Darren menatap wajah Ataya. Ada sedikit kesal tersimpan di hatinya akan sikap Ataya.
"Kenapa kau diam saja saat diperlakukan buruk oleh mereka?" tanya Darren sembari membersihkan wajah Ataya yang kotor karena tepung.
Ataya tidak menjawab pertanyaan dari Darren. Dirinya tahu saat ini pasti Darren sangat kesal padanya.
"Kau itu jago bela diri, Ataya! Seharusnya kau pergunakan keahlianmu itu. Jangan berlagak jadi pecundang disini. Tunjukkan pada mereka semua bahwa kau itu bukan wanita lemah yang gampang ditindas."
Mendengar ucapan Darren yang ketus dan dingin sehingga membuat Ataya makin menundukkan kepalanya.
"Aku mengikuti keinginanmu untuk merahasiakan hubungan kita selama di Kampus. Tapi bukan berarti aku mengizinkanmu dan membiarkanmu menjadi korban bully di Kampus milikku ini, Ataya Parvez!"
Darren benar-benar marah ketika melihat keadaan Ataya. Dan tanpa sadar, Darren membentak Ataya.
"Ren." Chello menegur Darren saat Darren yang kelepasan membentak Ataya.
Darren yang menyadari kesalahannya, langsung menyesal akan sikapnya.
"Ataya. Maafkan aku. Aku tidak sengaja membentakmu. Aku seperti ini karena aku tidak ingin kau kenapa-kenapa. Aku ingin kau bisa jaga dirimu sendiri ketika tidak ada aku. Jika Papi, Mami, dan kedua kakakmu tahu masalah ini. Aku yakin mereka juga akan marah padamu."
"Hiks.. Maafkan aku Ren."
Darren membelai kepala Ataya. "Sudahlah. Jangan diulangi lagi, oke! Lain kali jika kau diganggu. Lawan mereka. Jangan biarkan mereka menyakitimu. Kau mengerti!"
"Baiklah. Aku janji."
"Aku akan pegang kata-katamu. Ini untuk yang pertama dan juga terakhir. Jika kau masih diam saja ketika mereka membullymu. Jika kau tidak membalas mereka. Maka aku yang akan turun tangan. Kau tahukan apa yang akan aku lakukan jika ada orang-orang terdekatku diusik?"
"Ya. Aku tahu."
"Bagus. Sekarang pergilah ke toilet dan bersihkan dirimu. Kau bawa baju gantikan?"
"Baiklah. Iya, aku membawanya."
Setelah itu, Ataya pun pergi meninggalkan Darren dan Chello.
Darren melihat kearah Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya yang juga melihat kearahnya. Darren menatap tajam mereka semua. Bahkan rasa bencinya makin bertambah pada mereka semua.
Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya yang melihat tatapan mata Darren sangat paham akan hal itu. Kesayangan mereka masih marah dan masih memendam kebencian terhadap mereka semua.
Setelah puas menatap Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya. Darren pun memutuskan untuk kembali ke kelas.
Baru beberapa langkah kakinya melangkah, tiba-tiba Darren menghentikan langkahnya karena mendengar suara seseorang yang memanggilnya.
"Darren," panggil Vito.
Darren berdiri di posisinya tanpa membalikkan badannya.
"Kenapa kau memanggilku?" tanya Darren dingin.
"Maafkan kakak. Maafkan Kakak yang sudah berlaku buruk padamu. Maafkan Kakak yang tidak mempercayaimu." Vito menangis ketika mengucapkan kata itu.
Darren seketika membalikkan badannya, lalu matanya menatap tajam kearah Vito. Darren tersenyum di sudut bibirnya.
"Apa? Kau bicara apa barusan? Maaf... kau meminta maaf kepadaku. Segampang itukah?! Setelah apa yang kau dan keluarga sampahmu itu lakukan kepadaku. Dengan mudahnya kau meminta maaf. Apa kau pikir aku ini tidak memiliki hati, hah?!" bentak Darren.
"Seperti yang pernah aku katakan padamu dan keluargamu yang tak berguna itu. Bahkan kepada kalian semua. Aku tidak akan pernah memberikan maaf untuk kalian. Aku sudah tidak sudi memiliki hubungan apapun dengan kalian. Bagiku kalian semua itu tidak layak untuk dimaafkan. Aku sudah bahagia dengan keadaanku yang sekarang ini bersama dengan orang-orang yang menyayangiku. Jadi, jangan coba-coba untuk menghancurkannya!"
"Darren. Kakak mohon. Maafkan Kakak, Papa, Nasya, Kak Raka dan Kak Satya. Pulanglah!" Velly menangis melihat kebencian adiknya.
"Cuih!" Darren membuang ludanya secara kasar.
Darren melangkah mendekati Velly. Setelah berdiri di hadapan mantan kakak perempuannya itu, seketika Darren meremat kuat rahang Velly sehingga membuat Velly meringis kesakitan disertai air mata yang jatuh membasahi pipinya.
"Apa aku tidak salah dengar, hum?! Kau barusan mengatakan Kakak, Papa. Hei, apa kau sadar nona Velly? Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi. Kau, keempat saudaramu dan manusia busuk itu bukan lagi keluargaku. Kalian sudah memilih dengan mempercayai omongan dan bukti dari orang itu dibandingkan aku. Jadi, terima saja semuanya. Tidak usah mengeluh dan buang saja itu yang namanya penyesalan."
"Dan satu lagi, kau sendiri yang mengusirku dari rumah neraka itu. Dan kau juga yang menyebutku 'pembunuh'." Darren berbicara dengan tatapan matanya menajam dan dengan menekan kata pembunuh.
Setelah mengatakan itu, Darren melepaskan tangannya dengan sedikit mendorong tubuh Velly sehingga membuat tubuh Velly terhuyung ke belakang.
Vito dan Nasya menangis ketika melihat apa yang dilakukan oleh Darren terhadap Velly.
"Darren," lirih Kiran.
Darren melihat kearah Kiran dan tatapannya berubah semakin tajam ketika melihat Kiran.
FLASHBACK ON
Keesokkan harinya di sekolah. menelusuri koridor sekolah untuk mencari keberadaan Kiran, sahabat masa kecilnya itu. Tak butuh lama. Darren berhasil menemukan keberadaan Kiran. Kiran sedang bersama dengan mantan kakaknya dan para sahabatnya.
"Kiran," panggil Darren.
Kiran yang merasa dipanggil langsung melihat kearah Darren. Begitu juga dengan yang lainnya. Detik kemudian, mereka semua menatap jijik Darren.
Darren melihat kearah Kiran. Darren berharap Kiran percaya padanya disaat semua orang tidak mempercayainya jika dirinya tidak salah.
PLAAKK!
Kiran langsung menampar Darren dengan sangat keras sehingga mengakibatkan luka di sudut bibirnya.
Mendapatkan tamparan keras dari Kiran membuat Darren sadar. Dunianya sudah hancur sekarang. Tidak ada lagi yang mempercayainya. Ketika semua orang tidak mempercayainya, Darren berharap Kiran mau mempercayainya.
Namun apa yang didapatkan oleh Darren. Justru Kiran juga tidak mempercayainya. Seketika air matanya meluncur begitu saja membasahi wajah tampannya.
"Kau benar-benar laki-laki brengsek, Darren! Kau tega mencelakai ibumu dan tantemu sendiri. Ibumu meninggal dan tante Amanda koma. Itu semua salahmu Darren. Kau pembunuh Darren! Aku jijik melihat wajahmu. Aku tidak ingin memiliki kekasih pembunuh sepertimu. Lebih baik kau pergi jauh-jauh dari hadapanku. Aku sudah tidak mau punya hubungan denganmu. Lagian aku sudah tidak mencintaimu dan aku sudah memiliki kekasih baru." Kiran menatap jijik Darren.
FLASHBACK OFF
Darren masih menatap tajam Kiran. "Kenapa? Apa kau ingin menjalin hubungan dengaku lagi, hum? Atau kau ingin mengatakan sesuatu padaku yang belum kau sampaikan semuanya saat itu?" tanya Darren dengan senyuman menyeringainya.
"Kau dengar aku baik-baik nona Kiran yang terhormat. Buang jauh-jauh keinginanmu untuk menjalin hubungan lagi denganku. Sampai kapanpun aku sudah tidak sudi menjalin hubungan dengan wanita hina, wanita menjijikkan dan wanita rendahan sepertimu. Apalagi menjadikanmu pendamping hidupku. Bukankah kau sendiri yang memutuskan hubungan ini dan memintaku untuk pergi menjauh dari kehidupanmu. Bahkan kau juga mengatakan padaku bahwa kau telah memiliki kekasih disaat kita masih berhubungan. Bukan begitu, nona Kiran? Apa kau berniat untuk mengkhianati kekasihmu itu hanya untuk kembali padaku, hum?" Darren menatap tajam dan jijik kearah Kiran.
"Sekarang dengarkan aku baik-baik. Dalam kamus hidupku, tidak ada istilah balikan atau menjalin hubungan kembali dengan sang mantan. Apalagi mantan tersebut sudah bekas orang lain. Seorang Darren tidak sudi memakai barang bekas."
Darren melangkah sedikit untuk bisa melihat wajah Kiran dari dekat. Melihat Darren yang mendekat membuat mereka semua termasuk Radika ketakutan. Mereka takut jika Darren akan menyakiti Kiran.
"Jadilah perempuan yang baik dan jangan menjadi wanita murahan. Kau mencintai kekasihmu ketika semuanya baik-baik saja. Tapi seketika cintamu hilang dan sikapmu berubah ketika kekasihmu mendapatkan masalah besar. Seperti aku. Kau lebih mempercayai ketiga manusia samp*h ini." Darren berucap sembari melirik sekilas kearah Vito, Velly dan Nasya.
"Jika saja saat itu kau lebih memilih percaya padaku. Maka hubungan kita akan baik-baik saja sampai sekarang. Tapi nyatanya kau sama saja dengan mereka semua!" bentak Darren.
Setelah itu, Darren melangkah mundur. Dirinya tidak ingin berlama-lama berdiri berdekatan dengan perempuan yang sudah tidak mempercayainya.
Mendengar ucapan demi ucapan dari Darren membuat Kiran terdiam tanpa berkata apapun. Memang benar apa yang dikatakan Darren. Disini dirinya lah yang bersalah. Dirinya tidak mempercayai Darren ketika dituduh telah mencelakai ibu dan tantenya.
Darren menatap remeh Kiran, Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya. "Sebuah hubungan harus didasari dengan sebuah kepercayaan. Baik itu dalam hubungan keluarga maupun dalam hubungan percintaan. Jika kepercayaan itu tidak ada. Maka hubungan itu akan hancur. Dan kalian sendiri yang telah menghancurkan hubungan tersebut dengan tidak mempercayaiku. Jadi terima saja hukumannya. Dan jangan mengusikku lagi."
Setelah mengatakan itu, Darren dan Chello pun pergi meninggalkan Vito, Velly, Nasya dan yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments