Di kediaman keluarga Smith telah berkumpul anggota keluarga minus Afnan, Naura, Lory dan Darren.
Saskia selaku kakak tertua dari Darren sudah menceritakan kepada anggota keluarga Smith mengenai meninggalnya Amanda Fernandez.
Amanda Fernandez adalah adik perempuan dari Felix Austin dan Rafael Austin.
"Sejujurnya Om tidak rela dan juga tidak setuju kalau Darren harus pergi kesana. Selama satu tahun ini kita sudah menjauhkan Darren dari mereka dengan membuat berita mengenai kematian Darren akibat kecelakaan. Jika Darren pergi kesana. Darren pasti bertemu kembali dengan keluarga menjijikkan itu." Erland Smith begitu marah ketika mengingat kejadian dimana keponakannya diusir dan difitnah.
"Om juga sama seperti Om Erland kalian. Tapi disisi lain Om juga tidak tega dengan Darren. Darren sangat menyayangi Amanda. Selama ini Amanda selalu ada untuk Darren." Ronald berucap sembari memikirkan Darren.
"Ya, sudah! Kita izinkan saja Darren kesana. Lagiankan jenazah Amanda akan dibawa pulang oleh Julian ke rumahnya. Bukan ke rumah keluarga Austin." Clara menyela.
"Papa setuju dengan Clara. Kita izinkan saja Darren kesana. Kasihan Darren. Ketika ibunya meninggal, Darren tidak bisa melihatnya untuk terakhir kalinya karena keluarga brengs*k itu tidak mengizinkan Darren untuk melihatnya. Dan sekarang Amanda, tantenya. Kalau kita melarang Darren pergi kesana, berarti kita sama saja seperti keluarga itu. Sama-sama menyakiti Darren. Papa tidak mau kalau Darren kembali drop."
"Baiklah, Pa!" Erland, Ronald dan Clara menjawab bersamaan.
"Baik, Opa!"
"Jadi siapa yang akan pergi bersama Darren. Kita tidak berencana untuk membiarkan Darren pergi sendiri kan?" tanya Steffany.
"Yang jelas Darren memintaku untuk ikut bersamanya, Tante Steffany." Saskia menjawab pertanyaan dari Steffany.
"Lory, bagaimana?" tanya Safina.
"Lory katanya mau ikut juga," jawab Saskia.
"Baiklah. Pastikan keluarga itu tidak menyentuh cucu Opa," tutur Robert.
"Opa tidak perlu khawatir. Selama ada aku dan Lory di samping Darren. Mereka tidak akan bisa menyentuh Darren. Apalagi sampai menghina Darren."
"Oke. Opa percayakan Darren padamu dan Lory," ucap Robert.
Setelah selesai berunding dengan anggota keluarga. Saskia pun pergi meninggalkan kediaman keluarga Smith untuk menuju rumah adik bungsunya.
***
Darren berada di sofa ruang tengah. Dirinya saat ini sedang memegang sebuah bingkai foto. Di bingkai foto itu terlihat dua orang wanita cantik sedang tersenyum. Tangannya mengusap lembut dua foto itu. Seketika air matanya jatuh membasahi wajah tampannya.
"Hiks... Mama, Tante... Hiks. Kenapa pergi? Kenapa tinggalin aku? Mama, Tante." Darren menangis ketika menatap wajah kedua wanita yang begitu sangat disayangi.
Foto yang ditatap oleh Darren adalah foto ibunya dan foto tantenya. Dua wanita yang selalu ada untuknya selama ini.
Lory yang sudah dalam keadaan rapi dan sedang menuruni anak tangga terkejut melihat Darren yang menangis sembari memegang bingkai foto.
Darren melangkahkan kakinya menuju sofa ruang tengah dimana adik sepupunya berada.
Setelah berada di sana, Lory langsung duduk di samping adiknya itu. Kemudian matanya menatap ke bingkai foto yang di pegang oleh Darren. Seketika terukir senyuman manis di bibirnya Lory.
"Tante Clarissa. Apa kabar? Lory rindu Tante." Lory juga ikut mengusap bingkai foto itu.
"Hai, tante Amanda! Kenalkan aku Lory. Semoga tante bahagia di atas sana. Aku titip tante Clarissa ya, tante!"
Setelah menyapa dua wanita cantik di bingkai foto itu, Lory menatap wajah tampan adiknya. Lory kemudian menarik tubuh adiknya ke dalam dekapannya.
"Kakak mengerti perasaanmu. Merelakan seseorang yang sangat berarti dalam hidup adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Ada perasaan sedih yang teramat dalam dan disertai rasa kesepian. Semua perasaan yang rumit itu seakan mengisyaratkan bahwa kita sedang merasa kehilangan."
"Memang terasa sangat menyakitkan kehilangan seseorang yang kita sayangi. Namun hal tersebut bukanlah akhir dari semuanya. Meskipun tanpa adanya tante Yuri dan tante Amanda kamu harus bisa hidup bahagia."
Lory melepaskan pelukannya dan menatap wajah Darren. Kemudian tangannya menghapus air mata adiknya itu.
"Sudah ya! Jangan nangis lagi. Kalau kamu nangis terus. Lama-kelamaan ketampanan kamu hilang nanti. Kalau sampai itu terjadi. Kakak gak mau punya adek jelek." Lory berbicara seperti itu agar adiknya tidak menangis lagi.
"Berarti Kakak Lory sayang sama aku karena aku tampan. Tapi jika aku jelek. Kakak Lory gak sayang lagi sama aku. Begitu?" ucap dan tanya Darren.
Mendengar perkataan dari Darren. Lory langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Ih, Kakak! Tega banget sama adek sendiri." Darren mempoutkan bibirnya.
Sementara Lory tersenyum melihat wajah manyun dan mendengar ucapan dari Darren.
Tanpa disadari oleh Darren dan Lory. Saskia yang sudah sepuluh menit sampai di rumah Darren tersenyum bahagia melihat interaksi Lory dan Darren. Saskia sangat bahagia melihat perhatian dan kepedulian Lory terhadap adiknya. Saskia benar-benar bersyukur memiliki saudara-saudara yang begitu perhatian dan peduli padanya dan keempat adiknya.
"Mama. Saskia rindu Mama. Saskia janji. Selama Saskia masih bernafas. Saskia akan menjadi Kakak yang baik untuk adik-adik Saskia. Mama tenang aja di atas sana. Titip salam untuk Papa." Saskia berucap pelan.
"Eehem." Saskia berdeham sembari melangkahkan kakinya menghampiri Darren dan Lory.
Darren dan Lory terkejut dan dengan kompak melihat kearah Saskia
"Kakak."
"Kak Saskia."
Saskia tersenyum ketika melihat kedua adiknya terkejut.
"Lama nunggu ya?" tanya Saskia.
"Lamaaa banget. Aku dan Kak Lory nunggunya ampe berjamur tahu, kak!" Darren menjawab.
"Lebay kamu." Saskia mengacak-acak rambut adiknya itu gemas.
"Ya, sudah! Mau pergi sekarang atau perginya tahun depan saja?" tanya Saskia sambil tersenyum.
"Sekaranglah, Kak! Masa iya perginya tahun depan," protes Darren. Lory dan Saskia tersenyum.
"Kalau begitu, buruan!"
Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan rumah Darren untuk menuju rumah Julian Fernandez.
***
Di kediaman Julian Fernandez terlihat ramai. Terlihat banyak para pelayat yang datang untuk memberikan doa dan semangat kepada anggota keluarga yang ditinggalkan.
Tidak ada segala sesuatu yang abadi di dunia ini, tak terkecuali manusia. Kematian pasti akan menimpa siapa saja, tak kenal tempat dan waktu. Oleh karena itu, sebagai manusia, kita hanya bisa mempersiapkan segala sesuatu yang kemungkinan bisa terjadi.
Kematian selalu menyisakan duka yang mendalam bagi setiap orang. Terlebih saat keluarga atau orang-orang terdekat telah menemui ajalnya, tentu hal ini menjadi peristiwa yang memilukan. Sebagai manusia yang masih diberi kesempatan untuk hidup, sudah seharusnya selalu mendoakan orang yang sudah meninggal agar diberi tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Julian dan ketiga anak-anak tak kuasa menahan kesedihannya. Mereka benar-benar terpukul atas kepergian orang yang begitu mereka sayangi. Begitu juga dengan ibu, adik dan keponakan dari Julian. Mereka juga tampak kehilangan sosok Amanda.
Di mata mereka, Amanda adalah sosok menantu, adik ipar, kakak ipar, dan tante yang baik dan perhatian.
Saat ini anggota keluarga Fernandez sedang memberikan semangat dan dukungan kepada Julian dan ketiga anak-anaknya. Sementara untuk keluarga Austin kini tengah menangis menatap wajah damai Amanda.
"Amanda. Kenapa kau juga pergi meninggalkan Kakak? Clarissa sudah pergi. Sekarang kamu juga pergi. Apa kamu marah sama Kakak karena Kakak telah jahat kepada keponakanmu?" Felix menangis menatap wajah adik perempuannya.
"Amanda, sayang! Ini Mama, Nak! Kenapa kamu pergi meninggalkan Mama." Victoria Austin menangis menatap wajah pucat dan damai putri bungsunya.
"Tante Amanda... Hiks," isak tangis Raka dan adik-adiknya.
"Tante Amanda," lirih Dara, Jerry dan Michel.
"Amanda... Hiks," isak Rafael. Rafael tak kalah terisak ketika menatap wajah adik perempuannya.
Disaat semuanya tengah menangis akan kepergian orang yang begitu disayangi, tiba-tiba salah satu anggota keluarga Fernandez yaitu Jessika Fernandez yang tak lain adalah adik perempuan Julian melihat sosok pemuda yang sangat dikenal tengah berdiri tak jauh dari hadapan anggota keluarga Fernandez. Pemuda itu menatap kearah dimana jenazah Amanda berada dengan deraian air mata.
"Da-darren!" teriak Jessika dengan suara lantang.
Mendengar teriak Jessika, semua orang melihat kearah Jessika. Mereka berpikir jika Jessika tengah merindukan Darren.
Julian menghampiri Jessika adiknya. Julian berusaha untuk menenangkan adiknya itu.
"Jessika, Kakak tahu kamu sangat merindukan Darren. Kakak tahu kamu juga sangat dekat dengan Darren. Tapi Darren sudah tidak ada. Darren sudah pergi meninggalkan kita."
Jessika mengalihkan perhatiannya dan melihat wajah Julian sang Kakak. Kemudian tangannya menunjuk kearah pemuda itu.
"Kakak, lihatlah kesana." Jessika mengarahkan wajah kakaknya untuk melihat kearah pemuda yang dilihatnya.
Baik Julian, anggota keluarga Fernandez maupun anggota keluarga Austin melihat kearah tunjuk Jessika.
DEG!
Mereka semua terkejut ketika melihat Darren yang tengah berdiri tak jauh dari mereka berdiri saat ini.
"Da-darren," lirih Julian, Andra, Adnan dan Merryn. Mereka menangis ketika melihat sosok yang begitu mereka sayangi.
"Da-darren," ucap Felix, Rafael dan anggota keluarga Austin.
Julian berlahan melangkahkan kakinya untuk mendekati keponakannya itu. Dirinya benar-benar bahagia bisa bertemu kembali dengan keponakan manisnya. Dan pada akhirnya, keinginan istrinya terwujud.
"Darren. Apa benar kau Darren, sayang?" Julian berbicara dengan lirih.
"Iya, Om! Ini aku, Darren!" Darren menangis karena bisa bertemu lagi dengan Pamannya.
GREP!
Julian langsung memeluk tubuh Darren. Dan seketika tangis Julian pecah. Saskia dan Lory juga ikut menangis ketika melihat suami dari tante Amanda begitu sangat menyayangi Darren.
"Hiks... Darren. Om sangat merindukanmu."
Setelah puas memeluk Darren. Julian melepaskan pelukannya dan kemudian memberikan kecupan sayang di kening Darren.
Julian membawa masuk Darren begitu juga dengan Saskia dan Lory. Julian tahu jika Darren sangat ingin melihat wajah istrinya untuk terakhir kalinya.
Kini Darren sudah berada didekat Amanda, tante kesayangannya. Tangannya bergerak untuk membuka penutup wajah tantenya.
Ketika penutup wajah tantenya terbuka dan memperlihatkan wajah cantik dan wajah damai tantenya, seketika air mata Darren jatuh membasahi wajah tampannya.
"Hiks... Tante...Hiks," isak tangis Darren pecah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments