Ke esokkan di kediaman Fernandez. Julian dan ketiga anak-anaknya sudah berada di meja makan untuk sarapan. Mereka sarapan seperti biasa tanpa seseorang yang sangat mereka sayangi.
"Papa dapat kabar dari salah satu tangan kanannya Papa tentang kondisi Darren setelah dari pemakaman Mama kalian!" seru Julian disela makannya.
Andra, Adnan dan Merryn yang tadinya fokus memakan sarapannya seketika langsung melihat kearah ayahnya. Mereka menatap ayahnya dengan tatapan khawatir.
"Ada apa, Pa?" tanya Andra.
"Kenapa dengan Darren, Pa?" tanya Adnan.
"Darren baik-baik saja kan, Pa?" tanya Merryn.
Julian tersenyum ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan dari ketiga anak-anaknya. Julian bersyukur memiliki anak-anak yang memiliki rasa sayang, rasa cinta dan rasa peduli sesama saudara.
"Darren jatuh sakit. Sekarang Darren di rawat di rumah sakit," jawab Julian.
"Apa?" Andra, Adnan dan Merryn terkejut.
"Kenapa bisa Darren sampai dirawat di rumah sakit, Pa? Apa yang terjadi?" tanya Merryn.
"Darren tertekan atas perginya Mama dan tante kalian," jawab Julian.
"Ini semua gara-gara keluarga brengsek itu. Mereka kembali menyakiti Darren dengan kata-kata mereka." Andra berbicara dengan nada marah dan wajah yang dingin.
"Sudah, sudah. Habiskan sarapan kalian. Urusi dulu pekerjaan kantor kalian. Setelah dari kantor. Kita akan ke rumah sakit menjenguk Darren."
"Baik, Pa!" Andra, Adnan dan Merryn bersamaan.
Akhirnya mereka kembali melanjutkan sarapannya sampai selesai. Ketika mereka tengah menyantap sarapannya, tiba-tiba salah satu pelayan datang menghampiri mereka.
"Maaf, tuan!"
Julian, Andra, Adnan dan Merryn langsung melihat kearah pelayan tersebut.
"Ya, Bi. Ada apa?" tanya Julian lembut.
"Saya menemukan ini di saku celananya, tuan!" pelayan itu memberikan sebuah flashdisk kepada Julian.
Julian mengambil flashdisk yang ada di tangan pelayan itu. Setelah itu, pelayan itu pun pergi kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Flashdisk," ucap Andra, Adnan dan Merryn.
Sementara Julian masih memikirkan tentang flashdisk yang saat ini ada di tangannya. Julian berpikir keras tentang flashdisk tersebut.
FLASHBACK ON
"Oh, iya! Saya hampir lupa. Ketika saya melakukan operasi terhadap Nyonya Amanda. Saya menemukan satu benda. Benda itu saya temukan di saku bajunya Nyonya Amanda. Tunggu sebentar saya akan ambilkan barangnya."
Dokter itu pergi meninggalkan Julian untuk menuju ruangannya.
"Benda apa yang dimaksud oleh Dokter itu?" batin Julian.
Tak lama kemudian, Dokter itu kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.
"Ini barang yang saya temukan di saku baju Nyonya Amanda." Dokter itu menyerahkan barang tersebut kepada Julian. Julian pun menerima barang tersebut.
"FLASHDISK," batin Julian.
FLASHBACK OFF
Setelah Julian mengingat tentang flashdisk yang ada di tangannya, Julian pun tersadar.
"Astaga, kenapa aku bisa lupa?!" tanya Julian pada dirinya sendiri.
"Papa. Ada apa?" tanya Julian.
"Ini sayang." Julian menunjukkan flashdisk itu kepada anak-anaknya.
"Iya, Pa. Kami tahu itu flashdisk. Tapi flashdisk apa itu?" ucap dan tanya Adnan.
"Ach, maaf. Papa lupa memberitahu kalian. Dokter yang menangani Mama kalian menemukan flashdisk ini di saku baju yang dipakai oleh Mama kalian."
Andra, Adnan dan Merryn terdiam, lalu mereka saling melirik satu sama lainnya. Setelah itu, mereka menatap wajah ayahnya.
"Pa. Apa mungkin isi flashdisk itu sebuah bukti tentang dalang penyerangan yang dialami oleh Mama dan Tante Clarissa?" tanya Merryn.
"Papa juga tidak tahu, sayang! Tapi Papa berharap begitu," sahut Julian.
"Ya, sudah. Lebih baik kita lihat sekarang, Pa!" seru Adnan.
"Kita ke ruang kerja Papa saja," ujar Julian.
Setelah mengatakan itu, Mereka pun pergi ke ruang kerjanya Julian. Mereka sangat penasaran isi dari flashdisk itu.
***
Di rumah sakit, anggota keluarga Smith telah berkumpul. Mereka menatap khawatir Darren yang saat ini tengah terbaring di atas tempat tidur dengan selang canula menempel di hidung mancungnya dan infus yang tertancap di tangan kirinya.
Darren dirawat di rumah sakit dikarenakan kondisinya tiba-tiba down. Darren teringat dengan kejadian dimana ibu dan tantenya diserang sehingga berakhir Darren yang menyalahkan dirinya karena tidak datang tepat waktu untuk menyelamatkan ibu dan tantenya itu.
Bukan itu saja, Darren juga teringat kejadian dimana dirinya dimaki, dihina, dipukul hingga berakhir dirinya diusir dari keluarga Austin. Bahkan Ayah dan kelima kakak-kakaknya sudah tidak ingin lagi punya hubungan dengannya.
Afnan yang saat ini tengah duduk di kursi di samping tempat tidur adiknya. Tangannya menggenggam erat tangan adiknya itu.
"Ren, kenapa jadi gini? Kamu kan sudah janji sama Kakak akan selalu baik-baik saja. Tapi ini apa? Kenapa kamu sampai masuk ke rumah sakit lagi?"
"Ini yang Papa takutkan. Papa dari awal tidak setuju dan melarang Darren untuk pergi kesana," ujar Robert.
"Iya, Pa! Aku tahu. Aku awalnya juga tidak setuju. Tapikan Papa tahu sendiri bagaimana sifat Darren. Bahkan kita semua tidak ada yang berani dan lidah kita terasa berat untuk mengatakan kata 'tidak' jika sudah berurusan dengan Darren."
"Om Erland benar. Kalau kita sudah berurusan dengan Darren, apalagi kalau Darren sudah meminta sesuatu dari kita. Kita semua tidak bisa menolaknya. Seberapa kerasnya kita menolaknya. Ujung-ujungnya kita tetap menurutinya." Theo berbicara sambil mengelus rambut Darren sayang.
Mereka semua tersenyum menatap wajah tampan Darren. Di dalam hati mereka masing-masing membenarkan perkataan dari Erland dan Theo. Mereka semua terlalu sayang dengan Darren sehingga mereka tidak bisa menolak apa yang diinginkan oleh Darren.
"Ini semua gara-gara keluarga brengsek itu. Jika mereka tidak membuat ulah saat melihat Darren. Mungkin Darren tidak akan seperti ini," ucap Nuria.
"Kakak Nuria benar. Ini semua salah keluarga tidak tahu diri itu," sela Marco.
Saskia melangkah mendekati ranjang adik bungsunya. Setelah berada di samping ranjang adik bungsunya itu, Saskia membelai lembut rambut adiknya itu dan tak lupa mengecup keningnya.
"Darren bahkan sudah membeberkan statusnya dengan kelima kakak-kakaknya," sahut Saskia.
"Apa?"
Mendengar penuturan dari Saskia, mereka semua terkejut. Mereka tidak menyangka jika Saskia akan memberitahu status hubungannya dengan kelima kakaknya dari keluarga Austin.
"Apa itu benar, sayang?" tanya Clara.
"Benar tante. Awal aku takut kalau Darren sampai memberitahu bahwa dia adalah cucu dari keluarga Smith. Tapi untungnya Darren tidak memberitahu keluarga itu." Saskia menjawab pertanyaan dari tantenya dengan tangannya yang masih bermain-main di rambut adiknya.
"Apa saja yang disampaikan oleh Darren kepada keluarga itu, Kak Saskia?" tanya Marco.
"Tidak banyak. Darren hanya mengungkapkan statusnya dengan kelima kakak-kakaknya di keluarga Austin. Darren mengatakan bahwa Mama bukan Mama kandung mereka. Darren juga mengatakan bahwa Mama kandung mereka pergi meninggalkan mereka bersama laki-laki lain. Bahkan Darren juga mengatakan kepada seluruh anggota keluarga Austin kalau bukan Mama yang membantu keluarga mereka, terutama Perusahaan. Mereka sudah dipastikan akan kehilangan Perusahaan."
"Ketika Darren mengatakan semua itu di depan anggota keluarga Austin. Darren benar-benar sudah sangat membenci mereka. Tidak ada rasa hormat, rasa sayang dan tidak rasa empati sedikit pun. Dari tatapan matanya saja terlihat begitu mengerikan. Darren menatap anggota keluarga Austin dengan tatapan yang begitu menakutkan." Lory ikut bersuara.
Lory menatap ayahnya. "Papa mau tahu apa yang dilakukan oleh Darren kepada Raka, kakak tertuanya dan juga Velly, kakak keempatnya dari keluarga Austin?" tanya Lory.
"Apa, sayang? Apa yang dilakukan oleh adikmu itu kepada mereka berdua?" tanya Erland.
"Raka hampir mati dicekik oleh Darren. Dan Velly, rambutny ditarik kuat oleh Darren sehingga Velly berteriak kesakitan sampai menangis." Lory menjawabnya dengan menatap wajah damai adik sepupunya.
"Baguslah. Biar mereka tahu rasa. Tidak selamanya orang akan selalu sabar setiap menerima perlakuan buruk. Tidak selamanya orang diam itu takut. Dan tidak selamanya apa yang kita lihat dan yang kita dengar itu selalu benar." Devano tersenyum bangga menatap wajah tampan Darren.
Mereka semua tersenyum ketika mengetahui ada perlawanan dari Darren untuk keluarga Austin, walau berujung Darren yang tersakiti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments