Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sesuai apa yang dikatakan oleh Erland bahwa nanti malam akan ada acara pesta Barbeque. Dan disini lah mereka semua. Di halaman belakang rumah sedang berpesta Barbeque.
"Ren," panggil Robert.
"Iya, Opa."
"Apa rencanamu untuk besok?"
"Eemm, yang jelas hal pertama yang akan aku lakukan besok adalah pergi kuliah. Itu sangat penting sekali, Opa. Setelah dari Kampus baru aku ke Perusahaan."
Mendengar jawaban dari Darren. Mereka semua tersenyum. Mereka tahujika Darren menomorsatukan pendidikannya.
"Opa bangga padamu, sayang."
"Terima kasih, Opa."
"Oh, iya. Darren." kini Erland yang memanggilnya.
"Iya, Om."
"Begini. Afnan dan Naura sudah tinggal di sebuah Apartemen yang tak jauh dari Kampus. Hanya butuh satu setengah jam dari Apartemen menuju Kampus. Darren mau tinggal dimana? Jika tinggal disini. Om takut kamu akan telat nantinya ke Kampus. Dan Om juga tidak mau kamu bangun terlalu pagi hanya untuk biar tidak kesiangan sampai di Kampus." Erland berbicara sambil menatap wajah tampan keponakannya.
Darren menatap satu persatu wajah anggota keluarganya. Dirinya tidak tahu bagaimana cara menyampaikan keinginannya itu kepada anggota keluarganya.
Saskia yang melihat adiknya kebingungan dan juga ragu tersenyum, lalu Saskia menepuk pelan bahu adiknya itu sembari berkata, "Sudah, katakan saja. Mereka tidak akan keberatan kok. Kan Kakak sudah katakan saat Kakak menelponmu."
"Opa, Om, Tante. Boleh tidak aku tinggal di rumah Mama yang ada di Clarence Street? Aku ingin tinggal di sana selamanya." ucap dan tanya Darren.
Mendengar permintaan dan keinginan Darren membuat mereka semua tersenyum bahagia. Inilah yang diinginkan oleh mereka semua, terutama Robert, Erland, Ronald dan Clara.
Robert, Erland, Ronald dan Clara ingin Darren tinggal di sana. Rumah itu dibangun oleh Clarissa, ibu kandung Darren. Dan akan diberikan kepada Darren ketika usia Darren ke 20 tahun.
Sementara untuk keempat kakak-kakaknya yaitu Saskia, Nuria, Marco dan Afnan sudah mendapatkan rumah dari Clarissa ketika Darren masih berusia 8 tahun.
"Benarkah, sayang?" tanya Ronald.
"Iya, Om." Darren menjawab sambil menganggukkan kepalanya.
"Om senang kamu mau tinggal di sana. Itu rumah untukmu. Hadiah ulang tahun dari ibumu." Ronald tersenyum hangat menatap wajah tampan Darren.
"Kapan kamu akan mulai tinggal di sana?" tanya Clara.
"Mungkin besok, Tante!"
"Yah. Kenapa besok? Kamu itukan baru pulang dari Amerika. Setidaknya nginap dulu beberapa hari disini." Lory berbicara dengan wajah merengut.
"Hei, Lory. Kalau Darren nginap disini. Darren akan jauh bila mau pergi ke Kampus. Lagiankan bukan hanya Darren saja yang akan pulang ke rumahnya. Afnan dan Naura juga bakal balik ke Apartemen mereka masing-masing. Besok mereka sudah harus masuk kuliah lagi. Mereka berdua itu sudah libur empat hari." Tamara berbicara sembari menatap Lory.
"Sebentar doang Darren disini," sahut Lory.
"Kan Kakak bisa main ke rumahnya Darren," sela Naura.
"Atau kamu saja yang menginap di rumahnya Darren. Kalau bisa tinggal di sana saja, sekalian jadi babunya Darren.. Hahahaha." Alfin berbicara disertai tawa khasnya.
Mereka mendengar obrolan Tamara, Lory, Alfin dan Naura hanya tersenyum. Begitu juga dengan Darren.
"Ren, kamu mau kan kalau kakakmu Lory nginap di rumah kamu?" tanya Alfin.
"Boleh. Itu pun kalau Kakak Lory nya mau. Jangankan hanya menginap. Tinggal di sana juga gak apa-apa. Jadi, aku ada temannya." Darren menjawab pertanyaan dari Alfin dengan senyuman di bibirnya.
"Bagaimana, Lory?" tanya Steffany, sang ibu.
"Eem, baiklah. Kakak akan tinggal bersamamu sekalian Kakak akan menjagamu. Kakak juga gak tega ngeliat kamu hanya tinggal sendiri di sana." Lory menjawab dengan mantap.
"Siapa bilang di sana Darren hanya sendirian, lalu dua orang pelayan dan empat orang security yang ada di sana mau kamu kemanain, Lory Smith?" tanya Marco.
Seketika Lory terdiam. Dirinya berusaha mengingatnya. Detik kemudian..
"Hehehehehe. Iya, aku lupa."
"Hah!" mereka semua hanya bisa menghela nafas pasrah akan sifat pelupa Lory.
***
Keesokkan harinya di kediaman Austin. Kini anggota keluarga tengah berada di ruang tengah. Setelah selesai sarapan pagi. Mereka semua berkumpul di sana, kecuali Julian dan anak-anak.
Setelah kemarahan Julian terhadap keponakan-keponakannya yang tak lain anak-anaknya Felix Austin. Julian dan ketiga anaknya memutuskan pergi meninggalkan keluarga Austin dan kembali pulang ke rumah mereka sendiri yaitu kediaman Julian Fernandes. Rumah Julian terbilang besar dan juga mewah.
"Kak Felix," panggil Rafael.
Felix melihat kearah Rafael. "Ada apa, Rafael?"
"Kak! Apa Kakak benar-benar yakin kalau Darren yang telah membunuh Kak Clarissa? Setahuku Darren sangat amat menyayangi Kak Clarissa. Darren tidak bisa hidup tanpa Kak Clarissa. Bahkan Darren melarang Kak Clarissa untuk pergi jauh-jauh. Darren hanya memberikan izin Kak Clarissa bepergian sekitar kota Sidney saja." Rafael berbicara lembut sembari menatap wajah kakaknya.
"Kak! Kalau aku boleh jujur. Aku sebenarnya tidak percaya akan perkataan orang-orang itu yang mengatakan bahwa Darren yang telah menyerang Kak Clarissa dan Amanda. Darren tidak mungkin melakukan hal sekeji itu. Kak Clarissa itu ibunya. Perempuan yang sudah melahirkannya ke dunia ini." Rafael berbicara dengan menatap wajah Felix, kakaknya.
"Bisa saja anak sialan itu memberikan perintah kepada orang lain untuk menyerang Mama dan Tante Amanda." Vito menyela perkataan Rafael.
Mendengar penuturan dari Vito, Rafael mengalihkan pandangannya untuk melihat kearah Vito.
"Jika itu benar. Coba berikan satu alasan yang paling kuat sehingga membuat Darren tega melakukan hal keji itu terhadap ibu kandungnya sendiri!" Rafael menatap kecewa Vito.
Vito langsung bungkam ketika Rafael memintanya untuk memberikan satu alasan kuat mengenai Darren.
Melihat keterdiaman Vito. Rafael hanya bisa menghela nafas kasar. Rafael menatap kearah Raka, Satya, Velly dan Nasya.
"Kalian juga! Berikan satu alasan kuat tentang tuduhan kalian terhadap Darren. Atau kalau perlu kalian carilah buktinya terlebih dahulu. Jika kalian tidak bisa memberikan satu alasan dan kalian tidak bisa memberikan bukti mengenai Darren. Maka berhentilah menyebut Darren sebagai pembunuh. Ingat! Penyesalan akan datang belakangan. Jika kalian tidak ingin menyesal nantinya. Om minta berhentilah. Kalau kalian seperti ini terus kasihan Kak Clarissa di atas sana. Kak Clarissa pasti menangis melihat perlakuan kalian terhadap putra bungsunya."
Setelah mengatakan hal itu, Rafael pun pergi meninggalkan ruang tengah. Rafael memutuskan untuk ke kamar dan bersiap-siap ingin ke kantor.
Sementara Felix dan anak-anak masih terdiam. Mereka tidak tahu harus percaya dengan siapa? Mereka saat ini benar-benar bingung.
"Darren," batin Felix.
***
Darren dan Lory sudah berada di kediaman Darren di Clarence Street. Keduanya berangkat dari Castlereagh Street, kediaman keluarga Smith menuju kediaman Darren di Clarence Street. Keduanya menempuh perjalanan selama tiga jam.
Kini Darren dan Lory sedang bersiap-siap di kamar masing-masing. Darren bersiap-siap akan ke Kampus. Sementara Lory bersiap-siap akan ke Kantor.
Setelah selama satu jam mereka bersiap-siap, kini mereka sudah berada di meja makan. ketika mereka sampai di meja makan. Para pelayan sudah menata beberapa makanan dan minuman di atas meja.
Tiba-tiba Darren menangis ketika melihat makanan dan minuman yang ada di atas meja. Lory yang melihat adiknya yang tiba-tiba menangis menjadi khawatir.
"Ren, kenapa? Ada apa?"
"Aku rindu Mama, Kak."
Lory beranjak dari duduknya, lalu berpindah duduk di samping adiknya. Setelah itu, Lory menarik tubuh adiknya ke dalam pelukannya.
"Kakak mengerti perasaanmu. Kamu rindu sama Mama karena melihat makanan dan minuman kesukaan kamu di atas meja kan?"
Darren menganggukkan kepalanya. Dirinya saat ini benar-benar merindukan ibunya.
Lory melepaskan pelukannya dan menatap wajah tampan adiknya itu. Lory mengusap lembut air mata adiknya.
"Ya, sudah. Jangan nangis lagi, oke. Lebih baik sekarang kamu sarapan. Kalau kamu nangis terus dan gak mau berhenti nanti kamu bisa terlambat ke Kampusnya. Apa kamu mau terlambat di hari kamu kuliah di Sidney, hum?"
" Tidak mau."
"Kalau begitu buruan sarapan."
"Hm." Darren berdeham sambil menganggukkan kepalanya.
Lory tersenyum melihat adiknya yang langsung menurut padanya.
**Mohon Dukungannya
Para Pembaca.
Satu Komentar..
Satu Vote..
Itu Suatu VITAMIN untuk Saya**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Febri Atifebri
Pengen punya saudara sepupu kayak saudara-saudara sepupunya Darren. Dan pengen punya kakak kayak keempat kakak-kakaknya Darren.
2021-06-23
1
Kayla Maysa
Keluarga Smith semuanya Over sama Darren. Mereka gak ingin terjadi sesuatu sama Darren apalagi keempat kakaknya
2021-06-23
0
Kayla Maysa
Pengen punya kakak kaya Kak Lory.
2021-06-23
0