Kilasan Kejadian

Darren sudah berada di rumah. Lebih tepatnya berada di Apartemen Afnan, sang Kakak. Ketika Darren meminta pulang. Awalnya anggota keluarganya melarangnya. Mereka ingin Darren dirawat dua hari lagi. Namun, karena keras kepalanya dan sifat liciknya berakhir seluruh anggota keluarganya pun mengizinkannya untuk pulang plus satu persyaratan dari sang Kakak yaitu Afnan.

Saat ini Darren sedang berkutat dengan laptopnya dan ditemani segelas susu kesukaannya. Sementara sang Kakak, Afnan berada di dalam kamarnya sedang membersihkan diri.

Darren memeriksa semua pekerjaannya melalui laptop miliknya. Mulai dari memeriksa beberapa email yang dikirim oleh asisten-asisten kepercayaannya, memeriksa beberapa file penting, memantau dan mengawasi para karyawannya yang ada di tiga Perusahaan miliknya. Dua Perusahaan yang didirikan olehnya sendiri dan satu Perusahaan yang diwariskan oleh ibunya.

"Darren," panggil Afnan dengan suara lembut sembari melangkah menuruni anak tangga.

Mendengar namanya dipanggil, Darren langsung mengalihkan perhatian melihat kearah kakaknya. Darren tersenyum melihat Kakaknya yang sudah dalam keadaan rapi.

Setelah berada di ruang tengah, Afnan langsung menduduki pantat di sofa. Matanya menatap kearah laptop dan beberapa berkas di atas meja, lalu menatap wajah adiknya.

"Kamu baru keluar dari rumah sakit, Ren! Kenapa sudah banyak berkasnya?" Afnan menatap khawatir adiknya. Dirinya tidak ingin adiknya kembali sakit hanya karena kelelahan.

"Aish, Kak! Jangan perlihatkan wajah Kakak seperti itu. Aku tahu kakak khawatir. Percayalah padaku. Aku akan baik-baik saja." Darren berbicara lembut sembari tersenyum hangat kepada kakaknya.

"Apa kamu sudah sarapan?" tanya Afnan.

"Baru minum susu segelas. Tuh gelas yang kedua." Darren menjawab sambil menunjuk dua gelas kosong di atas meja tepat di samping laptopnya.

Afnan melihat kearah dua gelas kosong yang berada di samping laptop milik adiknya. Melihat hal itu, Afnan hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Kamu itu belum sarapan tapi kamu sudah menghabiskan dua gelas susu. Bagaimana pun kamu harus sarapan Ren," sahut Afnan.

"Iya. Aku tahu Kak. Aku sudah delivery untuk sarapan pagi kita berdua. Tapi sudah satu jam orderannya belum nyampe juga. Ya, sudah! Aku minum susu saja untuk mengganjal perutku." Darren menjawabnya dengan nada lembut.

Mendengar jawaban dari adiknya, Afnan hanya bisa menghela nafas pasrahnya.

"Kakak tidak ke Kantor? Bukankah hari ini libur kuliah? Dan Kakak bisa mengambil kesempatan untuk ke Kantor." ucap dan tanya Darren.

"Males," jawab Afnan santai.

"Aish. Gampang banget jawabnya," kesal Darren.

Afnan tersenyum ketika mendengar ucapan dan melihat wajah kesal adiknya.

"Ciri-ciri atasan yang tidak disiplin dan tidak bertanggung jawab," ejek Darren.

Afnan lagi-lagi tersenyum mendengar ucapan dari adiknya. Afnan memang sengaja membuat adiknya kesal.

Ketika keduanya sedang asyik mengobrol, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan suara bell.

TING!

TONG!

"Nah, itu pasti pesanannya datang!" seru Afnan.

Afnan langsung berdiri dari duduknya, lalu melangkah menuju pintu. Setelah tiba di depan pintu, Afnan pun membuka pintu itu.

CKLEK!

Pintu di buka. Dan terlihat seorang pengantar makanan.

"Apa benar ini nomor Apartemen atas nama tuan Darren?" tanya pemuda pengantar makanan itu.

"Iya," jawab Afnan.

"Ini pesanan tuan Darren." pemuda itu memberikan beberapa makanan kepada Afnan.

"Berapa?" tanya Afnan.

"Sudah dibayar, tuan!"

"Oke."

Setelah itu, pemuda itu pun pergi dan Afnan langsung menutup pintu Apartemennya.

Kini Afnan dan Darren sedang menyantap sarapan pagi mereka. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 9, tapi itu tidak masalah bagi keduanya. Mereka sarapan pagi dengan penuh kebahagiaan. Sesekali Afnan menyuapi adiknya.

****

Sebuah mobil Lexus LFA baru saja berhenti di depan sebuah cafe. Kemudian keluarlah seseorang dari dalam mobinya. Ketika tiba diluar langsung mendapat perhatian dari para pejalan kaki. Mereka kagum akan ketampanannya serta mobil mewah yang digunakannya. Pemuda itu adalah Darrendra Smith.

Matanya menatap bangunan-bangunan di sekitarnya. Matanya menyipit tajam kala membaca papan 'CK CAFE AND COFFE' di sebuah bangunan, namun menarik di ujung jalan.

Darren pun segera melangkahkan kakinya menelusuri trotoar untuk menuju bangunan tersebut.

Bunyi lonceng menyapanya ketika Darren membuka pintu. Aroma kopi pun langsung menyapa penciumannya. Matanya kembali menatap suasana siang cafe ini tidak terlalu ramai, tapi cukup banyak orang yang sedang menikmati makan siangnya sembari mengutak-atik tablet atau laptop yang berada di hadapan masing-masing.

Darren memilih untuk duduk paling pojok ruangan di sebelah kanan, tepat di samping jalan. Beberapa detik kemudian pelayan datang menghampirinya dan tersenyum ramah, lalu menyerahkan sebuah buku menu.

Darren memesan Falscher dan Tea. Beruntung cafe yang baru Darren kunjungi menyediakan makan siang kesukaannya. Darren kembali melihat kearah jalanan, lalu menyaksikan orang-orang yang berlalu lalang. Di seberang cafe ada sebuah taman kecil yang cukup indah.

Ketika sedang menikmati makan siangnya sembari sesekali melihat kearah jalanan, tiba-tiba ponselnya berdering. Darren pun mengambil ponselnya yang ada di saku celananya dan melihat siapa yang telah menghubunginya.

Setelah mengetahui nama dari sipenelpon, Darren pun segera menjawabnya.

"Hallo, Chello."

"Hallo, Ren! Kau dimana?"

"Aku saat ini berada di cafe makan siang. Kenapa?"

"Bisa kau ke markas BLACK LION sekarang!"

"Apa terjadi sesuatu?"

" Ada lima pengkhianat di markas."

"Apa? Serius?"

"Iya. Lebih baik kau segera kemari."

"Baiklah. Aku segera kesana."

Setelah selesai berbicara dengan Chello. Darren pun langsung pergi meninggalkan cafe tersebut untuk menuju markas BLACK LION.

***

Darren sudah berada di markas BLACK LION. Dan kini Darren bersama keempat sahabatnya berada di ruangan milik Chello.

Darren dan keempat sahabatnya saat ini sedang memantau kamera pengintai yang dipasang disetiap sudut ruangan yang ada di markas BLACK LION. Di dalam rekaman-rekaman itu terlihat para mafioso yang sedang melakukan tugas mereka masing-masing, termasuk para si pengkhianat.

"Itu mereka," sahut Chello sambil jari telunjuk menunjuk kearah lima mafio yang diklim pengkhianat.

Darren menggeram marah ketika melihat lima anggota mafiosonya yang berkhianat. Darren bersumpah tidak memberikan maaf untuk orang-orang yang telah mengkhianatinya.

"Zidan," panggil Darren.

"Ya, Ren!" jawab Zidan.

"Aku mau kau mencari tahu siapa yang membayar mereka untuk menjadi pengkhianat di kelompok kita. Setelah kau mengetahui dalangnyanya kau cari tahu juga anggota keluarganya dan bawa ke markas."

"Baik, Ren!"

"Lalu akan kita apakan mereka?" tanya Chico.

"Aku memberikan kesempatan pertama untuk kalian jika kalian ingin bermain-main dengan mereka. Tapi jangan sampai mereka mati. Setelah kalian puas bermain-main dengan mereka. Kurung mereka di penjara bawa tanah."

"Baiklah."

***

Di kediaman Austin, Felix beserta putra dan putrinya saat ini berada di ruang tengah. Keadaan mereka tampak kacau, terutama Raka, Satya, Vito, Velly dan Nasya. Beberapa hari ini semenjak Raka dan adik-adiknya mengetahui fakta bahwa mereka hanya satu Ayah dengan Darren. Ibu yang selama ini merawat, menjaga dan membesarkan mereka bukanlah ibu kandung mereka, penyerangan yang terjadi pada ibu dan tantenya atas ulah sekelompok orang yang tak dikenal, ibu yang telah melahirkan mereka pergi meninggalkan mereka hanya demi laki-laki lain kini hanya bisa meratapi penyesalan. Mereka semua menyesal telah menyakiti adik bungsunya. Mereka menyesal telah memaki, menghina dan menyebut adik bungsunya dengan sebutan pembunuh.

FLASHBACK ON

Darren dan kelompoknya sudah berada di rumah sakit. Darren menunggu dengan perasaan yang benar-benar takut. Dirinya berharap ibu dan tantenya baik-baik saja.

Clarissa dan Amanda berada di ruangan operasi yang berbeda dengan masing-masing satu Dokter yang menangani keduanya. Serta beberapa perawat.

"Mama... Tante... Hiks," isak Darren.

Darren duduk di kursi tunggu dengan mata sembab, baju yang berlumuran darah dengan tatapan ke depan. Tersirat amarah yang begitu besar disana.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan sebuah panggilan masuk. Darren yang mendengar suara ponselnya langsung mengambil ponsel tersebut dan menjawabnya.

"Hallo, Darren! Bagaimana kejutan dariku, hum? Seru bukan? Pasti saat ini kau sedang meratapi kesedihan atas apa yang menimpa ibu dan tantemu."

"Siapa kau?!"

"Jika kau ingin tahu siapa aku. Temui aku di Crown Street. Sekarang!"

TUTT!

TUTT!

Panggilan dimatikan secara sepihak oleh orang yang berada di seberang telepon. Sementara Darren tanpa berpikir dua kali langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan rumah sakit untuk menemui sipenelpon misterius tersebut.

Lima menit kepergian Darren. Seluruh anggota keluarga Austin dan keluarga Fernandez datang. Mereka semua datang dalam keadaan kacau. Mata mereka sembab karena menangis.

Keluarga Austin dan keluarga Fernandez mendapatkan kabar mengenai Clarissa dan Amanda masuk ke rumah sakit dari Andara. Sementara Andara mendapatkan kabar dari seseorang.

Bertepatan keluarga Austin dan keluarga Fernandez datang. Pintu ruang operasi terbuka. Dan keluar lah seorang Dokter dengan wajah lelahnya. Felix langsung menghampiri Dokter tersebut. Dan menanyakan keadaan istri dan adiknya.

"Bagaimana keadaan istri dan adik saya Dokter?" tanya Felix.

"Maafkan saya tuan. Untuk pasien yang bernama Nyonya Clarissa dinyatakan telah meninggal dunia. Nyonya Clarissa sudah tidak bernyawa lagi ketika dibawa kesini. Sementara untuk pasien yang bernama Nyonya Amanda berada di ruang operasi lain dan bersama Dokter lain."

Mendengar jawaban dari Dokter tersebut, Felix, kelima anak-anaknya dan keluarga lainnya syok. Mereka semua menangis.

Episodes
1 Kerinduan Darren
2 Kebahagiaan Keluarga Smith
3 Darren Dan Lory
4 Kepergian Amanda
5 Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6 Kedatangan Darren
7 Amarah Darren
8 Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9 Flashback
10 Kesedihan Keluarga Smith
11 Mulai Menyadari
12 Sebuah Kebenaran
13 Mencurigai
14 Kilasan Kejadian
15 Kilasan Kejadian 2
16 Penyesalan
17 Kemarahan Darren
18 Kebencian Darren
19 Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20 Senyuman Licik Darren
21 Bertemu Mantan Ayah
22 Menunggu Waktu Penyerangan
23 Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24 Merencanakan Penyerangan
25 Diego Divo Virera GAME OVER
26 Kebersamaan Darren Dan Ataya
27 Rencana Licik Darren
28 Keromantisan Darren Dan Ataya
29 Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30 Kemarahan Tuan Jecolyn
31 Keterkejutan Darren
32 Keinginan Darren
33 Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34 Tewasnya Aron
35 Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36 Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37 Ketakutan Keluarga Austin
38 Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39 Niat Buruk Veronika
40 Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41 Rencana Yang Dijalankan
42 Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43 Berkorban
44 Perasaan Lega
45 Penyerangan Kediaman Parvez
46 Kesedihan Yang Mendalam
47 Selamat Jalan Ataya
48 Emosi Darren Yang Meluap
49 Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50 Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51 Berjuang Untuk Meminta Maaf
52 Kedatangan Keluarga Austin
53 Rasa Sakit Darren
54 Memulai Permainan
55 Permainan Pertama Dimulai
56 Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57 Makan Malam Bersama
58 Menyusun Rencana
59 Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60 Meninggalnya Victoria
61 Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62 Perkataan Mengandung Arti
63 Merencanakan Penyerangan
64 Tatapan Kerinduan
65 Memulai Penyerangan
66 Penyerangan Markas Al Capone
67 Penyerangan Keluarga Roberto
68 Satu Fakta Terungkap
69 Terbongkar
70 Mengakhiri Sandiwara
71 Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72 Tak Sengaja Mendengar
73 Menyelesaikan Balas Dendam
74 Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75 Permintaan Maaf Kiran
76 Permintaan Maaf Kiran 2
77 Merencanakan Pembalasan
78 Menceritakan Kondisi Darren
79 Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80 Janji Velly Dan Nasya
81 Gangguan Dari Kelompok Almoz
82 Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83 Pembicaraan Ayah Dan Anak
84 Memulai Penyerangan
85 Penyerangan Beruntun
86 Menyiapkan Sebuah Berkas
87 Kedatangan Marissa Dan Arnold
88 Kekalahan Mutlak
89 Kemenangan Darren
90 Jatuh Pingsan
91 Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92 Perang Mulut
93 Kekesalan Darren Dan Arinda
94 Presdir Baru Perusahaan AYJ
95 Kehangatan Keluarga Smith
96 Kembali Menjalin Kerja Sama
97 Menyelesaikan Balas Dendam 2
98 Keluarnya Andara Dari Penjara
99 Kembali Menghadapi Lawan
100 Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101 Tewasnya Andara
102 Kemenangan
103 Kasih Sayang Dan Kepedulian
104 Terlambat Bangun
105 Kebersamaan
106 Siapa Dia?
107 Ibu Itu Mirip Mama
108 Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109 Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110 Kedatangan Clarissa
111 Tiga Tamu Tak Diundang
112 Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113 Isak Tangis Darren
114 Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115 Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116 Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117 Menceritakan Kejadian Di Kampus
118 Rasa Bersalah Arinda
119 Kejahilan Darren
120 Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121 Permintaan Maaf Arinda
122 Terungkap Status Arinda
123 Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124 Keusilan Darren
125 Keterkejutan Keluarga Parvez
126 Kejahilan Para Kakak Sepupu
127 Kesalahpahaman
128 Darren Dan Afnan
129 Kerinduan Keluarga Parvez
130 Gadis Tak Tahu Malu
131 Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132 Kesedihan Clarissa
133 Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134 Kabar Mengejutkan
135 Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136 Dalang
137 Merencanakan Pembalasan
138 Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139 Kekhawatiran Darren
140 Kabar Dari Maminya Ataya
141 Berbagi Cerita
142 Mendapatkan Petunjuk
143 Air Mata Arinda
144 Berhasil Menyelamatkan Arinda
145 Mencari Pengganti Ataya
146 Bonus
147 Masih Menutup Diri
148 Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149 Penolakan Darren Akan Prisa
150 Kemarahan Rivo
151 Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152 Amarah Dan Dendam Faza
153 Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154 Keberhasilan Para Tangan Kanan
155 Membahas Rencana Balas Dendam
156 Telepon Dari Faza
157 Tangisan Kebahagiaan Harley
158 Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159 Telepon Dari Arinda
160 Bab 160
161 Pembalasan Faza
162 Kehancuran Keluarga Bader
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bertanya Tentang Prisa
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bukti Pengkhianatan
171 Bab 171
172 Telepon Dari Rektor
173 Bab 173
174 Keterkejutan Ardiansyah
175 Menyelesaikan Hukuman
176 Keributan
177 Keterkejutan Andro Dan Amel
178 Kekecewaan Tamara
179 Telepon Dari Maxi
180 Ucapan Dan Sumpah Arinda
181 Bab 181
182 Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183 Bab 183
184 Kemarahan Nando Terhadap Salma
185 Kiriman Video Dari Maxi
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Kerinduan Darren
2
Kebahagiaan Keluarga Smith
3
Darren Dan Lory
4
Kepergian Amanda
5
Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6
Kedatangan Darren
7
Amarah Darren
8
Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9
Flashback
10
Kesedihan Keluarga Smith
11
Mulai Menyadari
12
Sebuah Kebenaran
13
Mencurigai
14
Kilasan Kejadian
15
Kilasan Kejadian 2
16
Penyesalan
17
Kemarahan Darren
18
Kebencian Darren
19
Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20
Senyuman Licik Darren
21
Bertemu Mantan Ayah
22
Menunggu Waktu Penyerangan
23
Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24
Merencanakan Penyerangan
25
Diego Divo Virera GAME OVER
26
Kebersamaan Darren Dan Ataya
27
Rencana Licik Darren
28
Keromantisan Darren Dan Ataya
29
Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30
Kemarahan Tuan Jecolyn
31
Keterkejutan Darren
32
Keinginan Darren
33
Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34
Tewasnya Aron
35
Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36
Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37
Ketakutan Keluarga Austin
38
Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39
Niat Buruk Veronika
40
Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41
Rencana Yang Dijalankan
42
Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43
Berkorban
44
Perasaan Lega
45
Penyerangan Kediaman Parvez
46
Kesedihan Yang Mendalam
47
Selamat Jalan Ataya
48
Emosi Darren Yang Meluap
49
Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50
Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51
Berjuang Untuk Meminta Maaf
52
Kedatangan Keluarga Austin
53
Rasa Sakit Darren
54
Memulai Permainan
55
Permainan Pertama Dimulai
56
Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57
Makan Malam Bersama
58
Menyusun Rencana
59
Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60
Meninggalnya Victoria
61
Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62
Perkataan Mengandung Arti
63
Merencanakan Penyerangan
64
Tatapan Kerinduan
65
Memulai Penyerangan
66
Penyerangan Markas Al Capone
67
Penyerangan Keluarga Roberto
68
Satu Fakta Terungkap
69
Terbongkar
70
Mengakhiri Sandiwara
71
Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72
Tak Sengaja Mendengar
73
Menyelesaikan Balas Dendam
74
Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75
Permintaan Maaf Kiran
76
Permintaan Maaf Kiran 2
77
Merencanakan Pembalasan
78
Menceritakan Kondisi Darren
79
Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80
Janji Velly Dan Nasya
81
Gangguan Dari Kelompok Almoz
82
Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83
Pembicaraan Ayah Dan Anak
84
Memulai Penyerangan
85
Penyerangan Beruntun
86
Menyiapkan Sebuah Berkas
87
Kedatangan Marissa Dan Arnold
88
Kekalahan Mutlak
89
Kemenangan Darren
90
Jatuh Pingsan
91
Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92
Perang Mulut
93
Kekesalan Darren Dan Arinda
94
Presdir Baru Perusahaan AYJ
95
Kehangatan Keluarga Smith
96
Kembali Menjalin Kerja Sama
97
Menyelesaikan Balas Dendam 2
98
Keluarnya Andara Dari Penjara
99
Kembali Menghadapi Lawan
100
Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101
Tewasnya Andara
102
Kemenangan
103
Kasih Sayang Dan Kepedulian
104
Terlambat Bangun
105
Kebersamaan
106
Siapa Dia?
107
Ibu Itu Mirip Mama
108
Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109
Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110
Kedatangan Clarissa
111
Tiga Tamu Tak Diundang
112
Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113
Isak Tangis Darren
114
Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115
Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116
Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117
Menceritakan Kejadian Di Kampus
118
Rasa Bersalah Arinda
119
Kejahilan Darren
120
Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121
Permintaan Maaf Arinda
122
Terungkap Status Arinda
123
Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124
Keusilan Darren
125
Keterkejutan Keluarga Parvez
126
Kejahilan Para Kakak Sepupu
127
Kesalahpahaman
128
Darren Dan Afnan
129
Kerinduan Keluarga Parvez
130
Gadis Tak Tahu Malu
131
Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132
Kesedihan Clarissa
133
Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134
Kabar Mengejutkan
135
Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136
Dalang
137
Merencanakan Pembalasan
138
Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139
Kekhawatiran Darren
140
Kabar Dari Maminya Ataya
141
Berbagi Cerita
142
Mendapatkan Petunjuk
143
Air Mata Arinda
144
Berhasil Menyelamatkan Arinda
145
Mencari Pengganti Ataya
146
Bonus
147
Masih Menutup Diri
148
Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149
Penolakan Darren Akan Prisa
150
Kemarahan Rivo
151
Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152
Amarah Dan Dendam Faza
153
Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154
Keberhasilan Para Tangan Kanan
155
Membahas Rencana Balas Dendam
156
Telepon Dari Faza
157
Tangisan Kebahagiaan Harley
158
Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159
Telepon Dari Arinda
160
Bab 160
161
Pembalasan Faza
162
Kehancuran Keluarga Bader
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bertanya Tentang Prisa
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bukti Pengkhianatan
171
Bab 171
172
Telepon Dari Rektor
173
Bab 173
174
Keterkejutan Ardiansyah
175
Menyelesaikan Hukuman
176
Keributan
177
Keterkejutan Andro Dan Amel
178
Kekecewaan Tamara
179
Telepon Dari Maxi
180
Ucapan Dan Sumpah Arinda
181
Bab 181
182
Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183
Bab 183
184
Kemarahan Nando Terhadap Salma
185
Kiriman Video Dari Maxi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!