Kilasan Kejadian 2

Jenazah Clarissa sudah berada di rumah. Suara tangisan menggema di ruang tengah. Mereka menangis akan kepergian orang yang mereka sayangi.

"Mama... Hiks," isak Velly dan Nasya.

"Mama. Kenapa Mama pergi? Kenapa tinggalkan kami?" Raka menatap wajah cantik ibunya. Tangannya membelai rambutnya.

"Tante... Hiks," isak Andra, Adnan dan Merryn.

Ketika mereka semua menangis, tiba-tiba terdengar suara teriakan dan tangisan seseorang yang memasuki ruang tengah.

"Mama!" teriak orang itu.

Mereka semua melihat kearah orang yang berteriak, termasuk Raka, Satya, Vito, Velly dan Nasya. Seketika tatapan mata mereka menajam menatap orang itu.

Orang itu berlari menghampiri ibunya yang kini tengah tertidur di hadapan semua orang dengan air mata yang membasahi wajah tampannya.

SREETT!

Tangan orang itu berhasil dicekal oleh Raka dengan kuat. Matanya menatap tajam kearah orang itu.

"Jangan sentuh Mamaku. Kau tidak ada hak menyentuhnya!" bentak Raka dengan menghempas kuat tangan orang itu.

Orang itu adalah Darren putra kandung dari Clarissa. Darren baru kembali menemui seseorang yang telah menghubunginya. Dan bodohnya itu semua hanya jebakan.

"Apa maksud Kakak? Wanita yang sedang tertidur itu adalah Mamaku. Aku punya hak untuk melihatnya dan juga menyentuhnya untuk yang terakhir kalinya." Darren tak kalah menatap tajam Raka.

PLAAKK!

"Raka!" teriak Raka.

"Kak Raka/Raka!" teriak Andra, Adnan dan Merryn.

Raka menampar keras wajah Darren sehingga menimbulkan bekas di wajahnya dan sudut bibirnya yang terluka.

Darren mengusap darah yang ada di sudut bibirnya. Dan jangan lupa matanya yang menatap tajam Raka.

"Kenapa kau menamparku, hah?! Berani sekali kau menamparku. Memang kesalahanku apa padamu?!" bentak Darren.

Baik Raka maupun anggota keluarganya yang lainnya terkejut mendengar perkataan Darren. Apalagi ketika Darren tidak menyebut kata Kakak kepada Raka.

"Cih! Dasar pembunuh!" teriak Satya dengan lantangnya.

Mendengar kata pembunuh dari mulut Satya membuat Darren makin emosi. Saat ini Darren tengah emosi. Pasalnya orang yang telah menghubunginya dan memintanya datang ternyata telah menjebaknya. Orang itu sengaja menyuruhnya untuk datang agar dirinya terlihat buruk dimata anggota keluarganya. Dan bahkan orang itu sudah menyuruh dua orang suruhannya untuk membuat berita palsu mengenai kejadian yang menimpa Clarissa dan Amanda.

"Apa maksudmu, brengsek?!" bentak Darren.

BUGH!

Vito memberikan pukulan tepat di rahang Darren. Darren yang mendapatkan pukulan tersebut tak terima. Darren pun membalasnya.

DUUAAGGHH!

Darren memberikan tendangan tepat mengenai perut Viti sehingga membuat tubuh Vito tersungkur di lantai. Darren menatap nyalang Vito.

"Viti!" teriak Satya lalu membantu Vito.

"Kak Vito!" teriak Velly dan Nasya.

"Menjijikkan!" teriak Darren.

"Lebih baik kau pergi dari rumah ini Darren. Kau sudah tidak diterima di rumah ini. Kau telah membunuh Mama dan kau telah membuat tante Amanda koma!" bentak Velly.

"Brengsek! Perempuan yang terbaring disana adalah ibuku. Perempuan yang telah melahirkanku. Jadi mana mungkin aku tega membunuhnya, hah!" teriak Darren.

Mendengar teriakan dari Darren semua orang menjadi takut, termasuk anggota keluarga Austin. Dapat mereka lihat dari cara Darren yang menatap mereka semua dengan tatapan yang mengerikan.

"Biarkan Darren melihat wajah ibunya. Kalian tidak berhak untuk melarangnya." Julian berbicara sambil menatap wajah Jin dan keempat adiknya.

"Kami tidak ingin pembunuh itu menyentuh Mama, Om!" teriak Velly.

"Kau jangan asal bicara Velly. Tidak mungkin Darren membunuh ibunya sendiri. Kau tahu sendiri bagaimana rasa sayang dan rasa hormat Darren kepada ibunya." Adnan berbicara dengan nada lembut sembari menyakinkan Velly.

"Kau jangan membelanya Adnan. Bukankah ibumu koma gara-gara bajingan ini," ucap Raka sambil tangannya menunjuk kearah Darren.

Julian, Andra, Adnan dan Merryn hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan menjijikkan Raka dan adik-adiknya.

Darren kembali melangkah menuju jenazah ibunya. Namun lagi-lagi tangannya berhasil dicekal oleh Raka.

"Sudah aku katakan padamu. Menjauhlah dari Mamaku. Jangan beraninya kau menyentuh Mamaku dengan tangan kotormu itu!" bentak Raka.

Darren menarik tangannya. Setelah terlepas, Darren kemudian mendorong tubuh Raka sehingga tubuh Raka terhuyung ke belakang.

"Kukatakan juga padamu tuan Raka. Kau tidak berhak melarangku untuk menyentuh ibu kandungku. Disini aku yang lebih berhak atas ibuku. Bukan kalian. Aku putra kandungnya. Sementara kalian.....!"

Darren menghentikan ucapan dan matanya menatap tajam Raka. Tersirat amarah yang begitu besar disana. Dan Raka melihat hal itu.

"Kau dan adik-adikmu itu buk....."

PLAAKK!

"Aaakkkhhh!" Darren memegang wajahnya dan kini tatapan matanya beralih menatap wajah pria yang tak lain adalah ayahnya.

Ya! Felix menghampiri Raka dan Darren dan langsung memberikan tamparan keras di wajah Darren.

"Sudah cukup Darren. Kau sudah sangat keterlaluan!" bentak Darren.

Darren menatap tajam Felix. "Apa kau bilang? Kau bilang kalau aku sudah sangat keterlaluan, hah! Lalu bagaimana dengan para sampah itu!" teriak Darren yang jari telunjuknya menunjuk kearah Raka dan adik-adiknya. "Kau hanya diam saat para sampah itu menyebutku pembunuh. Kau hanya diam ketika para sampah itu menamparku dan juga memukulku. Tapi kenapa saat aku membalas para sampah itu, kau langsung marah padaku. Padahal aku juga putramu!" teriak Darren di depan wajah Felix.

Seketika tubuh Felix tersentak ketika mendengar putra bungsunya tidak memanggilnya dengan panggilan Ayah. Putranya memanggil dengan panggilan 'Kau'. Hatinya benar-benar terluka.

"Papa tidak mau ribut denganmu. Lebih baik kau pergi dari rumah ini. Papa sudah tidak sudi lagi memiliki putra sepertimu." Felix berucap dengan begitu santainya.

"Kak Felix. Apa Kakak sadar dengan ucapan Kakak itu?! Darren itu putramu. Darah dagingmu. Bagaimana bisa Kakak lebih percaya omongan orang lain dan juga video itu dari pada putra kandung Kakak sendiri!" bentak Julian.

"Jangan campuri urusanku Julian!" Felix balik membentak Julian.

"Sekarang pergilah dari rumah ini. Jangan pernah kembali lagi karena kau bukan bagian dari keluarga Austin!" bentak Felix.

"Hahahahaha." seketika Darren tertawa keras. "Singa saja yang kejam masih menjaga dan melindungi anak-anaknya. Sementara kau yang manusia tapi kelakuan seperti binat*ng. Benar-benar menjijikkan!" teriak Darren.

Darren melangkah mundur, lalu matanya menatap tajam satu persatu anggota keluarga Austin, kecuali Julian, Andra, Adnan dan Merryn.

"Baiklah jika itu mau kalian aku akan pergi dari rumah ini. Tapi ingat dua hal. Dan jangan pernah kalian lupakan. Pertama, jika kalian sudah mengetahui kebenarannya bahwa bukan aku yang membunuh Mama. Bukan aku yang membuat Tante Amanda koma. Lalu kalian semua menyesal dan ingin meminta maaf padaku. Aku Darren tidak akan pernah memaafkan kalian. Sekali pun kalian semua menangis darah dan bersimpuh di kakiku. Aku tidak akan pernah memberikan maaf untuk kalian semua. Kedua, aku akan kembali lagi ke rumah ini hanya untuk menghancurkan kalian semua. Apa yang aku rasakan hari ini akan aku pastikan kalian semua juga akan merasakannya. Ingat itu! Tunggu saja pembalasanku!"

Darren menatap satu persatu wajah anggota keluarga Austin dengan tatapan amarah dan tatapan penuh kebencian. Setelah itu, Darren menatap lirih kearah ibunya dengan deraian air mata. Hatinya benar-benar hancur karena tidak bisa menyentuh dan melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kalinya.

"Mama. Aku menyayangimu. Maafkan aku yang tidak bisa ikut mengantarkan Mama ke tempat peristirahatan terakhir Mama. Aku akan selalu mendoakan Mama. Aku akan selalu mengingat dengan semua kata-kata Mama. Aku akan selalu mengingat semua nasehat Mama. Dan aku akan selalu mengingat semua yayang pernah Mama ajarkan kepadaku. Selamat jalan, Ma! Semoga Mama bahagia disana."

Julian, Andra, Adnan dan Merryn menghampiri Darren. Lalu mereka bersamaan memeluk Darren.

"Kamu tinggal bersama Om di rumah Om," ucap Julian.

"Iya, Ren! Kamu tinggal sama kita saja ya." Merryn ikut setuju dengan ucapan ayahnya.

Darren melepaskan pelukan dari orang yang begitu menyayanginya. Darren tersenyum menatap wajah tampan dan juga cantik keempat orang yang ada di hadapannya.

"Terima kasih Om, Kak! Tapi aku tidak bisa. Aku tidak mau kalian mendapatkan masalah karena aku."

Ketika Julian ingin berbicara, Darren sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Aku akan baik-baik saja. Percayalah!"

Setelah mengatakan itu, Darren pun pergi meninggalkan rumah keluarga Austin.

FLASHBACK OFF

Episodes
1 Kerinduan Darren
2 Kebahagiaan Keluarga Smith
3 Darren Dan Lory
4 Kepergian Amanda
5 Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6 Kedatangan Darren
7 Amarah Darren
8 Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9 Flashback
10 Kesedihan Keluarga Smith
11 Mulai Menyadari
12 Sebuah Kebenaran
13 Mencurigai
14 Kilasan Kejadian
15 Kilasan Kejadian 2
16 Penyesalan
17 Kemarahan Darren
18 Kebencian Darren
19 Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20 Senyuman Licik Darren
21 Bertemu Mantan Ayah
22 Menunggu Waktu Penyerangan
23 Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24 Merencanakan Penyerangan
25 Diego Divo Virera GAME OVER
26 Kebersamaan Darren Dan Ataya
27 Rencana Licik Darren
28 Keromantisan Darren Dan Ataya
29 Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30 Kemarahan Tuan Jecolyn
31 Keterkejutan Darren
32 Keinginan Darren
33 Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34 Tewasnya Aron
35 Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36 Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37 Ketakutan Keluarga Austin
38 Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39 Niat Buruk Veronika
40 Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41 Rencana Yang Dijalankan
42 Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43 Berkorban
44 Perasaan Lega
45 Penyerangan Kediaman Parvez
46 Kesedihan Yang Mendalam
47 Selamat Jalan Ataya
48 Emosi Darren Yang Meluap
49 Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50 Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51 Berjuang Untuk Meminta Maaf
52 Kedatangan Keluarga Austin
53 Rasa Sakit Darren
54 Memulai Permainan
55 Permainan Pertama Dimulai
56 Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57 Makan Malam Bersama
58 Menyusun Rencana
59 Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60 Meninggalnya Victoria
61 Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62 Perkataan Mengandung Arti
63 Merencanakan Penyerangan
64 Tatapan Kerinduan
65 Memulai Penyerangan
66 Penyerangan Markas Al Capone
67 Penyerangan Keluarga Roberto
68 Satu Fakta Terungkap
69 Terbongkar
70 Mengakhiri Sandiwara
71 Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72 Tak Sengaja Mendengar
73 Menyelesaikan Balas Dendam
74 Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75 Permintaan Maaf Kiran
76 Permintaan Maaf Kiran 2
77 Merencanakan Pembalasan
78 Menceritakan Kondisi Darren
79 Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80 Janji Velly Dan Nasya
81 Gangguan Dari Kelompok Almoz
82 Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83 Pembicaraan Ayah Dan Anak
84 Memulai Penyerangan
85 Penyerangan Beruntun
86 Menyiapkan Sebuah Berkas
87 Kedatangan Marissa Dan Arnold
88 Kekalahan Mutlak
89 Kemenangan Darren
90 Jatuh Pingsan
91 Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92 Perang Mulut
93 Kekesalan Darren Dan Arinda
94 Presdir Baru Perusahaan AYJ
95 Kehangatan Keluarga Smith
96 Kembali Menjalin Kerja Sama
97 Menyelesaikan Balas Dendam 2
98 Keluarnya Andara Dari Penjara
99 Kembali Menghadapi Lawan
100 Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101 Tewasnya Andara
102 Kemenangan
103 Kasih Sayang Dan Kepedulian
104 Terlambat Bangun
105 Kebersamaan
106 Siapa Dia?
107 Ibu Itu Mirip Mama
108 Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109 Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110 Kedatangan Clarissa
111 Tiga Tamu Tak Diundang
112 Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113 Isak Tangis Darren
114 Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115 Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116 Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117 Menceritakan Kejadian Di Kampus
118 Rasa Bersalah Arinda
119 Kejahilan Darren
120 Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121 Permintaan Maaf Arinda
122 Terungkap Status Arinda
123 Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124 Keusilan Darren
125 Keterkejutan Keluarga Parvez
126 Kejahilan Para Kakak Sepupu
127 Kesalahpahaman
128 Darren Dan Afnan
129 Kerinduan Keluarga Parvez
130 Gadis Tak Tahu Malu
131 Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132 Kesedihan Clarissa
133 Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134 Kabar Mengejutkan
135 Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136 Dalang
137 Merencanakan Pembalasan
138 Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139 Kekhawatiran Darren
140 Kabar Dari Maminya Ataya
141 Berbagi Cerita
142 Mendapatkan Petunjuk
143 Air Mata Arinda
144 Berhasil Menyelamatkan Arinda
145 Mencari Pengganti Ataya
146 Bonus
147 Masih Menutup Diri
148 Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149 Penolakan Darren Akan Prisa
150 Kemarahan Rivo
151 Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152 Amarah Dan Dendam Faza
153 Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154 Keberhasilan Para Tangan Kanan
155 Membahas Rencana Balas Dendam
156 Telepon Dari Faza
157 Tangisan Kebahagiaan Harley
158 Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159 Telepon Dari Arinda
160 Bab 160
161 Pembalasan Faza
162 Kehancuran Keluarga Bader
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bertanya Tentang Prisa
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bukti Pengkhianatan
171 Bab 171
172 Telepon Dari Rektor
173 Bab 173
174 Keterkejutan Ardiansyah
175 Menyelesaikan Hukuman
176 Keributan
177 Keterkejutan Andro Dan Amel
178 Kekecewaan Tamara
179 Telepon Dari Maxi
180 Ucapan Dan Sumpah Arinda
181 Bab 181
182 Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183 Bab 183
184 Kemarahan Nando Terhadap Salma
185 Kiriman Video Dari Maxi
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Kerinduan Darren
2
Kebahagiaan Keluarga Smith
3
Darren Dan Lory
4
Kepergian Amanda
5
Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6
Kedatangan Darren
7
Amarah Darren
8
Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9
Flashback
10
Kesedihan Keluarga Smith
11
Mulai Menyadari
12
Sebuah Kebenaran
13
Mencurigai
14
Kilasan Kejadian
15
Kilasan Kejadian 2
16
Penyesalan
17
Kemarahan Darren
18
Kebencian Darren
19
Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20
Senyuman Licik Darren
21
Bertemu Mantan Ayah
22
Menunggu Waktu Penyerangan
23
Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24
Merencanakan Penyerangan
25
Diego Divo Virera GAME OVER
26
Kebersamaan Darren Dan Ataya
27
Rencana Licik Darren
28
Keromantisan Darren Dan Ataya
29
Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30
Kemarahan Tuan Jecolyn
31
Keterkejutan Darren
32
Keinginan Darren
33
Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34
Tewasnya Aron
35
Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36
Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37
Ketakutan Keluarga Austin
38
Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39
Niat Buruk Veronika
40
Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41
Rencana Yang Dijalankan
42
Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43
Berkorban
44
Perasaan Lega
45
Penyerangan Kediaman Parvez
46
Kesedihan Yang Mendalam
47
Selamat Jalan Ataya
48
Emosi Darren Yang Meluap
49
Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50
Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51
Berjuang Untuk Meminta Maaf
52
Kedatangan Keluarga Austin
53
Rasa Sakit Darren
54
Memulai Permainan
55
Permainan Pertama Dimulai
56
Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57
Makan Malam Bersama
58
Menyusun Rencana
59
Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60
Meninggalnya Victoria
61
Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62
Perkataan Mengandung Arti
63
Merencanakan Penyerangan
64
Tatapan Kerinduan
65
Memulai Penyerangan
66
Penyerangan Markas Al Capone
67
Penyerangan Keluarga Roberto
68
Satu Fakta Terungkap
69
Terbongkar
70
Mengakhiri Sandiwara
71
Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72
Tak Sengaja Mendengar
73
Menyelesaikan Balas Dendam
74
Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75
Permintaan Maaf Kiran
76
Permintaan Maaf Kiran 2
77
Merencanakan Pembalasan
78
Menceritakan Kondisi Darren
79
Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80
Janji Velly Dan Nasya
81
Gangguan Dari Kelompok Almoz
82
Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83
Pembicaraan Ayah Dan Anak
84
Memulai Penyerangan
85
Penyerangan Beruntun
86
Menyiapkan Sebuah Berkas
87
Kedatangan Marissa Dan Arnold
88
Kekalahan Mutlak
89
Kemenangan Darren
90
Jatuh Pingsan
91
Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92
Perang Mulut
93
Kekesalan Darren Dan Arinda
94
Presdir Baru Perusahaan AYJ
95
Kehangatan Keluarga Smith
96
Kembali Menjalin Kerja Sama
97
Menyelesaikan Balas Dendam 2
98
Keluarnya Andara Dari Penjara
99
Kembali Menghadapi Lawan
100
Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101
Tewasnya Andara
102
Kemenangan
103
Kasih Sayang Dan Kepedulian
104
Terlambat Bangun
105
Kebersamaan
106
Siapa Dia?
107
Ibu Itu Mirip Mama
108
Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109
Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110
Kedatangan Clarissa
111
Tiga Tamu Tak Diundang
112
Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113
Isak Tangis Darren
114
Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115
Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116
Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117
Menceritakan Kejadian Di Kampus
118
Rasa Bersalah Arinda
119
Kejahilan Darren
120
Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121
Permintaan Maaf Arinda
122
Terungkap Status Arinda
123
Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124
Keusilan Darren
125
Keterkejutan Keluarga Parvez
126
Kejahilan Para Kakak Sepupu
127
Kesalahpahaman
128
Darren Dan Afnan
129
Kerinduan Keluarga Parvez
130
Gadis Tak Tahu Malu
131
Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132
Kesedihan Clarissa
133
Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134
Kabar Mengejutkan
135
Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136
Dalang
137
Merencanakan Pembalasan
138
Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139
Kekhawatiran Darren
140
Kabar Dari Maminya Ataya
141
Berbagi Cerita
142
Mendapatkan Petunjuk
143
Air Mata Arinda
144
Berhasil Menyelamatkan Arinda
145
Mencari Pengganti Ataya
146
Bonus
147
Masih Menutup Diri
148
Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149
Penolakan Darren Akan Prisa
150
Kemarahan Rivo
151
Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152
Amarah Dan Dendam Faza
153
Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154
Keberhasilan Para Tangan Kanan
155
Membahas Rencana Balas Dendam
156
Telepon Dari Faza
157
Tangisan Kebahagiaan Harley
158
Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159
Telepon Dari Arinda
160
Bab 160
161
Pembalasan Faza
162
Kehancuran Keluarga Bader
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bertanya Tentang Prisa
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bukti Pengkhianatan
171
Bab 171
172
Telepon Dari Rektor
173
Bab 173
174
Keterkejutan Ardiansyah
175
Menyelesaikan Hukuman
176
Keributan
177
Keterkejutan Andro Dan Amel
178
Kekecewaan Tamara
179
Telepon Dari Maxi
180
Ucapan Dan Sumpah Arinda
181
Bab 181
182
Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183
Bab 183
184
Kemarahan Nando Terhadap Salma
185
Kiriman Video Dari Maxi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!