Darren sudah berada di rumahnya. Ditemani dengan kedua kakak perempuannya yaitu Saskia dan Lory.
Kini mereka sedang berada di ruang tengah. Sejak pulang dari pemakaman Amanda. Darren masih terlihat sedih dan tak hentinya menangis.
Dan untuk kali ini. Darren benar-benar hancur, terpuruk dan tertekan. Dirinya benar-benar jatuh dalam titik terendah dalam hidupnya. Darren kembali menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa ibu dan tantenya.
"Hiks... Mama... Hiks," isak Darren.
"Ren. Kakak mohon. Jangan nangis lagi. Sudah, ya! Nanti kalau kepalanya sakit karena kebanyakan nangis, gimana?" hibur Saskia sambil tangannya mengusap air mata adiknya.
Darren tidak menghiraukan perkataan dari kakaknya. Tatapannya kosong ke depan. Air matanya tak hentinya mengalir. Pikirannya melayang jauh.
FLASHBACK ON
Darren saat ini berada di Perusahaannya. Dirinya sedang sibuk dengan beberapa pekerjaan yang belum selesai dari kemarin dan ditambah lagi kerjaan hari ini. Darren benar-benar sibuk.
"Aku harus segera selesaikan semua pekerjaanku ini agar bisa pulang lebih awal. Aku sudah kangen sama Mama. Satu hari ini aku tidak bertemu Mama." monolog Darren.
Ketika Darren tengah sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
Darren mengambil ponsel dan melihat nama sipenelpon. Seketika terukir senyuman manis di bibirnya saat melihat nama ibunya tertera di layar ponselnya. Tanpa membuang waktu lagi. Darren langsung menjawab panggilan dari ibunya.
"Hallo, Mama." Darren menjawab dengan penuh semangat.
"Hallo, putra Mama yang paling tampan. Kamu sedang apa sayang?"
"Aku lagi mikirin Mama."
Clarissa tersenyum bahagia mendengar jawaban dari putra bungsunya itu.
"Mama serius, sayang!"
"Iya, beneran. Aku mikirin Mama sambil menyelesaikan tugas-tugas kantor aku."
"Sudah makan. Ini sudah jam 8 malam, loh! Mama tidak mau kamu sampai telat makan hanya karena sibuk dengan pekerjaan."
"Sudah, Ma! Aku sudah makan."
"Benar? Kamu gak bohong sama Mama kan?"
"Iih. Mama. Sama anak sendiri gak percaya sih."
"Bukan Mama gak percaya sama kamu. Mama itu tahu tabiat kamu itu seperti apa. Jika kamu sudah asyik dengan sesuatu. Maka kamu akan lupa segalanya. Termasuk lupa makan."
"Bagaimana? Sudah makan apa belum?"
"Iya, Maaf! Belum."
Terdengar helaan nafas di seberang telepon. Clarissa hanya bisa menghela nafas pasrahnya ketika mendengar jawaban dari putra bungsunya.
"Sekarang hentikan semua pekerjaanmu malam ini dan segeralah cari makan! Setelah itu langsung pulang. Mama mungkin sekitar jam 10 malam baru sampai di rumah."
"Tapi, Ma..."
"Sekarang Darrendra Austin!"
"Baiklah, Ma!"
Setelah mendapatkan jawaban dari putranya, Clarissa pun langsung mematikan teleponnya. Sementara Darren juga langsung menghentikan kegiatannya. Dirinya tidak ingin membantah perkataan ibunya.
Setelah semuanya rapi, Darren pun langsung pergi meninggalkan ruang kerjanya untuk menuju mobilnya.
***
Darren sudah berada di dalam perjalanan untuk menuju sebuah Cafe langganannya. Namun, baru beberapa menit di dalam perjalanan. Ponselnya kembali berbunyi. Melihat nama 'Reno' tangan kanannya, Darren langsung menjawabnya.
"Hallo, Reno. Ada apa?"
"Hallo, Bos. Ini gawat, Bos!"
"Ada apa?"
"Mobil yang ditumpangi oleh Nyonya Clarissa dan Nyonya Amanda diserang, Bos!"
"Apa? Lalu bagaimana keadaan mereka?"
"Sopir yang membawa mobil Nyonya masih berusaha untuk terus melaju dari kejaran beberapa kelompok."
"Kelompok? Jadi maksudmu ibu dan tanteku diserang oleh sekelompok orang?"
"Benar, Bos! Aku sudah mengirim beberapa orang untuk membantu Nyonya Clarissa dan Nyonya Amanda, Bos!"
"Bagus. Share Location! "
"Baik, Bos!"
Setelah itu, Darren langsung menuju ke lokasi yang dikirim oleh Reno padanya. Dan Darren juga tidak lupa menghubungi kelompok mafianya untuk segera menuju lokasi tersebut.
"Mama, Tante Amanda. Semoga kalian baik-baik saja. Tunggu aku," batin Darren.
***
Sekitar satu setengah jam perjalanan, Darren dan beberapa kelompok mafianya pun sampai di lokasi. Namun, ketika sampai di sana. Darren tidak menemukan keberadaan ibu dan tantenya.
Beberapa detik kemudian, Darren dan kelompoknya mendengar suara tembakan dari arah yang tidak jauh dari mereka berdiri sekarang.
DOR!
DOR!
DOR!
"Bos, suaranya dari arah sana!"
Tanpa pikir panjang lagi. Darren dan kelompoknya berlari kearah gedung kosong tersebut. Ketika mereka sedang berlari, mata Darren tak sengaja melihat sopir pribadi ibunya tewas mengenaskan dan mobil dalam keadaan hancur bagian depan.
"Brengsek!" Darren menatap tiga anggotanya. "Kalian tolong Paman itu. Bersihkan tubuhnya. Lalu makamkan Paman itu dengan selayaknya."
