Suasana Kantin tampak ramai. Terlihat para mahasiswa dan mahasiswi telah duduk di kursi masing-masing lengkap dengan makanan dan minuman di atas meja. Setelah selama tiga jam mengikuti materi kuliah di dalam kelas mereka semua langsung berlari menuju kantin untuk mengisi perut mereka, termasuk Darren dan keempat sahabatnya.
Di kantin itu juga ada Ataya, ketiga mantan kakaknya Darren yaitu Vito, Velly dan Nasya. Dan mantan kekasihnya. Posisi duduk mereka paling pojok kanan. Posisi duduk Ataya nomor tiga bagian tengah. Sementara posisi duduk Darren dan keempat sahabatnya berada di posisi tengah bagian belakang.
Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya sedari tadi memperhatikan Darren. Dulu mereka selalu duduk bersama dengan Darren ketika berada di kantin. Bahkan mereka selalu memanjakan Darren. Bukan hanya Vito, Velly dan Nasya. Para sahabatnya juga sering memanjakan Darren. Mereka lebih memanjakan Darren dari pada adik mereka sendiri.
"Apa kita bisa balik kayak dulu bermain bareng dengan Darren?" tanya Novan.
"Aku benar-benar merindukan Darren," sahut Daniyal.
"Seandainya waktu bisa diputar ulang. Aku akan memilih percaya sama Darren," ucap Radika.
" Ya, aku juga." Danar ikut bersuara.
"Ren," lirih mereka semua.
"Ren. Kiran rindu Darren. Apa kita gak bisa balikan lagi," batin Kiran.
Di meja Ataya..
Ataya tengah menikmati makan siangnya. Sementara meja lain Darren dan keempat sahabatnya selalu mengawasi Ataya.
Disaat Ataya sedang menikmati makan siangnya sendiri, tiba-tiba Davina dan kelompoknya datang dan langsung membuat kerusuhan di meja Ataya.
BRAAKK!
Davina langsung menggebrak kuat meja sehingga membuat makanan dan minuman tersebut berserakan.
"Ooh, lagi makan enak ternyata. Orang kayak kamu ternyata bisa makan enak juga di kantin ini. Dapat uang dari mana, hah?!" bentak Davina.
Davina dan teman-temannya langsung menduduki pantatnya di kursi.
Sementara Ataya masih diam dan masih menikmati makan siangnya tanpa menghiraukan Davina dan kelompoknya.
"Sekarang pesankan makanan dan minuman untukku dan teman-temanku. Buruan!" bentak Davina. Sementara Ataya masih diam di tempatnya.
"Lo dengar tidak apa yang dibicarakan oleh Davina!" bentak Isyani lalu merebut minuman Ataya dan menumpahkan minuman itu ke lantai.
Melihat Ataya yang tidak bergerak sama sekali dan juga tidak mematuhi perintahnya membuat Davina naik pitam. Kemudian Davina langsung berdiri dari duduknya dan hendak menampar wajah Ataya.
Ketika tangan Davina yang sedikit lagi mengenai wajahnya, Ataya dengan gesitnya langsung menangkap tangan Davina dan mencengkeramnya dengan kuat sehingga Davina meringis merasakan sakit di bagian tangannya.
Melihat Davina yang kesakitan. Lalitha langsung menyerang Ataya.
BYUURR!
Ataya menyirami kuah bakso yang warnanya merah karena Ataya memberikan banyak cabe ke dalam kuah baksonya itu tepat mengenai wajah Lalitha. Seketika Lalitha berteriak sembari menutup wajahnya.
"Panas... Panas. Mataku... Mataku!" teriak Lalitha.
"Brengsek! Kau apakan temanku!" teriak Meera.
Meera menyerang Ataya dengan memukul wajah Ataya. Namun dengan gerakan cepat Ataya berdiri dari duduknya tanpa melepaskan tangan Davina dan langsung memberikan tendangan kuat ke perut Meera.
DUUAAGGHH!
BRUUKK!
Meera langsung tersungkur dan perut yang terlebih dahulu mendarat di lantai.
"Uhhuuukk." Meera memuntahkan darah segar dari mulutnya.
Para penghuni kantin seketika ketakutan ketika melihat Ataya yang melawan kelompok Ataya dengan sangat kejamnya. Bahkan mereka berpikir bahwa Ataya yang mereka kenal selama ini sangat jauh berbeda dengan Ataya yang sekarang. Ataya yang sekarang lebih sadis dan sangat kejam.
Sementara Darren dan keempat sahabatnya tersenyum puas. Inilah yang diinginkan Darren. Darren ingin kekasihnya itu berani melawan orang-orang yang berani menindasnya.
"Gadis pintar," batin Darren tersenyum.
Ataya menatap tajam kearah Davina. Lalu kemudian Ataya memelintirkan tangan Davina ke belakang sehingga membuat Davina menjerit kesakitan.
"Aakkhhh!"
"Kamu pikir bisa ngebully aku selamanya, hah! Aku selama ini hanya berusaha sabar aja. Aku gak mau nyakitin kamu dan teman-teman kamu itu. Tapi makin hari kamu dan teman-teman kamu itu makin ngelunjak." Ataya berbicara dengan terus menekan tangan Davina ke belakang dan membuat Davina kembali berteriak kesakitan.
Setelah beberapa menit, Ataya melepaskan tangan Davina dan mendorong kuat tubuh Davina sehingga tersungkur ke lantai.
Tanpa Ataya ketahui, Devita mengirim pesan kepada Arya Fadhlan yang tak lain adalah kekasihnya Davina. Arya adalah putra ketiga dari seorang Donatur terbesar di Kampus.
"Tidak selamanya orang diam itu penakut. Justru seharusnya kalian yang harus berhati-hati terhadap orang yang selalu diam ketika dibully karena mereka akan berubah menjadi sosok yang sangat kejam ketika membalas rasa sakitnya." Ataya berucap sambil menatap tajam kearah Davina dan keempat temannya.
Mendengar ucapan dari Ataya. Para mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kantin tersebut hanya diam membisu. Bahkan mereka tidak ada yang berani menatap Ataya.
"Sekarang kalian takut padaku. Kemarin-kemarin sikap kalian seperti binat*ng. Tidak layak disebut sebagai manusia," ucap Ataya.
Devita melihat kedatangan Arya langsung berlari menghampiri Arya dan kelompoknya.
Darren dan keempat sahabatnya yang sedari tadi memperhatikan Ataya mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk kantin.
"Ren. Siapa mereka?" tanya Chico.
"Aku juga tidak tahu," jawab Darren yang matanya masih memperhatikan sekitarnya.
"Kalian bersiap-siap!" seru Zidan.
"Hm." Darren, Chico, Chello dan Barra mengangguk.
Arya dan teman-temannya melangkahkan kakinya memasuki area kantin dan mereka melihat Davina, Lalitha dan Meera sudah dalam keadaan yang tak baik.
"Davina, kau baik-baik saja?" tanya Arya.
"Tanganku sepertinya patah," jawab Davina menahan sakit di bagian pergelangan tangannya.
"Isyani, Devita. Kalian bawa Davina, Lalitha dan Meera ke ruang kesehatan," perintah Arya.
"Baik," jawab Isyani dan Devita.
Setelah itu, Devita dan Isyani membawa ketiga temannya ke ruang kesehatan.
Arya menatap tajam kearah Ataya. Begitu juga dengan kelima sahabat Arya.
"Berani sekali kau menyakiti kekasihku, hah!" bentak Arya.
"Memangnya kekasihmu itu siapa sehingga aku harus takut dengannya," jawab Ataya.
"Brengsek! Berani kau melawanku, hah! Apa kau tidak tahu siapa aku?"
"Untuk apa aku harus mencari identitasmu. Itu tidak penting." Ataya kembali menjawab perkataan dari Arya.
"Brengsek! Serang wanita murahan ini!" teriak Arya.
Ketika Arya dan teman-temannya ingin menyerang Ataya. Darren dan keempat sahabatnya sudah terlebih dahulu menyerang Arya dan kelima teman-temannya.
Darren menarik tangan Ataya dan mendorong sedikit ke belakang, lalu dengan gerakan cepat Darren memberikan tendangan kuat tepat di perut Arya ketika hendak menyerang Ataya.
DUUAAGGHH!
BRUUKK!
Seketika punggung Arya membentur sebuah meja dan mendarat jatuh membentur lantai sehingga mengakibatkan darah segar keluar dari mulutnya.
Sementara Chico, Barra, Zidan dan Chello menyerang secara brutal kelima teman-temannya Arya.
BAGH!
DUUAGGHH!
PRAANNGG!
Chello, Chico, Barra dan Zidan memberikan pukulan, tendangan kuat di setiap inci tubuh kelima teman-temannya Arya. Bahkan Chello dan Zidan berulang kali memukul kepala dua temannya Arya dengan menggunakan botol sehingga kepala keduanya bermandikan darah segar. Kelima teman-temannya Arya tergeletak tak berdaya di lantai kantin.
Para penghuni kantin yang melihat adegan demi adegan perkelahian hanya bisa diam dan menjauh dari perkelahian tersebut. Mereka lebih mementingkan keselamatan nyawa mereka sendiri.
Darren mengambil botol yang masih utuh, lalu botol tersebut dipecahkan oleh Darren.
PRAANNGG!
Setelah botol itu pecah. Darren menghampiri Arya yang saat ini sudah tak berdaya. Darren berjongkok tepat di hadapan Arya.
JLEB!
"Aaakkkhhh!" Arya berteriak keras ketika merasakan sesuatu di pahanya.
Arya menancapkan ujung botol yang pecah tepat di bagian paha Arya.
Vito, Velly, Nasya, Kiran dan para sahabatnya benar-benar terkejut dan juga syok ketika melihat Darren dan keempat sahabatnya yang menyerang Arya dan kelima teman-temannya yang membabi buta. Apalagi saat melihat Darren ketika menyerang Arya.
Mereka tidak menyangka jika Darren yang sekarang telah berubah menjadi Darren yang sangat kejam dan tanpa ampun.
"Itu hukuman untukmu karena sudah menyebut kekasihku wanita murahan," sahut Darren dengan menatap nyalang Arya.
Darren menarik paksa botol yang tertancap di paha Arya sehingga menimbulkan teriakan dari Arya.
Setelah itu, Darren membuang botol tersebut di lantai, lalu Darren menatap satu persatu penghuni kantin.
"Aku berharap ini jadi pembelajaran untuk kalian yang suka membully di kampus ini. Aku tidak peduli jenis bullyan apa yang kalian berikan kepada mahasiswa dan mahasiswi disini. Jika kalian ingin membully jangan sampai terlihat olehku dan jangan pernah kalian mengusik orang-orangku."
Setelah itu, Darren dan keempat sahabatnya beserta Ataya pergi meninggalkan kantin dalam keadaan kacau dan mencekam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments