Kebencian Darren

Darren menatap wajah Ataya. Ada sedikit kesal tersimpan di hatinya akan sikap Ataya.

"Kenapa kau diam saja saat diperlakukan buruk oleh mereka?" tanya Darren sembari membersihkan wajah Ataya yang kotor karena tepung.

Ataya tidak menjawab pertanyaan dari Darren. Dirinya tahu saat ini pasti Darren sangat kesal padanya.

"Kau itu jago bela diri, Ataya! Seharusnya kau pergunakan keahlianmu itu. Jangan berlagak jadi pecundang disini. Tunjukkan pada mereka semua bahwa kau itu bukan wanita lemah yang gampang ditindas."

Mendengar ucapan Darren yang ketus dan dingin sehingga membuat Ataya makin menundukkan kepalanya.

"Aku mengikuti keinginanmu untuk merahasiakan hubungan kita selama di Kampus. Tapi bukan berarti aku mengizinkanmu dan membiarkanmu menjadi korban bully di Kampus milikku ini, Ataya Parvez!"

Darren benar-benar marah ketika melihat keadaan Ataya. Dan tanpa sadar, Darren membentak Ataya.

"Ren." Chello menegur Darren saat Darren yang kelepasan membentak Ataya.

Darren yang menyadari kesalahannya, langsung menyesal akan sikapnya.

"Ataya. Maafkan aku. Aku tidak sengaja membentakmu. Aku seperti ini karena aku tidak ingin kau kenapa-kenapa. Aku ingin kau bisa jaga dirimu sendiri ketika tidak ada aku. Jika Papi, Mami, dan kedua kakakmu tahu masalah ini. Aku yakin mereka juga akan marah padamu."

"Hiks.. Maafkan aku Ren."

Darren membelai kepala Ataya. "Sudahlah. Jangan diulangi lagi, oke! Lain kali jika kau diganggu. Lawan mereka. Jangan biarkan mereka menyakitimu. Kau mengerti!"

"Baiklah. Aku janji."

"Aku akan pegang kata-katamu. Ini untuk yang pertama dan juga terakhir. Jika kau masih diam saja ketika mereka membullymu. Jika kau tidak membalas mereka. Maka aku yang akan turun tangan. Kau tahukan apa yang akan aku lakukan jika ada orang-orang terdekatku diusik?"

"Ya. Aku tahu."

"Bagus. Sekarang pergilah ke toilet dan bersihkan dirimu. Kau bawa baju gantikan?"

"Baiklah. Iya, aku membawanya."

Setelah itu, Ataya pun pergi meninggalkan Darren dan Chello.

Darren melihat kearah Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya yang juga melihat kearahnya. Darren menatap tajam mereka semua. Bahkan rasa bencinya makin bertambah pada mereka semua.

Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya yang melihat tatapan mata Darren sangat paham akan hal itu. Kesayangan mereka masih marah dan masih memendam kebencian terhadap mereka semua.

Setelah puas menatap Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya. Darren pun memutuskan untuk kembali ke kelas.

Baru beberapa langkah kakinya melangkah, tiba-tiba Darren menghentikan langkahnya karena mendengar suara seseorang yang memanggilnya.

"Darren," panggil Vito.

Darren berdiri di posisinya tanpa membalikkan badannya.

"Kenapa kau memanggilku?" tanya Darren dingin.

"Maafkan kakak. Maafkan Kakak yang sudah berlaku buruk padamu. Maafkan Kakak yang tidak mempercayaimu." Vito menangis ketika mengucapkan kata itu.

Darren seketika membalikkan badannya, lalu matanya menatap tajam kearah Vito. Darren tersenyum di sudut bibirnya.

"Apa? Kau bicara apa barusan? Maaf... kau meminta maaf kepadaku. Segampang itukah?! Setelah apa yang kau dan keluarga sampahmu itu lakukan kepadaku. Dengan mudahnya kau meminta maaf. Apa kau pikir aku ini tidak memiliki hati, hah?!" bentak Darren.

"Seperti yang pernah aku katakan padamu dan keluargamu yang tak berguna itu. Bahkan kepada kalian semua. Aku tidak akan pernah memberikan maaf untuk kalian. Aku sudah tidak sudi memiliki hubungan apapun dengan kalian. Bagiku kalian semua itu tidak layak untuk dimaafkan. Aku sudah bahagia dengan keadaanku yang sekarang ini bersama dengan orang-orang yang menyayangiku. Jadi, jangan coba-coba untuk menghancurkannya!"

"Darren. Kakak mohon. Maafkan Kakak, Papa, Nasya, Kak Raka dan Kak Satya. Pulanglah!" Velly menangis melihat kebencian adiknya.

"Cuih!" Darren membuang ludanya secara kasar.

Darren melangkah mendekati Velly. Setelah berdiri di hadapan mantan kakak perempuannya itu, seketika Darren meremat kuat rahang Velly sehingga membuat Velly meringis kesakitan disertai air mata yang jatuh membasahi pipinya.

"Apa aku tidak salah dengar, hum?! Kau barusan mengatakan Kakak, Papa. Hei, apa kau sadar nona Velly? Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi. Kau, keempat saudaramu dan manusia busuk itu bukan lagi keluargaku. Kalian sudah memilih dengan mempercayai omongan dan bukti dari orang itu dibandingkan aku. Jadi, terima saja semuanya. Tidak usah mengeluh dan buang saja itu yang namanya penyesalan."

"Dan satu lagi, kau sendiri yang mengusirku dari rumah neraka itu. Dan kau juga yang menyebutku 'pembunuh'." Darren berbicara dengan tatapan matanya menajam dan dengan menekan kata pembunuh.

Setelah mengatakan itu, Darren melepaskan tangannya dengan sedikit mendorong tubuh Velly sehingga membuat tubuh Velly terhuyung ke belakang.

Vito dan Nasya menangis ketika melihat apa yang dilakukan oleh Darren terhadap Velly.

"Darren," lirih Kiran.

Darren melihat kearah Kiran dan tatapannya berubah semakin tajam ketika melihat Kiran.

FLASHBACK ON

Keesokkan harinya di sekolah. menelusuri koridor sekolah untuk mencari keberadaan Kiran, sahabat masa kecilnya itu. Tak butuh lama. Darren berhasil menemukan keberadaan Kiran. Kiran sedang bersama dengan mantan kakaknya dan para sahabatnya.

"Kiran," panggil Darren.

Kiran yang merasa dipanggil langsung melihat kearah Darren. Begitu juga dengan yang lainnya. Detik kemudian, mereka semua menatap jijik Darren.

Darren melihat kearah Kiran. Darren berharap Kiran percaya padanya disaat semua orang tidak mempercayainya jika dirinya tidak salah.

PLAAKK!

Kiran langsung menampar Darren dengan sangat keras sehingga mengakibatkan luka di sudut bibirnya.

Mendapatkan tamparan keras dari Kiran membuat Darren sadar. Dunianya sudah hancur sekarang. Tidak ada lagi yang mempercayainya. Ketika semua orang tidak mempercayainya, Darren berharap Kiran mau mempercayainya.

Namun apa yang didapatkan oleh Darren. Justru Kiran juga tidak mempercayainya. Seketika air matanya meluncur begitu saja membasahi wajah tampannya.

"Kau benar-benar laki-laki brengsek, Darren! Kau tega mencelakai ibumu dan tantemu sendiri. Ibumu meninggal dan tante Amanda koma. Itu semua salahmu Darren. Kau pembunuh Darren! Aku jijik melihat wajahmu. Aku tidak ingin memiliki kekasih pembunuh sepertimu. Lebih baik kau pergi jauh-jauh dari hadapanku. Aku sudah tidak mau punya hubungan denganmu. Lagian aku sudah tidak mencintaimu dan aku sudah memiliki kekasih baru." Kiran menatap jijik Darren.

FLASHBACK OFF

Darren masih menatap tajam Kiran. "Kenapa? Apa kau ingin menjalin hubungan dengaku lagi, hum? Atau kau ingin mengatakan sesuatu padaku yang belum kau sampaikan semuanya saat itu?" tanya Darren dengan senyuman menyeringainya.

"Kau dengar aku baik-baik nona Kiran yang terhormat. Buang jauh-jauh keinginanmu untuk menjalin hubungan lagi denganku. Sampai kapanpun aku sudah tidak sudi menjalin hubungan dengan wanita hina, wanita menjijikkan dan wanita rendahan sepertimu. Apalagi menjadikanmu pendamping hidupku. Bukankah kau sendiri yang memutuskan hubungan ini dan memintaku untuk pergi menjauh dari kehidupanmu. Bahkan kau juga mengatakan padaku bahwa kau telah memiliki kekasih disaat kita masih berhubungan. Bukan begitu, nona Kiran? Apa kau berniat untuk mengkhianati kekasihmu itu hanya untuk kembali padaku, hum?" Darren menatap tajam dan jijik kearah Kiran.

"Sekarang dengarkan aku baik-baik. Dalam kamus hidupku, tidak ada istilah balikan atau menjalin hubungan kembali dengan sang mantan. Apalagi mantan tersebut sudah bekas orang lain. Seorang Darren tidak sudi memakai barang bekas."

Darren melangkah sedikit untuk bisa melihat wajah Kiran dari dekat. Melihat Darren yang mendekat membuat mereka semua termasuk Radika ketakutan. Mereka takut jika Darren akan menyakiti Kiran.

"Jadilah perempuan yang baik dan jangan menjadi wanita murahan. Kau mencintai kekasihmu ketika semuanya baik-baik saja. Tapi seketika cintamu hilang dan sikapmu berubah ketika kekasihmu mendapatkan masalah besar. Seperti aku. Kau lebih mempercayai ketiga manusia samp*h ini." Darren berucap sembari melirik sekilas kearah Vito, Velly dan Nasya.

"Jika saja saat itu kau lebih memilih percaya padaku. Maka hubungan kita akan baik-baik saja sampai sekarang. Tapi nyatanya kau sama saja dengan mereka semua!" bentak Darren.

Setelah itu, Darren melangkah mundur. Dirinya tidak ingin berlama-lama berdiri berdekatan dengan perempuan yang sudah tidak mempercayainya.

Mendengar ucapan demi ucapan dari Darren membuat Kiran terdiam tanpa berkata apapun. Memang benar apa yang dikatakan Darren. Disini dirinya lah yang bersalah. Dirinya tidak mempercayai Darren ketika dituduh telah mencelakai ibu dan tantenya.

Darren menatap remeh Kiran, Vito, Velly, Nasya dan para sahabatnya. "Sebuah hubungan harus didasari dengan sebuah kepercayaan. Baik itu dalam hubungan keluarga maupun dalam hubungan percintaan. Jika kepercayaan itu tidak ada. Maka hubungan itu akan hancur. Dan kalian sendiri yang telah menghancurkan hubungan tersebut dengan tidak mempercayaiku. Jadi terima saja hukumannya. Dan jangan mengusikku lagi."

Setelah mengatakan itu, Darren dan Chello pun pergi meninggalkan Vito, Velly, Nasya dan yang lainnya.

Episodes
1 Kerinduan Darren
2 Kebahagiaan Keluarga Smith
3 Darren Dan Lory
4 Kepergian Amanda
5 Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6 Kedatangan Darren
7 Amarah Darren
8 Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9 Flashback
10 Kesedihan Keluarga Smith
11 Mulai Menyadari
12 Sebuah Kebenaran
13 Mencurigai
14 Kilasan Kejadian
15 Kilasan Kejadian 2
16 Penyesalan
17 Kemarahan Darren
18 Kebencian Darren
19 Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20 Senyuman Licik Darren
21 Bertemu Mantan Ayah
22 Menunggu Waktu Penyerangan
23 Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24 Merencanakan Penyerangan
25 Diego Divo Virera GAME OVER
26 Kebersamaan Darren Dan Ataya
27 Rencana Licik Darren
28 Keromantisan Darren Dan Ataya
29 Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30 Kemarahan Tuan Jecolyn
31 Keterkejutan Darren
32 Keinginan Darren
33 Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34 Tewasnya Aron
35 Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36 Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37 Ketakutan Keluarga Austin
38 Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39 Niat Buruk Veronika
40 Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41 Rencana Yang Dijalankan
42 Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43 Berkorban
44 Perasaan Lega
45 Penyerangan Kediaman Parvez
46 Kesedihan Yang Mendalam
47 Selamat Jalan Ataya
48 Emosi Darren Yang Meluap
49 Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50 Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51 Berjuang Untuk Meminta Maaf
52 Kedatangan Keluarga Austin
53 Rasa Sakit Darren
54 Memulai Permainan
55 Permainan Pertama Dimulai
56 Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57 Makan Malam Bersama
58 Menyusun Rencana
59 Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60 Meninggalnya Victoria
61 Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62 Perkataan Mengandung Arti
63 Merencanakan Penyerangan
64 Tatapan Kerinduan
65 Memulai Penyerangan
66 Penyerangan Markas Al Capone
67 Penyerangan Keluarga Roberto
68 Satu Fakta Terungkap
69 Terbongkar
70 Mengakhiri Sandiwara
71 Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72 Tak Sengaja Mendengar
73 Menyelesaikan Balas Dendam
74 Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75 Permintaan Maaf Kiran
76 Permintaan Maaf Kiran 2
77 Merencanakan Pembalasan
78 Menceritakan Kondisi Darren
79 Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80 Janji Velly Dan Nasya
81 Gangguan Dari Kelompok Almoz
82 Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83 Pembicaraan Ayah Dan Anak
84 Memulai Penyerangan
85 Penyerangan Beruntun
86 Menyiapkan Sebuah Berkas
87 Kedatangan Marissa Dan Arnold
88 Kekalahan Mutlak
89 Kemenangan Darren
90 Jatuh Pingsan
91 Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92 Perang Mulut
93 Kekesalan Darren Dan Arinda
94 Presdir Baru Perusahaan AYJ
95 Kehangatan Keluarga Smith
96 Kembali Menjalin Kerja Sama
97 Menyelesaikan Balas Dendam 2
98 Keluarnya Andara Dari Penjara
99 Kembali Menghadapi Lawan
100 Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101 Tewasnya Andara
102 Kemenangan
103 Kasih Sayang Dan Kepedulian
104 Terlambat Bangun
105 Kebersamaan
106 Siapa Dia?
107 Ibu Itu Mirip Mama
108 Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109 Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110 Kedatangan Clarissa
111 Tiga Tamu Tak Diundang
112 Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113 Isak Tangis Darren
114 Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115 Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116 Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117 Menceritakan Kejadian Di Kampus
118 Rasa Bersalah Arinda
119 Kejahilan Darren
120 Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121 Permintaan Maaf Arinda
122 Terungkap Status Arinda
123 Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124 Keusilan Darren
125 Keterkejutan Keluarga Parvez
126 Kejahilan Para Kakak Sepupu
127 Kesalahpahaman
128 Darren Dan Afnan
129 Kerinduan Keluarga Parvez
130 Gadis Tak Tahu Malu
131 Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132 Kesedihan Clarissa
133 Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134 Kabar Mengejutkan
135 Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136 Dalang
137 Merencanakan Pembalasan
138 Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139 Kekhawatiran Darren
140 Kabar Dari Maminya Ataya
141 Berbagi Cerita
142 Mendapatkan Petunjuk
143 Air Mata Arinda
144 Berhasil Menyelamatkan Arinda
145 Mencari Pengganti Ataya
146 Bonus
147 Masih Menutup Diri
148 Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149 Penolakan Darren Akan Prisa
150 Kemarahan Rivo
151 Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152 Amarah Dan Dendam Faza
153 Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154 Keberhasilan Para Tangan Kanan
155 Membahas Rencana Balas Dendam
156 Telepon Dari Faza
157 Tangisan Kebahagiaan Harley
158 Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159 Telepon Dari Arinda
160 Bab 160
161 Pembalasan Faza
162 Kehancuran Keluarga Bader
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bertanya Tentang Prisa
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bukti Pengkhianatan
171 Bab 171
172 Telepon Dari Rektor
173 Bab 173
174 Keterkejutan Ardiansyah
175 Menyelesaikan Hukuman
176 Keributan
177 Keterkejutan Andro Dan Amel
178 Kekecewaan Tamara
179 Telepon Dari Maxi
180 Ucapan Dan Sumpah Arinda
181 Bab 181
182 Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183 Bab 183
184 Kemarahan Nando Terhadap Salma
185 Kiriman Video Dari Maxi
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Kerinduan Darren
2
Kebahagiaan Keluarga Smith
3
Darren Dan Lory
4
Kepergian Amanda
5
Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6
Kedatangan Darren
7
Amarah Darren
8
Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9
Flashback
10
Kesedihan Keluarga Smith
11
Mulai Menyadari
12
Sebuah Kebenaran
13
Mencurigai
14
Kilasan Kejadian
15
Kilasan Kejadian 2
16
Penyesalan
17
Kemarahan Darren
18
Kebencian Darren
19
Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20
Senyuman Licik Darren
21
Bertemu Mantan Ayah
22
Menunggu Waktu Penyerangan
23
Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24
Merencanakan Penyerangan
25
Diego Divo Virera GAME OVER
26
Kebersamaan Darren Dan Ataya
27
Rencana Licik Darren
28
Keromantisan Darren Dan Ataya
29
Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30
Kemarahan Tuan Jecolyn
31
Keterkejutan Darren
32
Keinginan Darren
33
Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34
Tewasnya Aron
35
Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36
Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37
Ketakutan Keluarga Austin
38
Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39
Niat Buruk Veronika
40
Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41
Rencana Yang Dijalankan
42
Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43
Berkorban
44
Perasaan Lega
45
Penyerangan Kediaman Parvez
46
Kesedihan Yang Mendalam
47
Selamat Jalan Ataya
48
Emosi Darren Yang Meluap
49
Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50
Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51
Berjuang Untuk Meminta Maaf
52
Kedatangan Keluarga Austin
53
Rasa Sakit Darren
54
Memulai Permainan
55
Permainan Pertama Dimulai
56
Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57
Makan Malam Bersama
58
Menyusun Rencana
59
Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60
Meninggalnya Victoria
61
Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62
Perkataan Mengandung Arti
63
Merencanakan Penyerangan
64
Tatapan Kerinduan
65
Memulai Penyerangan
66
Penyerangan Markas Al Capone
67
Penyerangan Keluarga Roberto
68
Satu Fakta Terungkap
69
Terbongkar
70
Mengakhiri Sandiwara
71
Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72
Tak Sengaja Mendengar
73
Menyelesaikan Balas Dendam
74
Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75
Permintaan Maaf Kiran
76
Permintaan Maaf Kiran 2
77
Merencanakan Pembalasan
78
Menceritakan Kondisi Darren
79
Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80
Janji Velly Dan Nasya
81
Gangguan Dari Kelompok Almoz
82
Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83
Pembicaraan Ayah Dan Anak
84
Memulai Penyerangan
85
Penyerangan Beruntun
86
Menyiapkan Sebuah Berkas
87
Kedatangan Marissa Dan Arnold
88
Kekalahan Mutlak
89
Kemenangan Darren
90
Jatuh Pingsan
91
Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92
Perang Mulut
93
Kekesalan Darren Dan Arinda
94
Presdir Baru Perusahaan AYJ
95
Kehangatan Keluarga Smith
96
Kembali Menjalin Kerja Sama
97
Menyelesaikan Balas Dendam 2
98
Keluarnya Andara Dari Penjara
99
Kembali Menghadapi Lawan
100
Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101
Tewasnya Andara
102
Kemenangan
103
Kasih Sayang Dan Kepedulian
104
Terlambat Bangun
105
Kebersamaan
106
Siapa Dia?
107
Ibu Itu Mirip Mama
108
Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109
Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110
Kedatangan Clarissa
111
Tiga Tamu Tak Diundang
112
Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113
Isak Tangis Darren
114
Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115
Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116
Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117
Menceritakan Kejadian Di Kampus
118
Rasa Bersalah Arinda
119
Kejahilan Darren
120
Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121
Permintaan Maaf Arinda
122
Terungkap Status Arinda
123
Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124
Keusilan Darren
125
Keterkejutan Keluarga Parvez
126
Kejahilan Para Kakak Sepupu
127
Kesalahpahaman
128
Darren Dan Afnan
129
Kerinduan Keluarga Parvez
130
Gadis Tak Tahu Malu
131
Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132
Kesedihan Clarissa
133
Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134
Kabar Mengejutkan
135
Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136
Dalang
137
Merencanakan Pembalasan
138
Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139
Kekhawatiran Darren
140
Kabar Dari Maminya Ataya
141
Berbagi Cerita
142
Mendapatkan Petunjuk
143
Air Mata Arinda
144
Berhasil Menyelamatkan Arinda
145
Mencari Pengganti Ataya
146
Bonus
147
Masih Menutup Diri
148
Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149
Penolakan Darren Akan Prisa
150
Kemarahan Rivo
151
Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152
Amarah Dan Dendam Faza
153
Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154
Keberhasilan Para Tangan Kanan
155
Membahas Rencana Balas Dendam
156
Telepon Dari Faza
157
Tangisan Kebahagiaan Harley
158
Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159
Telepon Dari Arinda
160
Bab 160
161
Pembalasan Faza
162
Kehancuran Keluarga Bader
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bertanya Tentang Prisa
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bukti Pengkhianatan
171
Bab 171
172
Telepon Dari Rektor
173
Bab 173
174
Keterkejutan Ardiansyah
175
Menyelesaikan Hukuman
176
Keributan
177
Keterkejutan Andro Dan Amel
178
Kekecewaan Tamara
179
Telepon Dari Maxi
180
Ucapan Dan Sumpah Arinda
181
Bab 181
182
Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183
Bab 183
184
Kemarahan Nando Terhadap Salma
185
Kiriman Video Dari Maxi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!