"Baik, Bos!"
Darren kembali berlari menuju gudang kosong. Sesampainya di sana, Darren melihat ibunya sudah terkapar tak berdaya. Sementara sang Bibi dalam keadaan terikat. Dan jangan lupa beberapa luka sayatan di wajah dan seluruh tubuhnya.
"Mama, Tante," lirih Darren.
Darren menatap tajam kearah pria yang saat ini tengah menyakiti tantenya. Tanpa aba-aba dari Darren. Para kelompok mafianya langsung memberikan tembakan secara brutal.
DOR!
DOR!
Tembakan-tembakan para kelompok mafianya tepat sasaran. Ada yang mengenai perut, dada dan juga kepala. Masing-masing mendapatkan tiga tembakan sehingga membuat semua musuh-musuhnya lumpu dan mati ditempat. Hanya menyisakan satu. Orang itu adalah pemimpinnya.
Darren melangkah mendekati sang pemimpin dengan amarah yang membuncah, sementara Vicky segera melepaskan ikatan di tubuh Amanda.
Ketika Vicky ingin membuka ikatan tersebut, pemimpin tersebut ingin menyerang Vicky. Namun dengan gerakan cepat. Darren melesatkan satu tembakan tepat mengenai pahanya.
DOR!
"Aaakkhhh!" pemimpin itu berteriak
Vicky berhasil melepaskan ikatan pada tubuh Amanda. Darren melihat kearah Ibu dan Tantenya.
"Da-darren," lirih Amanda ketika melihat keponakannya datang bersama kelompoknya. Darren tersenyum.
Amanda melihat kearah kakak iparnya, lalu berlahan mendekati kakak iparnya itu dengan dibantu oleh Vicky.
Darren menatap tajam kearah pria yang ada di hadapannya. Matanya memanas dan tersirat amarah disana.
"Siapa yang menyuruhmu, hah!" teriak Darren.
"Sekali pun aku harus mati ditanganmu. Aku tidak akan pernah memberitahumu, bocah!"
"Vicky," panggil Darren.
"Katana!"
Tanpa pikir panjang lagi. Vicky langsung melempar katana itu kearah Darren. Dan ditangkap dengan baik oleh Darren.
Darren melepaskan sarung katana tersebut sehingga menampilkan bentuk katana yang begitu mulus.
"Katana ku ini sudah lama tidak meminum darah. Aku berikan kesempatan untukmu agar kau tetap hidup. Pertama, katakan padaku siapa yang sudah membayarmu untuk menyerang ibuku dan tanteku. Kedua, jika kau lebih memilih diam. Maka bukan kau saja yang akan mati ditanganku. seluruh anggota keluargamu juga akan aku lenyapkan dari dunia ini."
Mendengar perkataan dan juga ancaman dari Darren membuat pria itu seketika ketakutan. Pria itu tidak ingin terjadi sesuatu pada anggota keluarganya.
"Kau tidak akan berani melakukan hal itu!" bentak pria itu.
"Hahahaha." Darren seketika tertawa keras. "Apa kau barusan meremehkanku, hah?!" bentak Darren.
"Sekarang aku bertanya padamu. Apa kau mengenal Kelompok Mafia BLACK WOLF dan BLACK LION, hum?"
Mendengar Darren menyebut dua nama kelompok mafia yang dikenal kejam nomor satu di dunia membuat pria itu ketakutan. Tubuh pria itu sudah bergetar. Darren yang melihat hal itu tersenyum di sudut bibirnya.
"Bagaimana? Anda kenal tidak?"
Dikarenakan tidak mendapatkan jawaban apapun dari orang yang berdiri di hadapannya itu. Darren langsung mengarahkan katana miliknya kearah pria itu.
CTAASS!
CTAASS!
Darren menebas tepat di kepala pria itu sehingga kepala pria itu putus dan jatuh di tanah dan juga tubuh pria itu terpotong menjadi dua.
"Aku sudah berbaik hati padamu. Tapi kau justru menyia-nyiakannya," ucap Darren.
Setelah selesai dengan urusannya. Darren memberikan katananya kembali kepada Vicky. Dan Vicky langsung mengambilnya.
Darren melihat kearah Ibu dan Bibi nya. Kakinya melangkah mendekati keduanya.
Amanda mengusap wajah Darren yang keciprat darah dengan tangannya.
"Mama... Hiks," isak Darren.
Darren langsung menggendong tubuh ibunya, sementara Amanda sudah digendong oleh Vicky, tangan kanannya. Mereka semua pun pergi meninggalkan tempat tersebut.
FLASHBACK OFF
"Mama... Hiks! Maafkan aku. Maafkan aku. Jika aku datang lebih awal. Mungkin Mama masih ada disini. Dan Mama tidak akan pergi meninggalkanku. Mama... kembalilah!"
Saskia dan Lory menangis melihat kondisi adiknya saat ini. Inilah yang mereka takutkan jika Darren bertemu dengan keluarga Austin.
Awalnya Lory dan anggota keluarga Smith tidak setuju Darren pergi ke rumah Julian Fernandez. Walau Darren pergi ke rumah Julian, tapi otomatis keluarga Austin pasti akan ada di sana. Secara yang meninggal itu adalah salah satu anggota keluarga Austin. Tapi mereka tidak bisa bilang tidak jika sudah Darren yang memintanya.
Sementara untuk Saskia. Dirinya tidak bisa menolak keinginan adiknya itu. Saskia terlalu sayang dengan semua adik-adiknya. Apapun yang diinginkan oleh adik-adiknya, selama itu masih batas kewajaran. Maka Saskia akan mengabulkannya, terutama adik bungsunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments