Felix menatap satu persatu wajah kelima putra dan putrinya. Dirinya sudah berlinang air mata ketika mendengar rentetan pertanyaan dari kelima anak-anaknya itu.
"Apa yang dikatakan Darren benar. Kalian beda ibu. Mama Clarissa bukanlah Mama kandung kalian. Mama kandung kalian pergi dengan selingkuhannya karena selingkuhannya lebih kaya dibandingkan Papa. Mama kalian lebih memilih selingkuhannya dari pada bertahan dengan Papa yang kala itu sedang dapat masalah. Perusahaan Papa terancam bangkrut. Tidak ada yang mau menyuntikkan dana ke Perusahaan Papa. Dan pada akhirnya Tuhan mempertemukan Papa dengan Clarissa."
Felix berhenti sejenak karena merasakan sesak di dadanya ketika mengingat momen-momen kebersamaan dirinya dengan Clarissa.
"Clarissa adalah sahabat Papa sekaligus cinta pertama Papa. Papa dan Clarissa sudah bersahabat sejak duduk dibangku SMP sampai dibangku kuliah. Selama Papa bersahabat dengan Clarissa. Papa menganggap Clarissa sebagai kekasih Papa bukan sebagai sahabat."
"Apa tante Clarissa tahu jika om Felix sangat mencintainya?" tanya Jerry.
"Tidak. Clarissa tidak tahu kalau om mencintainya. Om tidak pernah memberitahunya."
"Kenapa om tidak memberitahu tante Clarissa?" tanya Michel.
"Om terlalu takut untuk mengakuinya. Om tidak mau persahabatan om dengan Clarissa hancur. Om tidak mau Clarissa pergi meninggalkan om hanya karena rasa cinta om padanya."
"Om kan belum mencobanya. Kenapa om bisa berpikiran seperti itu?" ucap dan tanya Dara.
"Lalu apa yang terjadi, Kak?" tanya Rafael.
"Kakak berusaha melupakan rasa cinta kakak kepada Clarissa dan hanya menganggap Clarissa sebagai sahabat. Kakak berusaha membuka hati untuk perempuan lain. Dan perempuan itu tak lain adalah Marissa, ibu dari anak-anak Kakak."
Felix menangis. Air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya.
"Bagaimana sikap perempuan itu selama menikah dengan Papa?" tanya Raka.
Raka bertanya kepada ayahnya tanpa menyebut kata 'Mama' untuk ibu kandungnya.
"Awal pernikahan Marissa menunjukkan sikap yang sangat baik, sikap setianya dan juga perhatiannya. Dia selalu ada untuk Papa. Tapi semua itu hanya kebohongan saja. Marissa tidak benar-benar mencintai Papa. Terbukti ketika Papa tidak bisa lagi memberikan apa yang dia inginkan. Bahkan Papa melarang dan menyuruhnya untuk berhemat. Tapi Marissa tidak mendengarnya. Marissa tetap terus berfoya-foya. Dan diam-diam Papa menyuruh orang kepercayaan Papa untuk mengawasi Marissa. Alhasilnya, Papa mengetahui bahwa selama ini Mama kalian bermain di belakang Papa."
Mendengar cerita dari ayahnya membuat Raka, Satya, Vito, Velly dan Nasya menangis. Mereka tidak tega melihat ayahnya menangis. Bahkan di dalam hati mereka masing-masing mengutuk dan menyumpahi ibu kandungnya.
"Apa perempuan itu mengurus kami dengan baik?" tanya Velly.
Mendengar pertanyaan dari Velly. Felix menatap wajah cantik putrinya itu.
"Awalnya, iya! Mama kalian mengurus kalian dengan baik. Setelah itu tidak lagi. Marissa mengabaikan kalian. Marissa tidak peduli lagi dengan kalian. Sekali pun kalian dalam keadaan sakit. Bahkan saat Nasya demam tinggi. Marissa lebih memilih untuk pergi bersenang-senang dari pada merawat Nasya."
Seketika Nasya menangis ketika mengetahui fakta bahwa ibu kandungnya tak menjaganya ketika dirinya sakit.
"Lalu apa yang terjadi ketika Kak Felix bertemu dengan Kak Clarissa?" tanya Andara.
"Intinya saat pertemuan ketiga. Kakak memberanikan diri untuk mengatakan yang sebenarnya tentang perasaan Kakak padanya. Diluar dugaan. Ternyata Clarissa juga memiliki perasaan yang sama seperti Kakak."
"Jadi maksud Kakak kalau Kak Clarissa juga mencintai Kakak?" tanya Rafael.
"Iya, Rafael." Felix menjawab pertanyaan dari adiknya.
"Tuh kan. Om sih!" seru Michel.
"Coba saat itu om jujur aja sama tante Clarissa. Kan om gak kayak gini jadinya," ucap Dara sembari menatap kecewa Felix.
"Dari pertemuan itulah hubungan Papa dan Clarissa menjadi makin dekat. Papa bercerita tentang keluarga Papa kepada Clarissa.Begitu juga dengan Clarissa. Clarissa telah menikah dan memiliki empat orang anak dari pernikahannya. Suaminya meninggal karena sakit. Papa belum menceritakan tentang Perusahaan Papa. Namun, Clarissa sudah terlebih dahulu mengetahui masalah yang menimpa Perusahaan Papa. Tanpa berpikir dua kali, Clarissa memberikan suntikan dana yang lumayan besar. Bahkan Clarissa menanamkan saham sebesar 50 persen dengan alasan agar tidak adalah lagi yang berusaha untuk menjatuhkan Perusahaan Papa. Clarissa mengatakan pada Papa bahwa ada yang ingin menghancurkan Perusahaan Papa. Terbukti dengan Perusahaan Papa yang terancam bangkrut. Itu ulah dari salah satu saingan bisnis Papa."
"Apa om Felix pernah bertemu dengan keempat anak-anaknya tante Clarissa?" tanya Jerry.
"Tidak. Om tidak pernah sekali pun bertemu dengan keempat anak-anaknya Clarissa. Setiap om ingin mengajak atau meminta Clarissa untuk membawa anak-anaknya ke rumah ini. Clarissa memiliki seribu satu alasan menolaknya."
Ketika mereka tengah membahas tentang Clarissa dan keempat anak-anaknya, tiba-tiba Julian dan ketiga anak-anaknya datang.
"Maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu santai kalian semua." Julian berbicara dengan suara ketus dan wajah dinginnya.
Mendengar suara Julian. Felix dan yang lainnya terkejut. Mereka semua mengalihkan perhatiannya untuk melihat kearah Julian dan ketiga anak-anaknya.
"Julian," ucap Victoria tersenyum ketika melihat menantu dan ketiga cucu-cucunya datang.
"Julian," ucap Felix dan Rafael bersamaan.
"Om Julian," ucap Raka dan adik-adiknya, Dara dan adik-adiknya.
Victoria beranjak dari duduknya dan melangkah menghampiri ketiga cucu-cucunya. Namun, langkah seketika terhenti kala mendengar perkataan Merryn.
"Nenek disitu saja. Tidak perlu memeluk kami. Kami tidak butuh pelukan Nenek. "
Sontak Victoria menangis ketika mendengar perkataan dari cucunya. Di dalam hatinya, Victoria tidak menyangka jika cucunya akan berbicara seperti. Bahkan cucunya menolak untuk dipeluk olehnya.
Begitu juga dengan Felix, Rafael, Andara dan anak-anaknya. Mereka terkejut kala mendengar perkataan dari Merryn.
Julian dan ketiga anak-anaknya sudah duduk di sofa. Mereka memperlihatkan wajah dingin dan datar kepada penghuni keluarga Austin.
"Maksud kedatanganku bersama ketiga anak-anakku hanya ingin memperlihatkan sesuatu kepada kalian." Julian menatap wajah Felix dan keponakan-keponakannya dengan tatapan dingin.
"Ini. Kalian lihatlah agar kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui selama ini." Julian berbicara sambil meletakkan sebuah vcd di atas meja. Mereka semua menatap vcd yang ada di atas meja
"VCD apa itu, om?" tanya Satya.
"Kalian punya mata, punya telinga dan punya tangan. Ambil dan lihat sendiri," sahut Merry ketus.
"Setelah itu, nanti kalian akan tahu apa isinya," ucap Adnan.
Raka mengambil VCD itu, lalu kakinya melangkah menuju rak tv. Setiba di rak tv, Raka pun Langsung memutar VCD itu.
Mereka yang ada di sofa memperhatikan secara seksama ke layar tv .
Beberapa menit mereka menyaksikan video seketika mereka semua menangis. Mereka menangis ketika melihat mobil yang ditumpangi Clarissa dan Amanda yang dikejar oleh beberapa mobil di belakang. Ditambah lagi suara-suara tembakan yang mengarah ke mobil yang ditumpangi Clarissa dan Amanda.
Mereka menangis ketika melihat Clarissa yang tergeletak tak sadarkan diri dan Amanda yang terikan di kursi.
Mereka makin menangis kencang dan air mata mereka makin deras keluar membasahi wajah mereka masing-masing ketika melihat bagaimana marahnya Darren ketika melihat Clarissa dan Amanda dilukai. Mereka melihat bagaimana Darren yang membunuh dengan sadisnya pemimpin dari kelompok yang sudah melukai Clarissa dan Amanda. Bahkan mereka juga melihat dan mendengar tangisan Darren ketika memeluk tubuh Clarissa.
"Da-darren... Hiks... Sayang," isak Felix seketika.
"Hiks... Da-darren," isak Raka, Satya, Vito, Velly dan Nasya.
"Cucuku," lirih Victoria.
"Darren," lirih Dara, Jerry dan Michel.
"Maafkan Paman, Darren!" batin Rafael.
Sementara Julian, Andra, Adnan dan Merryn tersenyum di sudut bibir mereka masing-masing.
"Kalian sudah melihatnya bukan? tanya Andra.
"Jadi berhentilah menyebut Darren pembunuh," ucap Adnan dengan nada ketus.
"Bersiap-siaplah untuk meratapi penyesalan kalian," ucap Merryn.
Setelah selesai dengan urusannya. Julian dan ketiga anak-anaknya pun memutuskan untuk pergi. Mereka tidak ingin berlama-lama berada di kediaman Austin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments