Felix berada di kamarnya. Saat ini dirinya sedang duduk di sofa sembari tangannya memegang sebuah bingkai foto. Foto tersebut adalah foto istrinya Clarissa. Tangannya membelai lembut wajah yang ada di bingkai foto itu. Dan tanpa diminta air matanya mengalir membasahi wajah tampannya.
"Clarissa, maafkan aku. Maafkan aku yang telah melukai perasaan putra kita. Maafkan aku yang tidak menjaganya dengan baik. Maafkan aku yang gagal menjadi Ayah untuknya. Maafkan aku yang telah menyakitinya. Maafkan aku yang telah melukainya. Clarissa! Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan maaf dari Darren. Aku akan melakukan apa pun asal Darren mau memaafkan kesalahanku."
"Clarissa, jika aku berhasil melunakkan hati putra kita. Jika aku berhasil mendapatkan maaf darinya. Aku berjanji padamu, terutama pada diriku sendiri. Aku akan menjadi Ayah sekaligus teman yang baik untuknya. Aku akan selalu ada untuknya. Aku akan membuatnya tersenyum. Aku tidak akan membuat meneteskan air mata, kecuali air mata bahagia. Dan aku akan menjaga serta melindunginya. Dan aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Apapun yang terjadi aku akan mempercayai putra kita. Salah atau pun tidak. Disengaja atau tidak. Aku akan tetap menjadi Ayah yang baik dan bijak Baik untuk putra kita maupun untuk putra-putraku yang lainnya."
"Clarissa. Doakan aku dari atas sana. Aku mencintaimu. Selamanya. Berbahagialah disana, sayang!"
Setelah selesai berbicara dan melepaskan rindu pada istrinya. Felix meletakan kembali bingkai foto itu di atas meja kerjanya. Dan tak lupa Felix memberikan kecupan di foto tersebut.
***
Vito, Velly dan Nasya serta para sahabatnya telah berada di Kampus. Mereka saat ini berkumpul di halaman luas Kampus. Vito dan kedua adik kembarnya sudah menceritakan tentang kebenaran atas apa yang menimpa hubungan mereka dengan Darren.
Mendengar cerita dari Vito, Velly dan Nasya. Para sahabatnya terkejut dan juga syok. Sama seperti Vito, Velly dan Nasya. Para sahabatnya juga merasakan penyesalan karena ikut dalam menghina, memaki dan bersikap buruk terhadap Darren.
Di halaman Kampus itu terlihat keributan beberapa mahasiswi. Terlihat enam orang mahasiswi tengah membully satu mahasisiwi baru. Mahasiswi tersebut adalah Ataya Parvez.
Sementara mahasiswa dan mahasiswi yang lainnya hanya melihatnya saja tanpa ada niat untuk membantunya, terutama Vito, Velly, Nasya dan sahabat-sahabatnya.
Ataya adalah mahasiswi pintar dan berbakat. Dirinya selalu mendapatkan perlakuan buruk dari kakak-kakak seniornya. Ataya bukanlah gadis yang penakut. Justru Ataya adalah gadis yang kuat dan jago bela diri.
Namun Ataya tidak mempergunakan bela dirinya itu untuk melindungi dirinya dari pembullyan kakak-kakak seniornya.
BYUURR!
Seorang mahasiswi yang bernama Davina Zafran menyiram tubuh Ataya dengan seember air es sehingga membuat tubuh Ataya menggigil.
"Hahahaha."
Davina dan teman-temannya tertawa keras.
"Itu adalah hukuman untuk anak yang tidak mau menuruti perintahku dan teman-temanku!" bentak Davina.
Devita, Isyani, Lalitha dan Meera melempari Ataya dengan tepuang dan telur. Kini tubuh Ataya sudah kotor karena tepung dan juga telur.
"Uuuuuu."
Beberapa mahasiswi mahasiswa berteriak mengejek kearah Ataya.
[Lebih baik keluar dari Kampus ini!]
[Anak bau comberan tidak layak kuliah disin!]
[Memalukan!]
[Menjijikan!]
Itulah kata-kata yang dilontarkan oleh para mahasisiwi tersebut dan untuk para mahasiswanya menatap jijik Ataya.
Sementara Vito dan yang lainnya hanya menatap iba Ataya. Namun mereka enggan untuk menolong. Bagi mereka semua itu bukan urusan mereka. Mereka tidak kenal dengan Ataya yang dikenal sebagai kutu buku dan penyendiri.
Ataya hanya bisa menangis mendapatkan perlakuan buruk dari seniornya.
SREEKK!
Davina menarik kuat rambut Ataya sehingga membuat Ataya meringis kesakitan.
"Aakkhhh!
"Ini adalah peringatan untukmu sialan. Lain kali jika mau berani membantah perintahku, maka aku akan buat hidupmu makin hancur selama kuliah disini."
Davina mendorong kuat tubuh Ataya hingga terjatuh ke tanah. Setelah itu, Ataya dan kelompoknya pergi meninggalkan Ataya.
"Hiks... Hiks... Kakak... Hiks... Papi, Mami!"
Setelah kepergian Davina dan kelompoknya, tiba-tiba terdengar suara motor memasuki halaman Kampus.
BRUUMM!
BRUUMM!
BRUUMM!
Para mahasiswa dan mahasisiwi melihat kearah suara motor tersebut, termasuk Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya.
Terlihat 5 motor yang memasuki halaman Kampus. Dan kini kelima motor tersebut telah terparkir rapi di parkiran oleh sipemiliknya. Mereka semua yang melihatnya berdecak kagum.
"Siapa mereka?"
"Motornya keren-keren semua!"
"Motornya saja sudah keren. Pasti sipemilik motor itu juga keren!"
Mereka semua masih terus memperhatikan kelima manusia pemilik motor keren tersebut sehingga sipemilik motor tersebut membuka helmnya.
Ketika kelima pemilik motor keren itu membuka helmnya. Para mahasiswi bersorak bahagia karena melihat pemandangan yang begitu indah. Mereka saat ini tengah menyaksikan ketampanan kelima pemuda tersebut.
"Darren!" ucap Vito, Velly dan Nasya bersamaan ketika melihat adik kesayangan mereka. Mereka menangis ketika melihat adik yang sudah mereka sakiti.
"Darren," lirih Kiran.
"Darren," lirih para sahabat Vito, Velly, Nasya dan Kiran.
Kelima pemuda itu adalah Darren bersama keempat sahabatnya yaitu Chello, Chico, Zidan dan Barra.
Darren dan kelima sahabatnya masih di parkiran. Mereka hendak menuju kelas.
Ketika mereka ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba mata Zidan tidak sengaja melihat kearah Ataya, walau keadaan tubuh Ataya sudah dipenuhi tepung dan telur, tapi Zidan masih bisa mengenalinya.
"Ren," panggil Zidan.
"Hm." Darren menjawab dengan deheman.
"Itu Ataya kan?" Zidan berucap sembari menunjuk kearah Ataya.
Baik Darren maupun Chico, Barra dan Chello melihat kearah tunjuk Zidan. Begitu juga dengan Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya. Mereka juga ikut melihat arah tunjuk Zidan.
Seketika tersirat amarah di mata Darren saat melihat gadisnya diperlakukan seperti sampah di Kampus miliknya.
"Brengsek!" Darren berbicara dengan lantang dan keras sehingga semua mahasiswa dan mahasiswi termasuk Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya mendengarnya.
Darren melangkahkan kakinya menghampiri Ataya dan diikuti oleh keempat sahabatnya. Darren melihat Ataya berjalan sambil menunduk.
SREEKK!
Darren berhasil mencekal tangan Ataya dan menahannya tetap di posisinya. Darren dapat merasakan tangan Ataya yang bergetar.
Darren menatapa tajam kesemua mahasiswa dan mahasiswi yang ada di halaman Kampus, begitu juga dengan keempat sahabatnya.
Darren tahu diantara mahasiswa dan mahasiswi yang ada di halaman Kampus bahwa ketiga mantan kakaknya beserta sahabatnya juga ada diantara mereka.
"Siapa yang melakukan ini pada Ataya?!" teriak Darren dengan tatapan amarahnya menatap satu persatu para mahasiswa dan mahasiswi tersebut, termasuk Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya.
Tidak ada satupun yang menjawabnya. Mereka semua diam dan tidak berani menatap mata Darren.
"Apa kalian tuli, hah?! Aku bertanya pada kalian. Siapa yang melakukan hal keji ini pada Ataya!" teriak Darren.
Hasilnya tetap sama. Tidak ada satupun dari mereka yang menjawabnya.
"Kenapa Darren begitu marah melihat mahasiswi kutu buku itu diperlakukan buruk disini?" batin Vito, Velly dan Nasya.
"Ada hubungan apa Darren dan gadis kutu buku itu?" batin Kiran.
"Darren. Apa kau sudah benar-benar ingin melupakanku?" batin Kiran lagi.
"Darren, siapa dia? Kenapa kamu begitu marah? Apa kamu benar-benar ingin menjauh dari Kiran," batin Radika.
"Apa gadis itu pacar baru Darren," batin Sania, Bella, Erlina dan Rara.
"Brengsek!" teriak Darren menggema di halaman Kampus itu.
Mendengar teriakan Darren yang lebih keras dari yang sebelumnya membuat mereka semua ketakutan. Termasuk Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya. Mereka semua dapat melihat tatapan mata Darren yang memerah.
"Baiklah. Jika itu mau kalian. Kalian lebih memilih untuk menutup mulut kalian. Jadi, jangan salahkan aku jika aku melakukan sesuatu pada kalian."
"Zidan, Chico. Cari tahu siapa yang sudah berani membully Ataya?"
"Baik, Ren!" jawab mereka kompak.
"Setelah kalian mengetahuinya. Kalian tidak perlu melakukan apa-apa. Aku sendiri yang akan turun tangan memberikan hukuman kepada mereka atau Ataya yang akan membalasnya."
"Baik, Ren!" Zidan Dan Chico bersamaan.
"Barra"
"Ya, Ren." Barra menjawab.
"Cari tahu juga untuk mereka semua. Aku sangat yakin jika mereka juga ikut dalam pembullyan ini. Walau mereka tidak ikut secara langsung, tapi mereka ikut dengan cara melontarkan kata-kata yang kejam untuk Ataya."
"Baik. Apa yang akan kau lakukan kepada mereka yang melontarkan penghinaan dan makian kepada Ataya?" tanya Barra.
"Aku mau kau bawa mereka ke markas. Berikan siksaan sedikit kepada mereka. Kemudian kau coret nama mereka dari Kampus ini. Aku tidak mau mereka tetap kuliah disini. Setelah mereka keluar dari kampus ini, masukkan nama-nama mereka ke dalam daftar hitam sehingga mereka tidak diterima di Universitas manapun di seluruh dunia!"
"Baik." Barra langsung mengiyakan keinginan Darren.
"Nanti minta bantuan Chico," ucap Darren.
"Aku mengerti," jawab Barra.
"Siap," sahut Chico.
Sementara semua mahasiswa dan mahasiswi yang saat ini masih berada di sekitar lapangan besar dan luas itu termasuk Vito, Velly, Nasya, Kiran dan para sahabatnya terkejut. Mereka tidak menyangka jika Darren akan melakukan hal itu kepada orang-orang yang sudah menyakiti Ataya, terutama mahasiswa dan mahasiswi yang ikut membully Ataya. Mereka saat ini tengah ketakutan.
Setelah itu, Zidan, Chico dan Barra langsung menjalankan tugas mereka untuk mencari tahu dalang dari pembullyan yang dialami Ataya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments