Sudah lewat dari jam sebelas malam tapi pemilik mata lentik itu belum bisa terlelap. Bolak balik membuka aplikasi dalam ponselnya namun tidak menemukan satupun pesan atau telfon dari suaminya. Ia Anna merasa ada yang hilang pada dirinya tatkala Zidane tidak memberi kabar.
"Telfon nggak telfon nggak telfon nggak, aahrgrghh bikin stress." Anna uring-uringan sendiri di kamarnya.
"Ini kenapa sih, si Zidane niat banget bikin aku galau setengah mati. Maunya apa coba? awas aja kalau besok pulang aku cuekin balik dia, kesel aku tuh di giniin. Ini kenapa sama aku juga kok jadi mikirin dia, padahal kemarin juga biasa aja nggak ada Zidane, eror nih otak." Anna masih menggerutu panjang pendek di kamarnya.
Ia teringat akan surat yang pernah di berikan Zidane melalui Icha, kakinya melangkah menuju meja rias dan mengambil surat tersebut di laci. Perlahan ia membuka seiring tubuhnya berjalan mendekati ranjang lalu duduk di sana.
...Sarah Annara...
*Aku nggak tahu kenapa hidup tanpa berkabar dengan mu membuat aku sangat rindu. Mungkin ini akan terdengar lucu bagimu tapi percayalah hampir hari-hariku selalu mengingat dirimu.
Anna... mari kita mulai pernikahan ini dengan sesungguhnya. Lupakan tentang setingan, atau tentang kepura-puraan bodoh yang pernah kita buat.
Anna.... mari kita saling membuka hati supaya pernikahan ini penuh dengan keberkahan nantinya. Mungkin ini terlalu cepat untuk kita, tapi percayalah bahwa Tuhan memang sudah menggariskan kita bersama.
Tidur yang cukup, istirahat yang banyak supaya besok pada hari H kamu tidak capek. Sampai berjumpa di hari yang halal bagi kita bersama. Salam rindu dan sayang*.
^^^Zidan Nicholas^^^
Anna melipat kertas yang baru saja ia baca. Rasanya hatinya sedikit menghangat. Mungkinkah Zidane sudah mulai membuka hatinya untuknya? atau mungkin Zidane memang benar-benar sudah bisa menerima takdir yang mempertemukan mereka.
Tangan Anna pun tergerak untuk mendial nomor kontak Zidane. Namun ia baru menyadari bahwa ini sudah begitu larut jam dua belas lewat tentu bukan waktu yang tepat untuk berkirim kabar, bisa jadi mengganggu Zidane yang sedang beristirahat, pikir Anna. Ia pun mengurungkan niatnya dan akan menghubungi besok saja pas pagi harinya sekalian berencana membangunkannya.
Sementara di sisi lain, Zidane terlihat sibuk dengan laptopnya. Bukan untuk tugas kuliah melainkan sedang mempelajari analisis kantor yang akan segera singgahi. Ia akan mempelajari semua detail yang ada di dalam mengingat ia yang akan menggantikan Papa nya nantinya.
Zidane mulai serius melanjutkan bisnis usaha Papa nya. Ia sengaja menyibukkan dirinya karena ia merasa insomnia. Dari pada tidak bisa tidur dan tidak melakukan aktivitas yang berfaedah Zidan memutuskan bersibuk ria saja. Setidaknya lebih bermanfaat.
Ngomong- ngomong soal Anna, Zidane sebenarnya sangat ingin menghubunginya namun karena sepertinya Anna juga tidak berminat bercakap-cakap pada dirinya dengan segenap rasa kecewa dan bercampur sakit ia akan bersikap biasa saja.
Mungkin karena memang sesuatu yang tidak di dasari dengan kejujuran akan berakhir tidak baik. Dan Zidan pasrah kalau pada akhirnya Anna tetap memilih untuk jalan seperti ini yang entah... ada ikatan tapi tidak saling mencintai sama sekali bukan wilayah Zidan.
Dan dua hari ini Zidan mati-matian menahan diri untuk tidak menghubungi nya lebih dulu hanya ingin tahu apakah Anna mencarinya atau tidak. Sejauh ini selalu Zidan yang berusaha keras menghubungi nya bahkan yang Zidan rasakan Anna selalu ogah-ogahan. Balas pesan lambat bahkan malah ada yang tidak di balas sana sekali. Telfon tidak di angkat, apa coba namanya kalau bukan karena memang tidak dianggap penting sama sekali.
Ah, Lagi-lagi harus patah hati. Baru juga mulai udah begini amat, apa nantinya akan semelelahkan dulu? mungkin karena sampai detik ini Anna oun bahkan lupa dengan dirinya.
Zidan bahkan sengaja tidak mengabari kalau dirinya sudah pulang ke rumah Mama Alin sejak sore tadi. Ia berencana akan terus mendiamkan saja sampai Anna benar-benar datang dan mencarinya.
***
Anna baru saja terjaga ketika sinar matahari sudah mengintip di sela-sela kordenya. Ia mengerjap beberapa saat sebelum akhirnya benar-benar terbangun dan betapa kagetnya dia melihat jam jarum pendek sudah menunjukan di angka delapan.
Huhf....
"Aku kesiangan, oh ya Tuhan...." Rencana mau bangunin Zidan lewat ponsel gagal total. Dan parahnya lagi sampai siang ini Zidan juga belum mengabarinya lebih dulu.
Bag big bag
Anna menghentak-hentakan kakinya di lantai sambil berjalan menuju ruang makan.
"Apa dih dek, kalau jalan biasa aja. Kesel dih kesel nggak usah segitunya kali lantai jadi sasaran." Ujar Hiko sebal
"Berisik!!! lagi nggak mood becanda ah nggak lucu."
"Masa'... cie... yang lagi kangen uring-uringan nggak jelas."
"Kak Hiko.... resek!! ngeselin sama aja, semua cowo sama bikin pusing."
"Apa sih Anna? pagi-pagi udah ribut." Mama Yuli turun tangan.
"Lho Mama nggak ngantor Papa juga?"
"Ya kan besok acara resepsi kamu sana Zidan? kita harus memastikan semua acara berjalan lancar dong sayang."
"Gitu ya Ma?"
"Iya lah, jangan bilang kamu lupa. Eh satu lagi gaun yang buat besok sudah ada di rumah martua kamu, kamu bisa coba nanti."
Mempelai laki-laki nya aja nggak ada kabar, gimana mau resepsi? ini gimana ceritanya.
"Udah ya sayang, sarapan gih lalu mandi bergegas ke rumah martua kamu, kamu pasti udah di tungguin di sana. Hiko nanti kamu antar adek kamu."
"Iya Ma," Mereka mulai sesi sarapan dengan tenang tidak ada lagi acara ledek-ledekan apalagi tawuran. Hiko dan Anna fokus kepada isi piring masing-masing.
Setelah sarapan Anna menuju kamarnya, mandi dan berpakaian rapi siap meluncur ke rumah mama Alin. Jujur ia bingung mengingat selama beberapa hari ini tidak berkabar sama sekali dengan Zidan, tapi dia akan mencari tahu lewat mama Alin nanti setelah sampai rumahnya.
"Ayo dek udah belum dandannya lama bener. Duh... yang mau ketemu suami... cie sengaja dandan di cantik-cantikin." Goda Hiko semakin gencar.
"Siapa yang dandan, biasa aja. Siapa juga yang mau ketemu Zidan orang nya aja entah kemana? nggak jelas nggak ada kabar."
"Masak? ka si han.... tapi gue baru telfonan tuh sama suami lo?"
"What?! dia telfon kaka?" Pekik Anna semakin kesal
"Biasa aja dong mukanya nggak usah kaget gitu."
"Ih ngeselin, aku nggak jadi aja deh kesana." Geram Anna kemudian
Bisa-bisanya lancar jaya berkabar dengan kak Hiko? aku apa di cuekin, di kacangin? dasar suami rese emang..
"Udah ngedumel nya, ayo ah keburu siang ini masih ada banyak agenda kakak hari ini."
"Aku nggak jadi kesana, sana kalau kakak mau pergi."
"Eh jangan, bisa di gorok Mama kita kalau nggak sampai sana. Seharusnya seneng dong mau ketemu suami kamu tuh aneh."
"Aku?? aneh?" Anna memang merasa aneh pada dirinya. Sebenarnya dia pingin ketemu tapi masih juga sebel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
mantul thor lanjutkan
2023-04-27
0
Vera Wilda
Anna ngeselin, sok jual mahal, d tinggalin baru tau rasa lu.... 🤔🤭
2023-04-22
0
Angelica Yulid
cie cie sebel Alias seneng betul
2022-08-28
0