Kedatangan Darren

Di kediaman keluarga Smith telah berkumpul anggota keluarga minus Afnan, Naura, Lory dan Darren.

Saskia selaku kakak tertua dari Darren sudah menceritakan kepada anggota keluarga Smith mengenai meninggalnya Amanda Fernandez.

Amanda Fernandez adalah adik perempuan dari Felix Austin dan Rafael Austin.

"Sejujurnya Om tidak rela dan juga tidak setuju kalau Darren harus pergi kesana. Selama satu tahun ini kita sudah menjauhkan Darren dari mereka dengan membuat berita mengenai kematian Darren akibat kecelakaan. Jika Darren pergi kesana. Darren pasti bertemu kembali dengan keluarga menjijikkan itu." Erland Smith begitu marah ketika mengingat kejadian dimana keponakannya diusir dan difitnah.

"Om juga sama seperti Om Erland kalian. Tapi disisi lain Om juga tidak tega dengan Darren. Darren sangat menyayangi Amanda. Selama ini Amanda selalu ada untuk Darren." Ronald berucap sembari memikirkan Darren.

"Ya, sudah! Kita izinkan saja Darren kesana. Lagiankan jenazah Amanda akan dibawa pulang oleh Julian ke rumahnya. Bukan ke rumah keluarga Austin." Clara menyela.

"Papa setuju dengan Clara. Kita izinkan saja Darren kesana. Kasihan Darren. Ketika ibunya meninggal, Darren tidak bisa melihatnya untuk terakhir kalinya karena keluarga brengs*k itu tidak mengizinkan Darren untuk melihatnya. Dan sekarang Amanda, tantenya. Kalau kita melarang Darren pergi kesana, berarti kita sama saja seperti keluarga itu. Sama-sama menyakiti Darren. Papa tidak mau kalau Darren kembali drop."

"Baiklah, Pa!" Erland, Ronald dan Clara menjawab bersamaan.

"Baik, Opa!"

"Jadi siapa yang akan pergi bersama Darren. Kita tidak berencana untuk membiarkan Darren pergi sendiri kan?" tanya Steffany.

"Yang jelas Darren memintaku untuk ikut bersamanya, Tante Steffany." Saskia menjawab pertanyaan dari Steffany.

"Lory, bagaimana?" tanya Safina.

"Lory katanya mau ikut juga," jawab Saskia.

"Baiklah. Pastikan keluarga itu tidak menyentuh cucu Opa," tutur Robert.

"Opa tidak perlu khawatir. Selama ada aku dan Lory di samping Darren. Mereka tidak akan bisa menyentuh Darren. Apalagi sampai menghina Darren."

"Oke. Opa percayakan Darren padamu dan Lory," ucap Robert.

Setelah selesai berunding dengan anggota keluarga. Saskia pun pergi meninggalkan kediaman keluarga Smith untuk menuju rumah adik bungsunya.

***

Darren berada di sofa ruang tengah. Dirinya saat ini sedang memegang sebuah bingkai foto. Di bingkai foto itu terlihat dua orang wanita cantik sedang tersenyum. Tangannya mengusap lembut dua foto itu. Seketika air matanya jatuh membasahi wajah tampannya.

"Hiks... Mama, Tante... Hiks. Kenapa pergi? Kenapa tinggalin aku? Mama, Tante." Darren menangis ketika menatap wajah kedua wanita yang begitu sangat disayangi.

Foto yang ditatap oleh Darren adalah foto ibunya dan foto tantenya. Dua wanita yang selalu ada untuknya selama ini.

Lory yang sudah dalam keadaan rapi dan sedang menuruni anak tangga terkejut melihat Darren yang menangis sembari memegang bingkai foto.

Darren melangkahkan kakinya menuju sofa ruang tengah dimana adik sepupunya berada.

Setelah berada di sana, Lory langsung duduk di samping adiknya itu. Kemudian matanya menatap ke bingkai foto yang di pegang oleh Darren. Seketika terukir senyuman manis di bibirnya Lory.

"Tante Clarissa. Apa kabar? Lory rindu Tante." Lory juga ikut mengusap bingkai foto itu.

"Hai, tante Amanda! Kenalkan aku Lory. Semoga tante bahagia di atas sana. Aku titip tante Clarissa ya, tante!"

Setelah menyapa dua wanita cantik di bingkai foto itu, Lory menatap wajah tampan adiknya. Lory kemudian menarik tubuh adiknya ke dalam dekapannya.

"Kakak mengerti perasaanmu. Merelakan seseorang yang sangat berarti dalam hidup adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Ada perasaan sedih yang teramat dalam dan disertai rasa kesepian. Semua perasaan yang rumit itu seakan mengisyaratkan bahwa kita sedang merasa kehilangan."

"Memang terasa sangat menyakitkan kehilangan seseorang yang kita sayangi. Namun hal tersebut bukanlah akhir dari semuanya. Meskipun tanpa adanya tante Yuri dan tante Amanda kamu harus bisa hidup bahagia."

Lory melepaskan pelukannya dan menatap wajah Darren. Kemudian tangannya menghapus air mata adiknya itu.

"Sudah ya! Jangan nangis lagi. Kalau kamu nangis terus. Lama-kelamaan ketampanan kamu hilang nanti. Kalau sampai itu terjadi. Kakak gak mau punya adek jelek." Lory berbicara seperti itu agar adiknya tidak menangis lagi.

"Berarti Kakak Lory sayang sama aku karena aku tampan. Tapi jika aku jelek. Kakak Lory gak sayang lagi sama aku. Begitu?" ucap dan tanya Darren.

Mendengar perkataan dari Darren. Lory langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Ih, Kakak! Tega banget sama adek sendiri." Darren mempoutkan bibirnya.

Sementara Lory tersenyum melihat wajah manyun dan mendengar ucapan dari Darren.

Tanpa disadari oleh Darren dan Lory. Saskia yang sudah sepuluh menit sampai di rumah Darren tersenyum bahagia melihat interaksi Lory dan Darren. Saskia sangat bahagia melihat perhatian dan kepedulian Lory terhadap adiknya. Saskia benar-benar bersyukur memiliki saudara-saudara yang begitu perhatian dan peduli padanya dan keempat adiknya.

"Mama. Saskia rindu Mama. Saskia janji. Selama Saskia masih bernafas. Saskia akan menjadi Kakak yang baik untuk adik-adik Saskia. Mama tenang aja di atas sana. Titip salam untuk Papa." Saskia berucap pelan.

"Eehem." Saskia berdeham sembari melangkahkan kakinya menghampiri Darren dan Lory.

Darren dan Lory terkejut dan dengan kompak melihat kearah Saskia

"Kakak."

"Kak Saskia."

Saskia tersenyum ketika melihat kedua adiknya terkejut.

"Lama nunggu ya?" tanya Saskia.

"Lamaaa banget. Aku dan Kak Lory nunggunya ampe berjamur tahu, kak!" Darren menjawab.

"Lebay kamu." Saskia mengacak-acak rambut adiknya itu gemas.

"Ya, sudah! Mau pergi sekarang atau perginya tahun depan saja?" tanya Saskia sambil tersenyum.

"Sekaranglah, Kak! Masa iya perginya tahun depan," protes Darren. Lory dan Saskia tersenyum.

"Kalau begitu, buruan!"

Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan rumah Darren untuk menuju rumah Julian Fernandez.

***

Di kediaman Julian Fernandez terlihat ramai. Terlihat banyak para pelayat yang datang untuk memberikan doa dan semangat kepada anggota keluarga yang ditinggalkan.

Tidak ada segala sesuatu yang abadi di dunia ini, tak terkecuali manusia. Kematian pasti akan menimpa siapa saja, tak kenal tempat dan waktu. Oleh karena itu, sebagai manusia, kita hanya bisa mempersiapkan segala sesuatu yang kemungkinan bisa terjadi.

Kematian selalu menyisakan duka yang mendalam bagi setiap orang. Terlebih saat keluarga atau orang-orang terdekat telah menemui ajalnya, tentu hal ini menjadi peristiwa yang memilukan. Sebagai manusia yang masih diberi kesempatan untuk hidup, sudah seharusnya selalu mendoakan orang yang sudah meninggal agar diberi tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Julian dan ketiga anak-anak tak kuasa menahan kesedihannya. Mereka benar-benar terpukul atas kepergian orang yang begitu mereka sayangi. Begitu juga dengan ibu, adik dan keponakan dari Julian. Mereka juga tampak kehilangan sosok Amanda.

Di mata mereka, Amanda adalah sosok menantu, adik ipar, kakak ipar, dan tante yang baik dan perhatian.

Saat ini anggota keluarga Fernandez sedang memberikan semangat dan dukungan kepada Julian dan ketiga anak-anaknya. Sementara untuk keluarga Austin kini tengah menangis menatap wajah damai Amanda.

"Amanda. Kenapa kau juga pergi meninggalkan Kakak? Clarissa sudah pergi. Sekarang kamu juga pergi. Apa kamu marah sama Kakak karena Kakak telah jahat kepada keponakanmu?" Felix menangis menatap wajah adik perempuannya.

"Amanda, sayang! Ini Mama, Nak! Kenapa kamu pergi meninggalkan Mama." Victoria Austin menangis menatap wajah pucat dan damai putri bungsunya.

"Tante Amanda... Hiks," isak tangis Raka dan adik-adiknya.

"Tante Amanda," lirih Dara, Jerry dan Michel.

"Amanda... Hiks," isak Rafael. Rafael tak kalah terisak ketika menatap wajah adik perempuannya.

Disaat semuanya tengah menangis akan kepergian orang yang begitu disayangi, tiba-tiba salah satu anggota keluarga Fernandez yaitu Jessika Fernandez yang tak lain adalah adik perempuan Julian melihat sosok pemuda yang sangat dikenal tengah berdiri tak jauh dari hadapan anggota keluarga Fernandez. Pemuda itu menatap kearah dimana jenazah Amanda berada dengan deraian air mata.

"Da-darren!" teriak Jessika dengan suara lantang.

Mendengar teriak Jessika, semua orang melihat kearah Jessika. Mereka berpikir jika Jessika tengah merindukan Darren.

Julian menghampiri Jessika adiknya. Julian berusaha untuk menenangkan adiknya itu.

"Jessika, Kakak tahu kamu sangat merindukan Darren. Kakak tahu kamu juga sangat dekat dengan Darren. Tapi Darren sudah tidak ada. Darren sudah pergi meninggalkan kita."

Jessika mengalihkan perhatiannya dan melihat wajah Julian sang Kakak. Kemudian tangannya menunjuk kearah pemuda itu.

"Kakak, lihatlah kesana." Jessika mengarahkan wajah kakaknya untuk melihat kearah pemuda yang dilihatnya.

Baik Julian, anggota keluarga Fernandez maupun anggota keluarga Austin melihat kearah tunjuk Jessika.

DEG!

Mereka semua terkejut ketika melihat Darren yang tengah berdiri tak jauh dari mereka berdiri saat ini.

"Da-darren," lirih Julian, Andra, Adnan dan Merryn. Mereka menangis ketika melihat sosok yang begitu mereka sayangi.

"Da-darren," ucap Felix, Rafael dan anggota keluarga Austin.

Julian berlahan melangkahkan kakinya untuk mendekati keponakannya itu. Dirinya benar-benar bahagia bisa bertemu kembali dengan keponakan manisnya. Dan pada akhirnya, keinginan istrinya terwujud.

"Darren. Apa benar kau Darren, sayang?" Julian berbicara dengan lirih.

"Iya, Om! Ini aku, Darren!" Darren menangis karena bisa bertemu lagi dengan Pamannya.

GREP!

Julian langsung memeluk tubuh Darren. Dan seketika tangis Julian pecah. Saskia dan Lory juga ikut menangis ketika melihat suami dari tante Amanda begitu sangat menyayangi Darren.

"Hiks... Darren. Om sangat merindukanmu."

Setelah puas memeluk Darren. Julian melepaskan pelukannya dan kemudian memberikan kecupan sayang di kening Darren.

Julian membawa masuk Darren begitu juga dengan Saskia dan Lory. Julian tahu jika Darren sangat ingin melihat wajah istrinya untuk terakhir kalinya.

Kini Darren sudah berada didekat Amanda, tante kesayangannya. Tangannya bergerak untuk membuka penutup wajah tantenya.

Ketika penutup wajah tantenya terbuka dan memperlihatkan wajah cantik dan wajah damai tantenya, seketika air mata Darren jatuh membasahi wajah tampannya.

"Hiks... Tante...Hiks," isak tangis Darren pecah.

Episodes
1 Kerinduan Darren
2 Kebahagiaan Keluarga Smith
3 Darren Dan Lory
4 Kepergian Amanda
5 Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6 Kedatangan Darren
7 Amarah Darren
8 Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9 Flashback
10 Kesedihan Keluarga Smith
11 Mulai Menyadari
12 Sebuah Kebenaran
13 Mencurigai
14 Kilasan Kejadian
15 Kilasan Kejadian 2
16 Penyesalan
17 Kemarahan Darren
18 Kebencian Darren
19 Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20 Senyuman Licik Darren
21 Bertemu Mantan Ayah
22 Menunggu Waktu Penyerangan
23 Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24 Merencanakan Penyerangan
25 Diego Divo Virera GAME OVER
26 Kebersamaan Darren Dan Ataya
27 Rencana Licik Darren
28 Keromantisan Darren Dan Ataya
29 Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30 Kemarahan Tuan Jecolyn
31 Keterkejutan Darren
32 Keinginan Darren
33 Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34 Tewasnya Aron
35 Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36 Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37 Ketakutan Keluarga Austin
38 Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39 Niat Buruk Veronika
40 Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41 Rencana Yang Dijalankan
42 Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43 Berkorban
44 Perasaan Lega
45 Penyerangan Kediaman Parvez
46 Kesedihan Yang Mendalam
47 Selamat Jalan Ataya
48 Emosi Darren Yang Meluap
49 Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50 Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51 Berjuang Untuk Meminta Maaf
52 Kedatangan Keluarga Austin
53 Rasa Sakit Darren
54 Memulai Permainan
55 Permainan Pertama Dimulai
56 Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57 Makan Malam Bersama
58 Menyusun Rencana
59 Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60 Meninggalnya Victoria
61 Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62 Perkataan Mengandung Arti
63 Merencanakan Penyerangan
64 Tatapan Kerinduan
65 Memulai Penyerangan
66 Penyerangan Markas Al Capone
67 Penyerangan Keluarga Roberto
68 Satu Fakta Terungkap
69 Terbongkar
70 Mengakhiri Sandiwara
71 Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72 Tak Sengaja Mendengar
73 Menyelesaikan Balas Dendam
74 Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75 Permintaan Maaf Kiran
76 Permintaan Maaf Kiran 2
77 Merencanakan Pembalasan
78 Menceritakan Kondisi Darren
79 Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80 Janji Velly Dan Nasya
81 Gangguan Dari Kelompok Almoz
82 Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83 Pembicaraan Ayah Dan Anak
84 Memulai Penyerangan
85 Penyerangan Beruntun
86 Menyiapkan Sebuah Berkas
87 Kedatangan Marissa Dan Arnold
88 Kekalahan Mutlak
89 Kemenangan Darren
90 Jatuh Pingsan
91 Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92 Perang Mulut
93 Kekesalan Darren Dan Arinda
94 Presdir Baru Perusahaan AYJ
95 Kehangatan Keluarga Smith
96 Kembali Menjalin Kerja Sama
97 Menyelesaikan Balas Dendam 2
98 Keluarnya Andara Dari Penjara
99 Kembali Menghadapi Lawan
100 Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101 Tewasnya Andara
102 Kemenangan
103 Kasih Sayang Dan Kepedulian
104 Terlambat Bangun
105 Kebersamaan
106 Siapa Dia?
107 Ibu Itu Mirip Mama
108 Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109 Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110 Kedatangan Clarissa
111 Tiga Tamu Tak Diundang
112 Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113 Isak Tangis Darren
114 Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115 Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116 Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117 Menceritakan Kejadian Di Kampus
118 Rasa Bersalah Arinda
119 Kejahilan Darren
120 Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121 Permintaan Maaf Arinda
122 Terungkap Status Arinda
123 Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124 Keusilan Darren
125 Keterkejutan Keluarga Parvez
126 Kejahilan Para Kakak Sepupu
127 Kesalahpahaman
128 Darren Dan Afnan
129 Kerinduan Keluarga Parvez
130 Gadis Tak Tahu Malu
131 Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132 Kesedihan Clarissa
133 Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134 Kabar Mengejutkan
135 Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136 Dalang
137 Merencanakan Pembalasan
138 Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139 Kekhawatiran Darren
140 Kabar Dari Maminya Ataya
141 Berbagi Cerita
142 Mendapatkan Petunjuk
143 Air Mata Arinda
144 Berhasil Menyelamatkan Arinda
145 Mencari Pengganti Ataya
146 Bonus
147 Masih Menutup Diri
148 Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149 Penolakan Darren Akan Prisa
150 Kemarahan Rivo
151 Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152 Amarah Dan Dendam Faza
153 Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154 Keberhasilan Para Tangan Kanan
155 Membahas Rencana Balas Dendam
156 Telepon Dari Faza
157 Tangisan Kebahagiaan Harley
158 Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159 Telepon Dari Arinda
160 Bab 160
161 Pembalasan Faza
162 Kehancuran Keluarga Bader
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bertanya Tentang Prisa
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bukti Pengkhianatan
171 Bab 171
172 Telepon Dari Rektor
173 Bab 173
174 Keterkejutan Ardiansyah
175 Menyelesaikan Hukuman
176 Keributan
177 Keterkejutan Andro Dan Amel
178 Kekecewaan Tamara
179 Telepon Dari Maxi
180 Ucapan Dan Sumpah Arinda
181 Bab 181
182 Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183 Bab 183
184 Kemarahan Nando Terhadap Salma
185 Kiriman Video Dari Maxi
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Kerinduan Darren
2
Kebahagiaan Keluarga Smith
3
Darren Dan Lory
4
Kepergian Amanda
5
Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6
Kedatangan Darren
7
Amarah Darren
8
Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9
Flashback
10
Kesedihan Keluarga Smith
11
Mulai Menyadari
12
Sebuah Kebenaran
13
Mencurigai
14
Kilasan Kejadian
15
Kilasan Kejadian 2
16
Penyesalan
17
Kemarahan Darren
18
Kebencian Darren
19
Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20
Senyuman Licik Darren
21
Bertemu Mantan Ayah
22
Menunggu Waktu Penyerangan
23
Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24
Merencanakan Penyerangan
25
Diego Divo Virera GAME OVER
26
Kebersamaan Darren Dan Ataya
27
Rencana Licik Darren
28
Keromantisan Darren Dan Ataya
29
Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30
Kemarahan Tuan Jecolyn
31
Keterkejutan Darren
32
Keinginan Darren
33
Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34
Tewasnya Aron
35
Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36
Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37
Ketakutan Keluarga Austin
38
Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39
Niat Buruk Veronika
40
Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41
Rencana Yang Dijalankan
42
Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43
Berkorban
44
Perasaan Lega
45
Penyerangan Kediaman Parvez
46
Kesedihan Yang Mendalam
47
Selamat Jalan Ataya
48
Emosi Darren Yang Meluap
49
Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50
Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51
Berjuang Untuk Meminta Maaf
52
Kedatangan Keluarga Austin
53
Rasa Sakit Darren
