Darren Dan Lory

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sesuai apa yang dikatakan oleh Erland bahwa nanti malam akan ada acara pesta Barbeque. Dan disini lah mereka semua. Di halaman belakang rumah sedang berpesta Barbeque.

"Ren," panggil Robert.

"Iya, Opa."

"Apa rencanamu untuk besok?"

"Eemm, yang jelas hal pertama yang akan aku lakukan besok adalah pergi kuliah. Itu sangat penting sekali, Opa. Setelah dari Kampus baru aku ke Perusahaan."

Mendengar jawaban dari Darren. Mereka semua tersenyum. Mereka tahujika Darren menomorsatukan pendidikannya.

"Opa bangga padamu, sayang."

"Terima kasih, Opa."

"Oh, iya. Darren." kini Erland yang memanggilnya.

"Iya, Om."

"Begini. Afnan dan Naura sudah tinggal di sebuah Apartemen yang tak jauh dari Kampus. Hanya butuh satu setengah jam dari Apartemen menuju Kampus. Darren mau tinggal dimana? Jika tinggal disini. Om takut kamu akan telat nantinya ke Kampus. Dan Om juga tidak mau kamu bangun terlalu pagi hanya untuk biar tidak kesiangan sampai di Kampus." Erland berbicara sambil menatap wajah tampan keponakannya.

Darren menatap satu persatu wajah anggota keluarganya. Dirinya tidak tahu bagaimana cara menyampaikan keinginannya itu kepada anggota keluarganya.

Saskia yang melihat adiknya kebingungan dan juga ragu tersenyum, lalu Saskia menepuk pelan bahu adiknya itu sembari berkata, "Sudah, katakan saja. Mereka tidak akan keberatan kok. Kan Kakak sudah katakan saat Kakak menelponmu."

"Opa, Om, Tante. Boleh tidak aku tinggal di rumah Mama yang ada di Clarence Street? Aku ingin tinggal di sana selamanya." ucap dan tanya Darren.

Mendengar permintaan dan keinginan Darren membuat mereka semua tersenyum bahagia. Inilah yang diinginkan oleh mereka semua, terutama Robert, Erland, Ronald dan Clara.

Robert, Erland, Ronald dan Clara ingin Darren tinggal di sana. Rumah itu dibangun oleh Clarissa, ibu kandung Darren. Dan akan diberikan kepada Darren ketika usia Darren ke 20 tahun.

Sementara untuk keempat kakak-kakaknya yaitu Saskia, Nuria, Marco dan Afnan sudah mendapatkan rumah dari Clarissa ketika Darren masih berusia 8 tahun.

"Benarkah, sayang?" tanya Ronald.

"Iya, Om." Darren menjawab sambil menganggukkan kepalanya.

"Om senang kamu mau tinggal di sana. Itu rumah untukmu. Hadiah ulang tahun dari ibumu." Ronald tersenyum hangat menatap wajah tampan Darren.

"Kapan kamu akan mulai tinggal di sana?" tanya Clara.

"Mungkin besok, Tante!"

"Yah. Kenapa besok? Kamu itukan baru pulang dari Amerika. Setidaknya nginap dulu beberapa hari disini." Lory berbicara dengan wajah merengut.

"Hei, Lory. Kalau Darren nginap disini. Darren akan jauh bila mau pergi ke Kampus. Lagiankan bukan hanya Darren saja yang akan pulang ke rumahnya. Afnan dan Naura juga bakal balik ke Apartemen mereka masing-masing. Besok mereka sudah harus masuk kuliah lagi. Mereka berdua itu sudah libur empat hari." Tamara berbicara sembari menatap Lory.

"Sebentar doang Darren disini," sahut Lory.

"Kan Kakak bisa main ke rumahnya Darren," sela Naura.

"Atau kamu saja yang menginap di rumahnya Darren. Kalau bisa tinggal di sana saja, sekalian jadi babunya Darren.. Hahahaha." Alfin berbicara disertai tawa khasnya.

Mereka mendengar obrolan Tamara, Lory, Alfin dan Naura hanya tersenyum. Begitu juga dengan Darren.

"Ren, kamu mau kan kalau kakakmu Lory nginap di rumah kamu?" tanya Alfin.

"Boleh. Itu pun kalau Kakak Lory nya mau. Jangankan hanya menginap. Tinggal di sana juga gak apa-apa. Jadi, aku ada temannya." Darren menjawab pertanyaan dari Alfin dengan senyuman di bibirnya.

"Bagaimana, Lory?" tanya Steffany, sang ibu.

"Eem, baiklah. Kakak akan tinggal bersamamu sekalian Kakak akan menjagamu. Kakak juga gak tega ngeliat kamu hanya tinggal sendiri di sana." Lory menjawab dengan mantap.

"Siapa bilang di sana Darren hanya sendirian, lalu dua orang pelayan dan empat orang security yang ada di sana mau kamu kemanain, Lory Smith?" tanya Marco.

Seketika Lory terdiam. Dirinya berusaha mengingatnya. Detik kemudian..

"Hehehehehe. Iya, aku lupa."

"Hah!" mereka semua hanya bisa menghela nafas pasrah akan sifat pelupa Lory.

***

Keesokkan harinya di kediaman Austin. Kini anggota keluarga tengah berada di ruang tengah. Setelah selesai sarapan pagi. Mereka semua berkumpul di sana, kecuali Julian dan anak-anak.

Setelah kemarahan Julian terhadap keponakan-keponakannya yang tak lain anak-anaknya Felix Austin. Julian dan ketiga anaknya memutuskan pergi meninggalkan keluarga Austin dan kembali pulang ke rumah mereka sendiri yaitu kediaman Julian Fernandes. Rumah Julian terbilang besar dan juga mewah.

"Kak Felix," panggil Rafael.

Felix melihat kearah Rafael. "Ada apa, Rafael?"

"Kak! Apa Kakak benar-benar yakin kalau Darren yang telah membunuh Kak Clarissa? Setahuku Darren sangat amat menyayangi Kak Clarissa. Darren tidak bisa hidup tanpa Kak Clarissa. Bahkan Darren melarang Kak Clarissa untuk pergi jauh-jauh. Darren hanya memberikan izin Kak Clarissa bepergian sekitar kota Sidney saja." Rafael berbicara lembut sembari menatap wajah kakaknya.

"Kak! Kalau aku boleh jujur. Aku sebenarnya tidak percaya akan perkataan orang-orang itu yang mengatakan bahwa Darren yang telah menyerang Kak Clarissa dan Amanda. Darren tidak mungkin melakukan hal sekeji itu. Kak Clarissa itu ibunya. Perempuan yang sudah melahirkannya ke dunia ini." Rafael berbicara dengan menatap wajah Felix, kakaknya.

"Bisa saja anak sialan itu memberikan perintah kepada orang lain untuk menyerang Mama dan Tante Amanda." Vito menyela perkataan Rafael.

Mendengar penuturan dari Vito, Rafael mengalihkan pandangannya untuk melihat kearah Vito.

"Jika itu benar. Coba berikan satu alasan yang paling kuat sehingga membuat Darren tega melakukan hal keji itu terhadap ibu kandungnya sendiri!" Rafael menatap kecewa Vito.

Vito langsung bungkam ketika Rafael memintanya untuk memberikan satu alasan kuat mengenai Darren.

Melihat keterdiaman Vito. Rafael hanya bisa menghela nafas kasar. Rafael menatap kearah Raka, Satya, Velly dan Nasya.

"Kalian juga! Berikan satu alasan kuat tentang tuduhan kalian terhadap Darren. Atau kalau perlu kalian carilah buktinya terlebih dahulu. Jika kalian tidak bisa memberikan satu alasan dan kalian tidak bisa memberikan bukti mengenai Darren. Maka berhentilah menyebut Darren sebagai pembunuh. Ingat! Penyesalan akan datang belakangan. Jika kalian tidak ingin menyesal nantinya. Om minta berhentilah. Kalau kalian seperti ini terus kasihan Kak Clarissa di atas sana. Kak Clarissa pasti menangis melihat perlakuan kalian terhadap putra bungsunya."

Setelah mengatakan hal itu, Rafael pun pergi meninggalkan ruang tengah. Rafael memutuskan untuk ke kamar dan bersiap-siap ingin ke kantor.

Sementara Felix dan anak-anak masih terdiam. Mereka tidak tahu harus percaya dengan siapa? Mereka saat ini benar-benar bingung.

"Darren," batin Felix.

***

Darren dan Lory sudah berada di kediaman Darren di Clarence Street. Keduanya berangkat dari Castlereagh Street, kediaman keluarga Smith menuju kediaman Darren di Clarence Street. Keduanya menempuh perjalanan selama tiga jam.

Kini Darren dan Lory sedang bersiap-siap di kamar masing-masing. Darren bersiap-siap akan ke Kampus. Sementara Lory bersiap-siap akan ke Kantor.

Setelah selama satu jam mereka bersiap-siap, kini mereka sudah berada di meja makan. ketika mereka sampai di meja makan. Para pelayan sudah menata beberapa makanan dan minuman di atas meja.

Tiba-tiba Darren menangis ketika melihat makanan dan minuman yang ada di atas meja. Lory yang melihat adiknya yang tiba-tiba menangis menjadi khawatir.

"Ren, kenapa? Ada apa?"

"Aku rindu Mama, Kak."

Lory beranjak dari duduknya, lalu berpindah duduk di samping adiknya. Setelah itu, Lory menarik tubuh adiknya ke dalam pelukannya.

"Kakak mengerti perasaanmu. Kamu rindu sama Mama karena melihat makanan dan minuman kesukaan kamu di atas meja kan?"

Darren menganggukkan kepalanya. Dirinya saat ini benar-benar merindukan ibunya.

Lory melepaskan pelukannya dan menatap wajah tampan adiknya itu. Lory mengusap lembut air mata adiknya.

"Ya, sudah. Jangan nangis lagi, oke. Lebih baik sekarang kamu sarapan. Kalau kamu nangis terus dan gak mau berhenti nanti kamu bisa terlambat ke Kampusnya. Apa kamu mau terlambat di hari kamu kuliah di Sidney, hum?"

" Tidak mau."

"Kalau begitu buruan sarapan."

"Hm." Darren berdeham sambil menganggukkan kepalanya.

Lory tersenyum melihat adiknya yang langsung menurut padanya.

**Mohon Dukungannya

Para Pembaca.

Satu Komentar..

Satu Vote..

Itu Suatu VITAMIN untuk Saya**.

Terpopuler

Comments

Febri Atifebri

Febri Atifebri

Pengen punya saudara sepupu kayak saudara-saudara sepupunya Darren. Dan pengen punya kakak kayak keempat kakak-kakaknya Darren.

2021-06-23

1

Kayla Maysa

Kayla Maysa

Keluarga Smith semuanya Over sama Darren. Mereka gak ingin terjadi sesuatu sama Darren apalagi keempat kakaknya

2021-06-23

0

Kayla Maysa

Kayla Maysa

Pengen punya kakak kaya Kak Lory.

2021-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 Kerinduan Darren
2 Kebahagiaan Keluarga Smith
3 Darren Dan Lory
4 Kepergian Amanda
5 Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6 Kedatangan Darren
7 Amarah Darren
8 Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9 Flashback
10 Kesedihan Keluarga Smith
11 Mulai Menyadari
12 Sebuah Kebenaran
13 Mencurigai
14 Kilasan Kejadian
15 Kilasan Kejadian 2
16 Penyesalan
17 Kemarahan Darren
18 Kebencian Darren
19 Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20 Senyuman Licik Darren
21 Bertemu Mantan Ayah
22 Menunggu Waktu Penyerangan
23 Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24 Merencanakan Penyerangan
25 Diego Divo Virera GAME OVER
26 Kebersamaan Darren Dan Ataya
27 Rencana Licik Darren
28 Keromantisan Darren Dan Ataya
29 Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30 Kemarahan Tuan Jecolyn
31 Keterkejutan Darren
32 Keinginan Darren
33 Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34 Tewasnya Aron
35 Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36 Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37 Ketakutan Keluarga Austin
38 Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39 Niat Buruk Veronika
40 Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41 Rencana Yang Dijalankan
42 Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43 Berkorban
44 Perasaan Lega
45 Penyerangan Kediaman Parvez
46 Kesedihan Yang Mendalam
47 Selamat Jalan Ataya
48 Emosi Darren Yang Meluap
49 Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50 Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51 Berjuang Untuk Meminta Maaf
52 Kedatangan Keluarga Austin
53 Rasa Sakit Darren
54 Memulai Permainan
55 Permainan Pertama Dimulai
56 Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57 Makan Malam Bersama
58 Menyusun Rencana
59 Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60 Meninggalnya Victoria
61 Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62 Perkataan Mengandung Arti
63 Merencanakan Penyerangan
64 Tatapan Kerinduan
65 Memulai Penyerangan
66 Penyerangan Markas Al Capone
67 Penyerangan Keluarga Roberto
68 Satu Fakta Terungkap
69 Terbongkar
70 Mengakhiri Sandiwara
71 Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72 Tak Sengaja Mendengar
73 Menyelesaikan Balas Dendam
74 Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75 Permintaan Maaf Kiran
76 Permintaan Maaf Kiran 2
77 Merencanakan Pembalasan
78 Menceritakan Kondisi Darren
79 Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80 Janji Velly Dan Nasya
81 Gangguan Dari Kelompok Almoz
82 Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83 Pembicaraan Ayah Dan Anak
84 Memulai Penyerangan
85 Penyerangan Beruntun
86 Menyiapkan Sebuah Berkas
87 Kedatangan Marissa Dan Arnold
88 Kekalahan Mutlak
89 Kemenangan Darren
90 Jatuh Pingsan
91 Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92 Perang Mulut
93 Kekesalan Darren Dan Arinda
94 Presdir Baru Perusahaan AYJ
95 Kehangatan Keluarga Smith
96 Kembali Menjalin Kerja Sama
97 Menyelesaikan Balas Dendam 2
98 Keluarnya Andara Dari Penjara
99 Kembali Menghadapi Lawan
100 Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101 Tewasnya Andara
102 Kemenangan
103 Kasih Sayang Dan Kepedulian
104 Terlambat Bangun
105 Kebersamaan
106 Siapa Dia?
107 Ibu Itu Mirip Mama
108 Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109 Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110 Kedatangan Clarissa
111 Tiga Tamu Tak Diundang
112 Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113 Isak Tangis Darren
114 Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115 Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116 Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117 Menceritakan Kejadian Di Kampus
118 Rasa Bersalah Arinda
119 Kejahilan Darren
120 Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121 Permintaan Maaf Arinda
122 Terungkap Status Arinda
123 Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124 Keusilan Darren
125 Keterkejutan Keluarga Parvez
126 Kejahilan Para Kakak Sepupu
127 Kesalahpahaman
128 Darren Dan Afnan
129 Kerinduan Keluarga Parvez
130 Gadis Tak Tahu Malu
131 Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132 Kesedihan Clarissa
133 Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134 Kabar Mengejutkan
135 Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136 Dalang
137 Merencanakan Pembalasan
138 Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139 Kekhawatiran Darren
140 Kabar Dari Maminya Ataya
141 Berbagi Cerita
142 Mendapatkan Petunjuk
143 Air Mata Arinda
144 Berhasil Menyelamatkan Arinda
145 Mencari Pengganti Ataya
146 Bonus
147 Masih Menutup Diri
148 Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149 Penolakan Darren Akan Prisa
150 Kemarahan Rivo
151 Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152 Amarah Dan Dendam Faza
153 Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154 Keberhasilan Para Tangan Kanan
155 Membahas Rencana Balas Dendam
156 Telepon Dari Faza
157 Tangisan Kebahagiaan Harley
158 Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159 Telepon Dari Arinda
160 Bab 160
161 Pembalasan Faza
162 Kehancuran Keluarga Bader
163 Bab 163
164 Bab 164
165 Bab 165
166 Bertanya Tentang Prisa
167 Bab 167
168 Bab 168
169 Bab 169
170 Bukti Pengkhianatan
171 Bab 171
172 Telepon Dari Rektor
173 Bab 173
174 Keterkejutan Ardiansyah
175 Menyelesaikan Hukuman
176 Keributan
177 Keterkejutan Andro Dan Amel
178 Kekecewaan Tamara
179 Telepon Dari Maxi
180 Ucapan Dan Sumpah Arinda
181 Bab 181
182 Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183 Bab 183
184 Kemarahan Nando Terhadap Salma
185 Kiriman Video Dari Maxi
Episodes

Updated 185 Episodes

1
Kerinduan Darren
2
Kebahagiaan Keluarga Smith
3
Darren Dan Lory
4
Kepergian Amanda
5
Kabar Mengejutkan Untuk Darren
6
Kedatangan Darren
7
Amarah Darren
8
Kekecewaan Dan Kemarahan Andra, Adnan dan Merryn
9
Flashback
10
Kesedihan Keluarga Smith
11
Mulai Menyadari
12
Sebuah Kebenaran
13
Mencurigai
14
Kilasan Kejadian
15
Kilasan Kejadian 2
16
Penyesalan
17
Kemarahan Darren
18
Kebencian Darren
19
Tindakan Tiba-tiba Ataya Dan Darren
20
Senyuman Licik Darren
21
Bertemu Mantan Ayah
22
Menunggu Waktu Penyerangan
23
Kesedihan Dan Penyesalan Kiran
24
Merencanakan Penyerangan
25
Diego Divo Virera GAME OVER
26
Kebersamaan Darren Dan Ataya
27
Rencana Licik Darren
28
Keromantisan Darren Dan Ataya
29
Kesedihan Dan Penyesalan Raka dan Kelima Adiknya
30
Kemarahan Tuan Jecolyn
31
Keterkejutan Darren
32
Keinginan Darren
33
Melawan Aron Dan Tangan Kanannya
34
Tewasnya Aron
35
Bercerita Tentang Masa Lalu Darren
36
Kedatangan Ataya Ke Perusahaan Darren
37
Ketakutan Keluarga Austin
38
Kemarahan Darren Terhadap Veronika
39
Niat Buruk Veronika
40
Kunjungan Julian Sekaligus Meminta Bantuan
41
Rencana Yang Dijalankan
42
Perdebatan Darren Dengan Para Orang Tua Dari Musuh-musuhnya
43
Berkorban
44
Perasaan Lega
45
Penyerangan Kediaman Parvez
46
Kesedihan Yang Mendalam
47
Selamat Jalan Ataya
48
Emosi Darren Yang Meluap
49
Kedatangan Maminya Ataya Ke Kampus
50
Merencanakan Semuanya Dengan Rapi
51
Berjuang Untuk Meminta Maaf
52
Kedatangan Keluarga Austin
53
Rasa Sakit Darren
54
Memulai Permainan
55
Permainan Pertama Dimulai
56
Panggilan Pertama Darren Kepada Felix
57
Makan Malam Bersama
58
Menyusun Rencana
59
Pertemuan Terakhir Dengan Sang Nenek
60
Meninggalnya Victoria
61
Kekecewaan Saskia, Nuria, Marco dan Afnan
62
Perkataan Mengandung Arti
63
Merencanakan Penyerangan
64
Tatapan Kerinduan
65
Memulai Penyerangan
66
Penyerangan Markas Al Capone
67
Penyerangan Keluarga Roberto
68
Satu Fakta Terungkap
69
Terbongkar
70
Mengakhiri Sandiwara
71
Ketakutan Veronika Dan Keluarga Besarnya
72
Tak Sengaja Mendengar
73
Menyelesaikan Balas Dendam
74
Kemarahan Dendra Terhadap Kiran
75
Permintaan Maaf Kiran
76
Permintaan Maaf Kiran 2
77
Merencanakan Pembalasan
78
Menceritakan Kondisi Darren
79
Kabar Dari Sang Tangan Kanan
80
Janji Velly Dan Nasya
81
Gangguan Dari Kelompok Almoz
82
Kekalahan Sakti Dan Kelompok Almoz
83
Pembicaraan Ayah Dan Anak
84
Memulai Penyerangan
85
Penyerangan Beruntun
86
Menyiapkan Sebuah Berkas
87
Kedatangan Marissa Dan Arnold
88
Kekalahan Mutlak
89
Kemenangan Darren
90
Jatuh Pingsan
91
Rasa Syukur Felix Dan Kelima Anak-anaknya
92
Perang Mulut
93
Kekesalan Darren Dan Arinda
94
Presdir Baru Perusahaan AYJ
95
Kehangatan Keluarga Smith
96
Kembali Menjalin Kerja Sama
97
Menyelesaikan Balas Dendam 2
98
Keluarnya Andara Dari Penjara
99
Kembali Menghadapi Lawan
100
Ketakutan Saskia Terhadap Darren
101
Tewasnya Andara
102
Kemenangan
103
Kasih Sayang Dan Kepedulian
104
Terlambat Bangun
105
Kebersamaan
106
Siapa Dia?
107
Ibu Itu Mirip Mama
108
Memutuskan Menggali Kuburan Clarissa
109
Pemilik Asli Perusahaan AYJ
110
Kedatangan Clarissa
111
Tiga Tamu Tak Diundang
112
Keterkejutan Faza, Briyan Dan Kevin
113
Isak Tangis Darren
114
Kekesalan Briyan, Faza, Dan Kevin
115
Informasi Mengenai Anak Perempuan Fazio
116
Kemenangan Darren Dan Kekesalan Briyan
117
Menceritakan Kejadian Di Kampus
118
Rasa Bersalah Arinda
119
Kejahilan Darren
120
Membahas Darren, Arinda Dan Ataya
121
Permintaan Maaf Arinda
122
Terungkap Status Arinda
123
Kebahagiaan Clarissa Dan Felix
124
Keusilan Darren
125
Keterkejutan Keluarga Parvez
126
Kejahilan Para Kakak Sepupu
127
Kesalahpahaman
128
Darren Dan Afnan
129
Kerinduan Keluarga Parvez
130
Gadis Tak Tahu Malu
131
Pertemuan Keluarga Parvez Dan Arinda
132
Kesedihan Clarissa
133
Kejahilan Felix Dan Kelima Anak-anaknya
134
Kabar Mengejutkan
135
Ucapan Dan Pelukan Sang Ayah
136
Dalang
137
Merencanakan Pembalasan
138
Pembalasan Erland, Ronald Dan Steven
139
Kekhawatiran Darren
140
Kabar Dari Maminya Ataya
141
Berbagi Cerita
142
Mendapatkan Petunjuk
143
Air Mata Arinda
144
Berhasil Menyelamatkan Arinda
145
Mencari Pengganti Ataya
146
Bonus
147
Masih Menutup Diri
148
Penolakan Dari Briyan, Faza Dan Kevin
149
Penolakan Darren Akan Prisa
150
Kemarahan Rivo
151
Kabar Mengejutkan Dari Zidan
152
Amarah Dan Dendam Faza
153
Keberhasilan Faza Menghibur Ayahnya
154
Keberhasilan Para Tangan Kanan
155
Membahas Rencana Balas Dendam
156
Telepon Dari Faza
157
Tangisan Kebahagiaan Harley
158
Rencana Pertama Berjalan Sempurna
159
Telepon Dari Arinda
160
Bab 160
161
Pembalasan Faza
162
Kehancuran Keluarga Bader
163
Bab 163
164
Bab 164
165
Bab 165
166
Bertanya Tentang Prisa
167
Bab 167
168
Bab 168
169
Bab 169
170
Bukti Pengkhianatan
171
Bab 171
172
Telepon Dari Rektor
173
Bab 173
174
Keterkejutan Ardiansyah
175
Menyelesaikan Hukuman
176
Keributan
177
Keterkejutan Andro Dan Amel
178
Kekecewaan Tamara
179
Telepon Dari Maxi
180
Ucapan Dan Sumpah Arinda
181
Bab 181
182
Membahas Masalah Ibu Dan Kakak Perempuan Bella
183
Bab 183
184
Kemarahan Nando Terhadap Salma
185
Kiriman Video Dari Maxi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!