Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren

Suasana Kantin tampak ramai. Terlihat para mahasiswa dan mahasiswi telah duduk di kursi masing-masing lengkap dengan makanan dan minuman di atas meja. Setelah selama tiga jam mengikuti materi kuliah di dalam kelas mereka semua langsung berlari menuju kantin untuk mengisi perut mereka, termasuk Darren dan keempat sahabatnya.

Di kantin itu juga ada Ataya, ketiga mantan kakaknya Darren yaitu Vito, Velly dan Nasya. Dan mantan kekasihnya. Posisi duduk mereka paling pojok kanan. Posisi duduk Ataya nomor tiga bagian tengah. Sementara posisi duduk Darren dan keempat sahabatnya berada di posisi tengah bagian belakang.

Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya sedari tadi memperhatikan Darren. Dulu mereka selalu duduk bersama dengan Darren ketika berada di kantin. Bahkan mereka selalu memanjakan Darren. Bukan hanya Vito, Velly dan Nasya. Para sahabatnya juga sering memanjakan Darren. Mereka lebih memanjakan Darren dari pada adik mereka sendiri.

"Apa kita bisa balik kayak dulu bermain bareng dengan Darren?" tanya Novan.

"Aku benar-benar merindukan Darren," sahut Daniyal.

"Seandainya waktu bisa diputar ulang. Aku akan memilih percaya sama Darren," ucap Radika.

" Ya, aku juga." Danar ikut bersuara.

"Ren," lirih mereka semua.

"Ren. Kiran rindu Darren. Apa kita gak bisa balikan lagi," batin Kiran.

Di meja Ataya..

Ataya tengah menikmati makan siangnya. Sementara meja lain Darren dan keempat sahabatnya selalu mengawasi Ataya.

Disaat Ataya sedang menikmati makan siangnya sendiri, tiba-tiba Davina dan kelompoknya datang dan langsung membuat kerusuhan di meja Ataya.

BRAAKK!

Davina langsung menggebrak kuat meja sehingga membuat makanan dan minuman tersebut berserakan.

"Ooh, lagi makan enak ternyata. Orang kayak kamu ternyata bisa makan enak juga di kantin ini. Dapat uang dari mana, hah?!" bentak Davina.

Davina dan teman-temannya langsung menduduki pantatnya di kursi.

Sementara Ataya masih diam dan masih menikmati makan siangnya tanpa menghiraukan Davina dan kelompoknya.

"Sekarang pesankan makanan dan minuman untukku dan teman-temanku. Buruan!" bentak Davina. Sementara Ataya masih diam di tempatnya.

"Lo dengar tidak apa yang dibicarakan oleh Davina!" bentak Isyani lalu merebut minuman Ataya dan menumpahkan minuman itu ke lantai.

Melihat Ataya yang tidak bergerak sama sekali dan juga tidak mematuhi perintahnya membuat Davina naik pitam. Kemudian Davina langsung berdiri dari duduknya dan hendak menampar wajah Ataya.

Ketika tangan Davina yang sedikit lagi mengenai wajahnya, Ataya dengan gesitnya langsung menangkap tangan Davina dan mencengkeramnya dengan kuat sehingga Davina meringis merasakan sakit di bagian tangannya.

Melihat Davina yang kesakitan. Lalitha langsung menyerang Ataya.

BYUURR!

Ataya menyirami kuah bakso yang warnanya merah karena Ataya memberikan banyak cabe ke dalam kuah baksonya itu tepat mengenai wajah Lalitha. Seketika Lalitha berteriak sembari menutup wajahnya.

"Panas... Panas. Mataku... Mataku!" teriak Lalitha.

"Brengsek! Kau apakan temanku!" teriak Meera.

Meera menyerang Ataya dengan memukul wajah Ataya. Namun dengan gerakan cepat Ataya berdiri dari duduknya tanpa melepaskan tangan Davina dan langsung memberikan tendangan kuat ke perut Meera.

DUUAAGGHH!

BRUUKK!

Meera langsung tersungkur dan perut yang terlebih dahulu mendarat di lantai.

"Uhhuuukk." Meera memuntahkan darah segar dari mulutnya.

Para penghuni kantin seketika ketakutan ketika melihat Ataya yang melawan kelompok Ataya dengan sangat kejamnya. Bahkan mereka berpikir bahwa Ataya yang mereka kenal selama ini sangat jauh berbeda dengan Ataya yang sekarang. Ataya yang sekarang lebih sadis dan sangat kejam.

Sementara Darren dan keempat sahabatnya tersenyum puas. Inilah yang diinginkan Darren. Darren ingin kekasihnya itu berani melawan orang-orang yang berani menindasnya.

"Gadis pintar," batin Darren tersenyum.

Ataya menatap tajam kearah Davina. Lalu kemudian Ataya memelintirkan tangan Davina ke belakang sehingga membuat Davina menjerit kesakitan.

"Aakkhhh!"

"Kamu pikir bisa ngebully aku selamanya, hah! Aku selama ini hanya berusaha sabar aja. Aku gak mau nyakitin kamu dan teman-teman kamu itu. Tapi makin hari kamu dan teman-teman kamu itu makin ngelunjak." Ataya berbicara dengan terus menekan tangan Davina ke belakang dan membuat Davina kembali berteriak kesakitan.

Setelah beberapa menit, Ataya melepaskan tangan Davina dan mendorong kuat tubuh Davina sehingga tersungkur ke lantai.

Tanpa Ataya ketahui, Devita mengirim pesan kepada Arya Fadhlan yang tak lain adalah kekasihnya Davina. Arya adalah putra ketiga dari seorang Donatur terbesar di Kampus.

"Tidak selamanya orang diam itu penakut. Justru seharusnya kalian yang harus berhati-hati terhadap orang yang selalu diam ketika dibully karena mereka akan berubah menjadi sosok yang sangat kejam ketika membalas rasa sakitnya." Ataya berucap sambil menatap tajam kearah Davina dan keempat temannya.

Mendengar ucapan dari Ataya. Para mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kantin tersebut hanya diam membisu. Bahkan mereka tidak ada yang berani menatap Ataya.

"Sekarang kalian takut padaku. Kemarin-kemarin sikap kalian seperti binat*ng. Tidak layak disebut sebagai manusia," ucap Ataya.

Devita melihat kedatangan Arya langsung berlari menghampiri Arya dan kelompoknya.

Darren dan keempat sahabatnya yang sedari tadi memperhatikan Ataya mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk kantin.

"Ren. Siapa mereka?" tanya Chico.

"Aku juga tidak tahu," jawab Darren yang matanya masih memperhatikan sekitarnya.

"Kalian bersiap-siap!" seru Zidan.

"Hm." Darren, Chico, Chello dan Barra mengangguk.

Arya dan teman-temannya melangkahkan kakinya memasuki area kantin dan mereka melihat Davina, Lalitha dan Meera sudah dalam keadaan yang tak baik.

"Davina, kau baik-baik saja?" tanya Arya.

"Tanganku sepertinya patah," jawab Davina menahan sakit di bagian pergelangan tangannya.

"Isyani, Devita. Kalian bawa Davina, Lalitha dan Meera ke ruang kesehatan," perintah Arya.

"Baik," jawab Isyani dan Devita.

Setelah itu, Devita dan Isyani membawa ketiga temannya ke ruang kesehatan.

Arya menatap tajam kearah Ataya. Begitu juga dengan kelima sahabat Arya.

"Berani sekali kau menyakiti kekasihku, hah!" bentak Arya.

"Memangnya kekasihmu itu siapa sehingga aku harus takut dengannya," jawab Ataya.

"Brengsek! Berani kau melawanku, hah! Apa kau tidak tahu siapa aku?"

"Untuk apa aku harus mencari identitasmu. Itu tidak penting." Ataya kembali menjawab perkataan dari Arya.

"Brengsek! Serang wanita murahan ini!" teriak Arya.

Ketika Arya dan teman-temannya ingin menyerang Ataya. Darren dan keempat sahabatnya sudah terlebih dahulu menyerang Arya dan kelima teman-temannya.

Darren menarik tangan Ataya dan mendorong sedikit ke belakang, lalu dengan gerakan cepat Darren memberikan tendangan kuat tepat di perut Arya ketika hendak menyerang Ataya.

DUUAAGGHH!

BRUUKK!

Seketika punggung Arya membentur sebuah meja dan mendarat jatuh membentur lantai sehingga mengakibatkan darah segar keluar dari mulutnya.

Sementara Chico, Barra, Zidan dan Chello menyerang secara brutal kelima teman-temannya Arya.

BAGH!

DUUAGGHH!

PRAANNGG!

Chello, Chico, Barra dan Zidan memberikan pukulan, tendangan kuat di setiap inci tubuh kelima teman-temannya Arya. Bahkan Chello dan Zidan berulang kali memukul kepala dua temannya Arya dengan menggunakan botol sehingga kepala keduanya bermandikan darah segar. Kelima teman-temannya Arya tergeletak tak berdaya di lantai kantin.

Para penghuni kantin yang melihat adegan demi adegan perkelahian hanya bisa diam dan menjauh dari perkelahian tersebut. Mereka lebih mementingkan keselamatan nyawa mereka sendiri.

Darren mengambil botol yang masih utuh, lalu botol tersebut dipecahkan oleh Darren.

PRAANNGG!

Setelah botol itu pecah. Darren menghampiri Arya yang saat ini sudah tak berdaya. Darren berjongkok tepat di hadapan Arya.

JLEB!

"Aaakkkhhh!" Arya berteriak keras ketika merasakan sesuatu di pahanya.

Arya menancapkan ujung botol yang pecah tepat di bagian paha Arya.

Vito, Velly, Nasya, Kiran dan para sahabatnya benar-benar terkejut dan juga syok ketika melihat Darren dan keempat sahabatnya yang menyerang Arya dan kelima teman-temannya yang membabi buta. Apalagi saat melihat Darren ketika menyerang Arya.

Mereka tidak menyangka jika Darren yang sekarang telah berubah menjadi Darren yang sangat kejam dan tanpa ampun.

"Itu hukuman untukmu karena sudah menyebut kekasihku wanita murahan," sahut Darren dengan menatap nyalang Arya.

Darren menarik paksa botol yang tertancap di paha Arya sehingga menimbulkan teriakan dari Arya.

Setelah itu, Darren membuang botol tersebut di lantai, lalu Darren menatap satu persatu penghuni kantin.

"Aku berharap ini jadi pembelajaran untuk kalian yang suka membully di kampus ini. Aku tidak peduli jenis bullyan apa yang kalian berikan kepada mahasiswa dan mahasiswi disini. Jika kalian ingin membully jangan sampai terlihat olehku dan jangan pernah kalian mengusik orang-orangku."

Setelah itu, Darren dan keempat sahabatnya beserta Ataya pergi meninggalkan kantin dalam keadaan kacau dan mencekam.

Episodes
1 Kerinduan Darren
2 Kebahagiaan Keluarga Smith
3 Darren Dan Lory
4 Kepergian Amanda
5 Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6 Kedatangan Darren
7 Amarah Darren
8 Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9 Flashback
10 Kesedihan Keluarga Smith
11 Mulai Menyadari
12 Sebuah Kebenaran
13 Mencurigai
14 Kilasan Kejadian
15 Kilasan Kejadian 2
16 Penyesalan
17 Kemarahan Darren
18 Kebencian Darren
19 Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20 Senyuman Licik Darren
21 Bertemu Mantan Ayah
22 Menunggu Waktu Penyerangan
23 Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24 Merencanakan Penyerangan
25 Diego Divo Virera GAME OVER
26 Kebersamaan Darren Dan Ataya
27 Rencana Licik Darren
28 Keromantisan Darren Dan Ataya
29 Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30 Kemarahan Tuan Jecolyn
31 Keterkejutan Darren
32 Keinginan Darren
33 Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34 Tewasnya Aron
35 Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36 Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37 Ketakutan Keluarga Austin
38 Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39 Niat Buruk Veronika
40 Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41 Rencana Yang Dijalankan
42 Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43 Berkorban
44 Perasaan Lega
45 Penyerangan Kediaman Parvez
46 Kesedihan Yang Mendalam
47 Selamat Jalan Ataya
48 Emosi Darren Yang Meluap
49 Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50 Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51 Berjuang Untuk Meminta Maaf
52 Kedatangan Keluarga Austin
53 Rasa Sakit Darren
54 Memulai Permainan
55 Permainan Pertama Dimulai
56 Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57 Makan Malam Bersama
58 Menyusun Rencana
59 Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60 Meninggalnya Victoria
61 Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62 Perkataan Mengandung Arti
63 Merencanakan Penyerangan
64 Tatapan Kerinduan
65 Memulai Penyerangan
66 Penyerangan Markas Al Capone
67 Penyerangan Keluarga Roberto
68 Satu Fakta Terungkap
69 Terbongkar
70 Mengakhiri Sandiwara
71 Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72 Tak Sengaja Mendengar
73 Menyelesaikan Balas Dendam
74 Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75 Permintaan Maaf Kiran
76 Permintaan Maaf Kiran 2
77 Merencanakan Pembalasan
78 Menceritakan Kondisi Darren
79 Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80 Janji Velly Dan Nasya
81 Gangguan Dari Kelompok Almoz
82 Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83 Pembicaraan Ayah Dan Anak
84 Memulai Penyerangan
85 Penyerangan Beruntun
86 Menyiapkan Sebuah Berkas
87 Kedatangan Marissa Dan Arnold
88 Kekalahan Mutlak
89 Kemenangan Darren
90 Jatuh Pingsan
91 Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92 Perang Mulut
93 Kekesalan Darren Dan Arinda
94 Presdir Baru Perusahaan AYJ
95 Kehangatan Keluarga Smith
96 Kembali Menjalin Kerja Sama
97 Menyelesaikan Balas Dendam 2
98 Keluarnya Andara Dari Penjara
99 Kembali Menghadapi Lawan
100 Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101 Tewasnya Andara
102 Kemenangan
103 Kasih Sayang Dan Kepedulian
104 Terlambat Bangun
105 Kebersamaan
106 Siapa Dia?
107 Ibu Itu Mirip Mama
108 Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109 Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110 Kedatangan Clarissa
111 Tiga Tamu Tak Diundang
112 Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113 Isak Tangis Darren
114 Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115 Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116 Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117 Menceritakan Kejadian Di Kampus
118 Rasa Bersalah Arinda
119 Kejahilan Darren
120 Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121 Permintaan Maaf Arinda
122 Terungkap Status Arinda
123 Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124 Keusilan Darren
125 Keterkejutan Keluarga Parvez
126 Kejahilan Para Kakak Sepupu
127 Kesalahpahaman
128 Darren Dan Afnan
129 Kerinduan Keluarga Parvez
130 Gadis Tak Tahu Malu
131 Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132 Kesedihan Clarissa
133 Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134 Kabar Mengejutkan
135 Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136 Dalang
137 Merencanakan Pembalasan
138 Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139 Kekhawatiran Darren
140 Kabar Dari Maminya Ataya
141 Berbagi Cerita
142 Mendapatkan Petunjuk
143 Air Mata Arinda
144 Berhasil Menyelamatkan Arinda
145 Mencari Pengganti Ataya
146 Bonus
147 Masih Menutup Diri
148 Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149 Penolakan Darren Akan Prisa
150 Kemarahan Rivo
151 Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152 Amarah Dan Dendam Faza
153 Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154 Keberhasilan Para Tangan Kanan
155 Membahas Rencana Balas Dendam
156 Telepon Dari Faza
157 Tangisan Kebahagiaan Harley
158 Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159 Telepon Dari Arinda
160 Bab 160
161 Pembalasan Faza
162 Kehancuran Keluarga Bader
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bertanya Tentang Prisa
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bukti Pengkhianatan
171 Bab 171
172 Telepon Dari Rektor
173 Bab 173
174 Keterkejutan Ardiansyah
175 Menyelesaikan Hukuman
176 Keributan
177 Keterkejutan Andro Dan Amel
178 Kekecewaan Tamara
179 Telepon Dari Maxi
180 Ucapan Dan Sumpah Arinda
181 Bab 181
182 Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183 Bab 183
184 Kemarahan Nando Terhadap Salma
185 Kiriman Video Dari Maxi
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Kerinduan Darren
2
Kebahagiaan Keluarga Smith
3
Darren Dan Lory
4
Kepergian Amanda
5
Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6
Kedatangan Darren
7
Amarah Darren
8
Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9
Flashback
10
Kesedihan Keluarga Smith
11
Mulai Menyadari
12
Sebuah Kebenaran
13
Mencurigai
14
Kilasan Kejadian
15
Kilasan Kejadian 2
16
Penyesalan
17
Kemarahan Darren
18
Kebencian Darren
19
Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20
Senyuman Licik Darren
21
Bertemu Mantan Ayah
22
Menunggu Waktu Penyerangan
23
Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24
Merencanakan Penyerangan
25
Diego Divo Virera GAME OVER
26
Kebersamaan Darren Dan Ataya
27
Rencana Licik Darren
28
Keromantisan Darren Dan Ataya
29
Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30
Kemarahan Tuan Jecolyn
31
Keterkejutan Darren
32
Keinginan Darren
33
Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34
Tewasnya Aron
35
Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36
Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37
Ketakutan Keluarga Austin
38
Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39
Niat Buruk Veronika
40
Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41
Rencana Yang Dijalankan
42
Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43
Berkorban
44
Perasaan Lega
45
Penyerangan Kediaman Parvez
46
Kesedihan Yang Mendalam
47
Selamat Jalan Ataya
48
Emosi Darren Yang Meluap
49
Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50
Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51
Berjuang Untuk Meminta Maaf
52
Kedatangan Keluarga Austin
53
Rasa Sakit Darren
54
Memulai Permainan
55
Permainan Pertama Dimulai
56
Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57
Makan Malam Bersama
58
Menyusun Rencana
59
Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60
Meninggalnya Victoria
61
Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62
Perkataan Mengandung Arti
63
Merencanakan Penyerangan
64
Tatapan Kerinduan
65
Memulai Penyerangan
66
Penyerangan Markas Al Capone
67
Penyerangan Keluarga Roberto
68
Satu Fakta Terungkap
69
Terbongkar
70
Mengakhiri Sandiwara
71
Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72
Tak Sengaja Mendengar
73
Menyelesaikan Balas Dendam
74
Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75
Permintaan Maaf Kiran
76
Permintaan Maaf Kiran 2
77
Merencanakan Pembalasan
78
Menceritakan Kondisi Darren
79
Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80
Janji Velly Dan Nasya
81
Gangguan Dari Kelompok Almoz
82
Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83
Pembicaraan Ayah Dan Anak
84
Memulai Penyerangan
85
Penyerangan Beruntun
86
Menyiapkan Sebuah Berkas
87
Kedatangan Marissa Dan Arnold
88
Kekalahan Mutlak
89
Kemenangan Darren
90
Jatuh Pingsan
91
Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92
Perang Mulut
93
Kekesalan Darren Dan Arinda
94
Presdir Baru Perusahaan AYJ
95
Kehangatan Keluarga Smith
96
Kembali Menjalin Kerja Sama
97
Menyelesaikan Balas Dendam 2
98
Keluarnya Andara Dari Penjara
99
Kembali Menghadapi Lawan
100
Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101
Tewasnya Andara
102
Kemenangan
103
Kasih Sayang Dan Kepedulian
104
Terlambat Bangun
105
Kebersamaan
106
Siapa Dia?
107
Ibu Itu Mirip Mama
108
Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109
Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110
Kedatangan Clarissa
111
Tiga Tamu Tak Diundang
112
Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113
Isak Tangis Darren
114
Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115
Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116
Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117
Menceritakan Kejadian Di Kampus
118
Rasa Bersalah Arinda
119
Kejahilan Darren
120
Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121
Permintaan Maaf Arinda
122
Terungkap Status Arinda
123
Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124
Keusilan Darren
125
Keterkejutan Keluarga Parvez
126
Kejahilan Para Kakak Sepupu
127
Kesalahpahaman
128
Darren Dan Afnan
129
Kerinduan Keluarga Parvez
130
Gadis Tak Tahu Malu
131
Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132
Kesedihan Clarissa
133
Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134
Kabar Mengejutkan
135
Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136
Dalang
137
Merencanakan Pembalasan
138
Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139
Kekhawatiran Darren
140
Kabar Dari Maminya Ataya
141
Berbagi Cerita
142
Mendapatkan Petunjuk
143
Air Mata Arinda
144
Berhasil Menyelamatkan Arinda
145
Mencari Pengganti Ataya
146
Bonus
147
Masih Menutup Diri
148
Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149
Penolakan Darren Akan Prisa
150
Kemarahan Rivo
151
Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152
Amarah Dan Dendam Faza
153
Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154
Keberhasilan Para Tangan Kanan
155
Membahas Rencana Balas Dendam
156
Telepon Dari Faza
157
Tangisan Kebahagiaan Harley
158
Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159
Telepon Dari Arinda
160
Bab 160
161
Pembalasan Faza
162
Kehancuran Keluarga Bader
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bertanya Tentang Prisa
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bukti Pengkhianatan
171
Bab 171
172
Telepon Dari Rektor
173
Bab 173
174
Keterkejutan Ardiansyah
175
Menyelesaikan Hukuman
176
Keributan
177
Keterkejutan Andro Dan Amel
178
Kekecewaan Tamara
179
Telepon Dari Maxi
180
Ucapan Dan Sumpah Arinda
181
Bab 181
182
Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183
Bab 183
184
Kemarahan Nando Terhadap Salma
185
Kiriman Video Dari Maxi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!