54
Memulai Permainan
55
Permainan Pertama Dimulai
56
Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57
Makan Malam Bersama
58
Menyusun Rencana
59
Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60
Meninggalnya Victoria
61
Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62
Perkataan Mengandung Arti
63
Merencanakan Penyerangan
64
Tatapan Kerinduan
65
Memulai Penyerangan
66
Penyerangan Markas Al Capone
67
Penyerangan Keluarga Roberto
68
Satu Fakta Terungkap
69
Terbongkar
70
Mengakhiri Sandiwara
71
Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72
Tak Sengaja Mendengar
73
Menyelesaikan Balas Dendam
74
Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75
Permintaan Maaf Kiran
76
Permintaan Maaf Kiran 2
77
Merencanakan Pembalasan
78
Menceritakan Kondisi Darren
79
Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80
Janji Velly Dan Nasya
81
Gangguan Dari Kelompok Almoz
82
Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83
Pembicaraan Ayah Dan Anak
84
Memulai Penyerangan
85
Penyerangan Beruntun
86
Menyiapkan Sebuah Berkas
87
Kedatangan Marissa Dan Arnold
88
Kekalahan Mutlak
89
Kemenangan Darren
90
Jatuh Pingsan
91
Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92
Perang Mulut
93
Kekesalan Darren Dan Arinda
94
Presdir Baru Perusahaan AYJ
95
Kehangatan Keluarga Smith
96
Kembali Menjalin Kerja Sama
97
Menyelesaikan Balas Dendam 2
98
Keluarnya Andara Dari Penjara
99
Kembali Menghadapi Lawan
100
Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101
Tewasnya Andara
102
Kemenangan
103
Kasih Sayang Dan Kepedulian
104
Terlambat Bangun
105
Kebersamaan
106
Siapa Dia?
107
Ibu Itu Mirip Mama
108
Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109
Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110
Kedatangan Clarissa
111
Tiga Tamu Tak Diundang
112
Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113
Isak Tangis Darren
114
Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115
Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116
Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117
Menceritakan Kejadian Di Kampus
118
Rasa Bersalah Arinda
119
Kejahilan Darren
120
Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121
Permintaan Maaf Arinda
122
Terungkap Status Arinda
123
Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124
Keusilan Darren
125
Keterkejutan Keluarga Parvez
126
Kejahilan Para Kakak Sepupu
127
Kesalahpahaman
128
Darren Dan Afnan
129
Kerinduan Keluarga Parvez
130
Gadis Tak Tahu Malu
131
Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132
Kesedihan Clarissa
133
Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134
Kabar Mengejutkan
135
Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136
Dalang
137
Merencanakan Pembalasan
138
Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139
Kekhawatiran Darren
140
Kabar Dari Maminya Ataya
141
Berbagi Cerita
142
Mendapatkan Petunjuk
143
Air Mata Arinda
144
Berhasil Menyelamatkan Arinda
145
Mencari Pengganti Ataya
146
Bonus
147
Masih Menutup Diri
148
Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149
Penolakan Darren Akan Prisa
150
Kemarahan Rivo
151
Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152
Amarah Dan Dendam Faza
153
Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154
Keberhasilan Para Tangan Kanan
155
Membahas Rencana Balas Dendam
156
Telepon Dari Faza
157
Tangisan Kebahagiaan Harley
158
Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159
Telepon Dari Arinda
160
Bab 160
161
Pembalasan Faza
162
Kehancuran Keluarga Bader
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bertanya Tentang Prisa
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bukti Pengkhianatan
171
Bab 171
172
Telepon Dari Rektor
173
Bab 173
174
Keterkejutan Ardiansyah
175
Menyelesaikan Hukuman
176
Keributan
177
Keterkejutan Andro Dan Amel
178
Kekecewaan Tamara
179
Telepon Dari Maxi
180
Ucapan Dan Sumpah Arinda
181
Bab 181
182
Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183
Bab 183
184
Kemarahan Nando Terhadap Salma
185
Kiriman Video Dari Maxi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!