Saat Alfarezi sampai di rumah. Dia kaget ketika melihat Kimora ada di rumahnya. Kimora sedang bersendau gurau dengan kakek Alfarezi di taman samping rumah mewah itu.
Karena tidak tertarik dengan apa yang kakek dan calon istrinya bahas. Alfarezi langsung naik ke lantai dua. Dimana kamarnya berada.
Tapi ketika dia berjalan menuju kamar. Sempat terlintas di benaknya sesuatu yang jarang bahkan hampir tidak pernah dia lihat. Yaitu tawa lepas kakeknya.
Alfarezi sudah dari kecil ikut kakeknya. Dia jarang sekali melihat kakeknya tersenyum apalagi tertawa lepas seperti tadi. Kakeknya memang terkenal kaku dan dingin di kalangan teman-teman kawakan kakeknya.
"Lumayan juga tuh si gendut bisa bikin kakek tertawa lepas gitu." gumamnya sembari membuka kamarnya.
Ketika dia masuk ke kamarnya. Alfarezi kembali di kejutkan oleh koper yang ada di samping tempat tidurnya.
"Koper siapa nih? Perasaan bukan punya gue," gumamnya kebingungan.
Sementara di taman samping rumah. Kimora bercerita tentang masa kecilnya yang sangat jail. Katanya, dia pernah manjat pohon milik tetangganya untuk mencuri buah jambu. Tapi karena tetangganya menunggu di bawah pohon. Kimora yang takut turun pun akhirnya nongkrong diatas pohon jambu tersebut berjam-jam.
"Hahahaha, jadi betah-betahan ya? Siapa yang paling betah gitu?" tawa kakek Alfarezi melengking mendengar cerita Kimora.
"Ada-ada aja kamu, anak cewek kok suka manjat pohon, untung bisa turun." ucap kakek Alfarezi tidak bisa berhenti tertawa.
"Itu kan dulu kek, sekarang boro-boro mau manjat pohon, berdiri aja susah." ucap Kimora kembali membuat kakek Alfarezi meledak tawanya.
Lagi asyik ngobrol. Tiba-tiba Alfarezi datang dengan marah. Alfarezi menebak jika koper itu milik Kimora. Jadi, untuk membuktikan kecurigaannya dia akan bertanya langsung ke kakeknya.
"Kakek! Di kamar aku itu koper siapa?" tanya Alfarezi dengan sedikit marah.
Kakek Alfarezi yang tidak tahu jika cucunya sudah pulang pun menoleh dengan kaget. "Kamu udah pulang? Itu koper milik Kimora. Besok kalian akan menikah, kakek udah atur semuanya." jawab kakek Alfarezi.
Tentu saja perkataan itu membuat Alfarezi kaget bukan main. Belum ada seminggu kakeknya memberitahu dia tentang perjodohan. Kenapa dengan cepat kakeknya memutuskan pernikahan mereka.
"Nikah?" tanya Alfarezi kaget.
"Kakek kok nggak ngomong dulu sama aku? Masalah pernikahan itu bukan masalah main-main kek!" protes Alfarezi yang tidak setuju dengan keputusan kakeknya yang semena-mena.
"Kakek udah atur semuanya dari dua bulan yang lalu. Nggak ada alasan lagi, besok kalian menikah. Kimora tidak mau ada acara, jadi besok setelah kalian mendapat buku nikah, kita adain perjamuan di rumah secara sederhana saja." jawab kakek Alfarezi yang mau tidak mau harus dituruti oleh Alfarezi.
Sejujurnya, Alfarezi belum siap menjadi seorang suami. Itu sebabnya dia belum juga melamar Ines. Tapi dia juga tidak berani membantah kakeknya.
Alfarezi menatap Kimora dengan tatapan benci. Dia tidak menyangka jika dia akan menikahi wanita yang tidak sama sekali dia cintai. Dan lagi bukan tipe idamannya.
"Terserah kakek aja!" ucap Alfarezi dengan marah kemudian kembali ke kamarnya.
Di dalam kamar, Alfarezi berkali-kali memukuli bantal yang tidak bersalah. Dia sangat kecewa dengan keputusan sepihak kakeknya. Dan, dia juga bingung. Bagaimana cara ngomongnya ke Ines.
Ines pasti akan marah besar kepadanya. Memikirkan itu semua membuat Alfarezi menjadi semakin marah. Dia mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Setelah itu dia melempar tubuhnya ke atas kasur empuk miliknya.
Saat makan malam tiba. Alfarezi tidak mau turun untuk makan malam bersama kakek dan calon istrinya. Dia lebih memilih mengurung dirinya di dalam kamar.
"Kak Alfa nggak ikut makan bareng kita keka?" tanya Kimora mengkhawatirkan Alfarezi.
"Biarin aja, dia udah gede. Mending kamu makan yang banyak, biar tambah endut!" ucap kakek Alfarezi sambil memberikan lauk ke piring Kimora.
Selesai makan, kakek Alfarezi dan Kimora kembali ngobrol di ruang tamu. Sedangkan Alfarezi turun dari lantai dua dengan berpakaian casual tapi rapi.
"Kamu mau kemana?" tanya kakeknya menghentikan langkah Alfarezi.
"Mau keluar sama temen." Alfarezi yang masih marah dengan kakeknya hanya menjawab tanpa menoleh.
"Ajak Kimora sekalian!" Alfarezi membulatkan matanya mendengar permintaan kakeknya.
"Nggak!!" jawab Alfarezi cepat.
"Kakek apa-apaan sih, Alfa mau kencan sama Ines, ngapain ajak dia." protes Alfarezi.
"Kamu belum putus sama dia? Kamu sudah mau menikah, pokoknya kakek nggak mau tahu, kamu harus putusin dia sekarang juga! Atau kamu nggak akan dapat warisan sama sekali." Alfarezi tidak tahu kenapa kakeknya sangat tidak menyukai Ines.
"Ini Alfa juga mau kasih tahu dia kalau Alfa besok akan nikah."
"Kalau gitu ajak Kimora sekalian!" paksa kakeknya yang lagi-lagi tidak bisa Alfarezi bantah.
Akan tetapi, Kimora menolak ikut pergi bersama Alfarezi. Dia tahu Alfarezi tidak suka dia ikut pergi bersamanya. Kimora tidak mau semakin membuat calon suaminya benci sama dia.
Kakek Alfarezi tetap saja memaksanya untuk ikut dengan Alfarezi. "Kamu juga harus mengenal kota ini, kamu kan akan tinggal disini!" ucap kakek Alfarezi sambil menepuk pundak Kimora.
Tahu apa yang dipikirkan oleh cucu menantunya. Kakek Alfarezi meyakinkan dia jika Alfarezi tidak akan berani macam-macam kepadanya.
Meskipun Alfarezi sering sekali membantah ucapan kakeknya. Tapi sejatinya dia anak yang sangat penurut. Alfarezi akan menuruti apa perintah kakeknya. Meskipun dengan sedikit ngedumel. Tapi, tetap aja akan dia kerjakan.
Maklum, sejak kecil Alfarezi di asuh oleh kakeknya. Jadi mungkin semua itu sebagai bentuk baktinya kepada kakek yang telah mengasuhnya dari kecil, sebagai ganti orang tuanya.
"Kalau gitu aku ganti dulu!" ucap Kimora kemudian berjalan menuju kamar Alfarezi. Karena kopernya ada kamar tersebut.
"Kenapa sih kakek jodohin Alfa sama dia?" tanya Alfarezi masih penasaran dengan apa yang kakeknya pikirkan.
"Kenapa? Kimora anak baik, dia sopan, dan paling penting keluarganya dari keluarga baik-baik." jawab kakeknya yang selalu memuji Kimora.
"Keluarga Ines juga keluarga baik-baik, tapi kenapa kakek tidak pernah restui hubungan kita?" Alfarezi selalu penasaran kenapa sampai sekarang dia dan Ines belum mendapat restu dari kakeknya sama sekali.
Kakeknya bahkan tidak mau sama sekali menyambut Ines. Ketika tidak sengaja ketemu dijalan pun kakeknya tidak mau menyapa Ines. Dan, di saat Ines menyapanya duluan. Kakeknya Alfarezi hanya bersikap acuh tak acuh.
Kakek Alfarezi tidak menjawab pertanyaan Alfarezi. Dia hanya tersenyum smirk penuh misterius. Seperti dia sedang menyembunyikan sesuatu yang Alfarezi tidak tahu.
"Kenapa kek?" Alfarezi masih belum menyerah. Dia benar-benar penasaran.
Bersamaan dengan itu. Kimora yang sudah selesai ganti baju pun turun dari lantai dua. Alfarezi sempat terhenyak melihat dandanan Kimora yang fashionable.
"Bisa dandan juga dia." gumam Alfarezi seorang diri.
"Ingat, jangan berani-berani turunin Kimora di pinggir jalan, atau kamu tidak akan dapat warisan sepersen pun!" kakek Alfarezi mengingatkan cucunya untuk menjaga wanita yang akan menjadi istrinya secara tidak langsung.
"Have fun ya nak!" berbeda dengan Alfarezi. Ketika berbicara dengan Kimora. Kakek Alfarezi akan bersikap sangat lembut.
"Iya kek, Kimora pamit ya?!" ucap Kimora merasa bahagia. Akhirnya dia bisa jalan berdua dengan calon suaminya yang sudah dia sukai ketika hanya melihat fotonya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
mama yuhu
lanzuttt
2022-02-24
0
Siti Fatimah Fatimah
visual donk....
2021-11-18
0
nichic
alesan aj ga mau nikah karena gemuk, ternyata gara2 blmsiap
2021-08-19
4