Di dalam mobil, Alfarezi memasang wajah menyeramkan. Tidak tahu kenapa, tapi yang jelas dia ingin sekali marah. Tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan emosinya.
Melirik Kimora yang terdiam di sebelahnya. Semakin membuatnya kesal, apalagi teringat Shaka yang berani datang ke rumahnya.
"Kamu lupa peringatan aku kemarin! Kamu jangan terlalu dekat dengan Shaka!" ucap Alfarezi kesal.
"Apa yang salah sih kalau aku berteman dengan dia? Dia baik," Kimora tidak mau diatur seenaknya oleh Alfarezi. Meskipun dia suaminya, tapi Kimora juga berhak memiliki teman.
"Kamu mau bantah perkataan suami kamu!" seru Alfarezi semakin marah.
"Bukannya aku mau bantah, tapi kamu sendiri juga nggak mau putusin Ines, kamu mikirin nggak perasaan aku?" Kimora bukannya takut, tapi malah berbalik menyalahkan Alfarezi.
"Kamu hanya istri diatas kertas, jadi jangan pernah atur aku!" ucap Alfarezi kejam. Dia sama sekali tidak menghargai perasaan Kimora sebagai istrinya.
"Kalau gitu kamu juga jangan larang-larang aku berteman dengan siapa pun!" ucap Kimora kesal dengan sikap egois Alfarezi.
*Bang*
Kimora membanting pintu mobil setelah dia keluar. Alfarezi membulatkan matanya karena tindakan Kimora yang begitu berani. Bahkan Kimora juga tidak pamit kepadanya sebelum turun dari mobil.
"Langsung ke kantor atau ke rumah bu Ines dulu pak?" tanya Ivan, sopir pribadi Alfarezi, yang sedari tadi tidak berani berbicara sama sekali.
"Kantor!" jawab Alfarezi singkat dengan wajah yang mengerikan karena amarah.
"Beraninya dia bersikap gitu ke aku," ucap Alfarezi dalam hati. Suasana hatinya menjadi buruk karena insiden itu.
Tidak menyangka jika wanita itu bisa membuatnya sangat kesal. Dan juga berani melawannya. Bahkan mengajaknya berdebat.
"Apa yang dikatakan istri kamu benar, harusnya kamu lebih hargai perasaannya! Jika kamu belum bisa lepasin Ines, kamu juga jangan melarang istri kamu bergaul dengan siapapun, termasuk Shaka!" ucap Boy yang sedari tadi duduk di kursi depan. Tentunya, dia dan juga Ivan mendengar pertengkaran Alfarezi dengan Kimora barusan.
"Diem kamu, brengs*k!" Boy tidak marah hanya karena kata kasar Alfarezi. Dia sudah terbiasa dengan umpatan seperti itu. Tapi Boy sama sekali tidak mau memasukan perkataan Alfarezi itu ke dalam hati.
Seketika suasana di dalam mobil menjadi hening. Ivan tidak berani lagi bersuara. Hanya terus fokus pada jalanan yang sedikit macet pagi itu.
Sementara Boy, dia memilih untuk memejamkan matanya. Tidak mau menanggapi kemarahan Alfarezi.
*Di kantor*
Karena suasana hati Alfarezi yang begitu buruk. Akibatnya banyak karyawan yang kena imbas. Mereka kena omel Alfarezi satu per satu.
Boy yang melihat Alfarezi marah-marah, hanya menatapnya dari balik jendela. Begitulah Boy, dia tidak mau orang lain melihat sosoknya. Dia hanya akan memperhatikan Alfarezi dari tempat tersembunyi.
Tapi, kemudian Boy tersenyum penuh misteri. Entah apa yang dia pikirkan. Sungguh misterius, seperti dirinya yang begitu misterius.
Begitu karyawan Alfarezi keluar dari ruangannya. Barulah Boy menunjukan dirinya. Dengan kaki menyilang, dia duduk di kursi depan Alfarezi.
"Boy, kamu udah dapat petunjuk siapa yang hampir celakai aku beberapa waktu lalu?" tanya Alfarezi sembari memijit keningnya.
"Dia orang yang sama." jawab Boy singkat.
Tanpa menjelaskan lebih lanjut. Alfarezi sudah paham apa yang dimaksud oleh Boy.
"Apa tujuannya? Aku bahkan tidak mengenalnya,"
"Apa kamu takut mati?" tanya Boy tiba-tiba. Alfarezi menatap Boy dalam.
"Selama aku masih hidup, aku tidak akan biarin kamu mati duluan." tutur Boy juga menatap Alfarezi penuh keyakinan.
Entah itu janjinya atau caranya untuk menenangkan Alfarezi. Tapi tak tahu kenapa, Alfarezi selalu merasa aman ketika Boy mengucapkan kalimat tersebut.
"Sebaiknya mulai sekarang kamu harus mulai hargai istri kamu!"
"Jangan ikut campur masalah rumah tangga aku, lebih baik kamu urusin urusan kamu sendiri!" Alfarezi kembali marah karena merasa sangat kesal, ketika teringat apa yang udah Kimora lakukan tadi pagi.
"Terserah! Aku cuma peringatin, orang yang kamu benci, mungkin saja dia yang akan selamatin kamu di kemudian hari. Begitu juga sebaliknya, orang yang kamu cintai, bisa saja dia akan menghancurkan kamu di kemudian hari." ucap Boy kemudian dengan cepat pergi dari hadapan Alfarezi.
Alfarezi selalu merasa aneh dengan perkataan Boy akhir-akhir ini. Entah kenapa dia merasa jika Boy mengetahui suatu hal. Dan berusaha untuk tidak memberitahunya.
****
Selesai kuliah, Kimora janjian dengan Shaka makan di kafe dekat kampus baru Kimora. Disana menjual es krim yang enak. Karena Kimora pecinta es krim, jadinya tidak menolak ketika Shaka mengajaknya kesana. Sekalian ingin menjelaskan mengenai kejadian tadi pagi.
"Pesen aja es krim yang banyak, hari ini aku yang traktir." ucap Shaka.
"Bukannya tiap hari kak Shaka yang traktir ya?" Kimora tertawa kecil.
Shaka tersenyum geli melihat Kimora yang makan es krim sampai belepotan ke pipi. Lalu Shaka ambil tissue dan membantu Kimora mengelap sisa es krim di pipinya.
"Aku malu-maluin ya kak?" Kimora merasa tidak enak karena dia bertingkah seperti layaknya anak kecil.
"Nggak, kamu cantik, nggak malu-maluin." jawab Shaka cepat. Kimora pun tersenyum mendengar jawaban Shaka.
Di depan Shaka, entah kenapa Kimora bisa terus menjadi dirinya sendiri. Tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain.
"Kamu beneran istrinya Alfa?" tanya Shaka menghentikan aktifitas Kimora.
"Iya, maaf ya kak, aku nggak jujur. Karena kemarin aku takut kak Alfa marah, jika aku ekspose hubungan kita. Maaf..." Kimora mengercap-ngercapkan matanya seperti anak kecil. Dan itu sangat imut, membuat Shaka menjadi tersipu karenanya.
"Tapi kamu tahu jika Alfa pacaran sama wanita yang kemarin ketemu di restoran?" Kimora menganggukan kepalanya cepat.
Melihat ekspresi sedih Kimora. Shaka yakin jika Kimora sebenarnya kesal melihat Alfarezi yang notabene-nya adalah suaminya. Tapi malah bermesraan dengan wanita lain.
"Kalian dijodohin?" Shaka menebak dan itu benar.
"Iya." jawab Kimora sedih.
"Kamu suka sama dia?" Kimora terdiam dan menundukan kepalanya. Dia bingung mau jujur apa nggak sama Shaka tentang perasaannya ke Alfarezi.
Tapi kediamannya membuat Shaka yakin, jika Kimora menyukai Alfarezi. Shaka pun merasa iba kepada Kimora.
Menurut Shaka, Kimora wanita yang kuat dan tegar. Jelas-jelas dengan mata kepalanya sendiri melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain. Tapi dia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa kemarin. Bahkan masih bisa tertawa. Hebat.
Semakin kesini, Shaka semakin simpati kepada wanita bertubuh tambun tersebut. Rasanya, Shaka ingin sekali melindungi wanita itu.
"Mau lagi?" tanya Shaka mengalihkan topik pembicaraan. Dia tidak ingin terus-terusan membuat wanita itu sedih.
"Boleh?" tanya Kimora. Shaka menganggukan kepalanya.
"Tapi kita masih bisa berteman kan? Alfa ada larang kamu nggak, supaya tidak lagi berteman sama aku?"
"Dia nyuruh aku jauhin kamu, tapi aku nggak mau."
"Kenapa?"
"Karena kamu baik sama aku, kamu teman pertama aku di kota ini. Lagipula dia aja masih berhubungan sama Ines. Aku juga berhak dong buat berteman sama siapapun?" ucap Kimora dengan mulut yang penuh dengan es krim.
"Kalau kak Shaka gimana? masih mau berteman sama aku, setelah tahu kalau aku udah punya suami?" Kimora bertanya balik.
"Masih mau dong, siapa yang nggak mau berteman sama cewek cantik dan imut kayak gini." Shaka menarik kedua pipi tembem Kimora.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SECARA ETHIKA SOSIAL DN AGAMA, APA YG DILAKUKN ALFA SNGAT SALAH, KRN SKRG STTUSNYA SUAMI, TTPI APA YG DILAKUKAN KIMORA, SBNARNYA LBH SALAH, KRN DIA ISTRI ORG, DN GK PANTAS SEORANG WANITA BRSUAMI DKT DGN LKI2 YG BUKAN MAHRAMNYA, APALAGI SAMPE DUA2AN DN DIPEGANG2 GITU PIPINYA..
2023-05-02
0
Sulaiman Efendy
TEPAT SEKALI KIM, LO JGN MAU DITINDAS SI ALFA..
2023-05-02
0
Sulaiman Efendy
BETUL KATA LO KIM, SI ALFA MAU ENAK SJA, DIA SBAGAI SEORANG SUAMI SEENAKNYA JLN DN HABISKN WAKTU DGN WANITA LAIN TNPA PIKIRKN PRASAAN LOO. GILIRAN LO BRTEMAN DGN LAKI2 LAIN DIA GK TRIMA..
2023-05-02
0