-beraninya kamu pergi ke rumah cowok lain." ucap Alfarezi marah.
"Makan dulu, setelah itu baru pulang, nggak perlu nunggu aku, nanti aku yang bilang sendiri ke kakek." Kimora mematikan panggilan itu tanpa menunggu jawaban dari Alfarezi.
"Alfa?" tebak Shaka.
"Iya." Kimora menganggukan kepalanya.
"Ya udah buruan makan! Biar dia nggak kelamaan nunggu, nanti dia semakin marah." ucap Shaka dengan lembut.
"Makasih ya kak?" Kimora menatap Shaka. Kenapa dia harus jatuh cinta kepada lelaki tak perasaan. Kenapa tidak dengan Shaka yang lembut dan pastimya menghargai dirinya.
Cinta memang tidak bisa ditebak atau diatur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BETUL, SHAKA LH DIBELAKANG INES, DN KMUNGKINAN ADA ORG LAIN YG MMBACK UP SHAKA.. BSA JDI MUSUH KAKEK DEDDY, MKANYA DRI SMP SHAKA SDH BUAT MASALAH DGN ALFA..
2023-05-02
1
Diah Zainal
knp Alfa g santuy dikit gtu,,,,sm Boy
emang sih udh nyelamatin jiwa Boy tp g pantas jg orang berkelas ky gtu
2022-12-06
0
Yuni Nita
iy Kimora.. begitulah cinta
2021-11-16
1