Anna berjalan gontai menuju ruangan wakil dekan II menemui Pak Bambang, dosen pembimbing nya. Dua hari yang lalu ia baru mengajukan file judul baru guna keperluan skripsi yang berisi latar belakang, tujuan serta rumusannya. Anna dan teman-temannya akan diskusi judul yang telah di ajukan sebelumnnya. Untung Pak Bambang termasuk dosen yang hangat dan tidak pelit nilai. Hampir semua mahasiswa menginginkan Pak Bambang menjadi dosen pembimbing nya.
"Gimana Ann, acc nggak?" kepo Vivi dan Naya di luar ruangan begitu Anna menyembul dari balik pintu.
"Acc dong..." jawab Anna sumringah
"congrat's...." Naya menyambut dengan senyum lebar
"Daebak!! mujur bener tinggal penelitian lo," Ujar Vivi antusias
"Apakabar gue... yang masih entah?" sambungnya dramatis
"Lo juga ya, enak banget bimbingan sama suami lo sendiri, emang paling bisa bikin gue ngiri."
"Semangat dong beb, pasti bisa yakin wisuda tahun ini."
"Dosen pembimbing lo siapa sih?" kepo Anna penasaran
"Bu Dewi Saraswati."
"really? mam pus lo... beh... garang."
"Hooh gue aja udah dua kali ganti judul."
"Serius?" pekik Anna dan Naya kompak
"Sabar beb, SEMANGAT!!"
"Udah lupakan urusan besok, kita ke kafe kampus sekarang gue traktir." Ujar Anna
"Aseekk.... kita termasuk nggak nih." Suara rombongan khas cowo mampir ke telinga mereka.
"Hallo beb," Vivi langsung menyambut Alex sementara Riko dan Dimas menanti tanggapan dua manusia yang sejak tadi saling mengamati. Sejurus kemudian Anna dan Naya saling melirik.
"Ayolah siapa takut, rame-rame juga kan perginya?"
Jadilah mereka berenam di sebuah kafe yang masih di sekitar gedung kampus. Mereka mulai menyantap makanan yang baru saja datang ke meja.
"Lo nggak sama Hana Dim?" celetuk Vivi yang langsung di sikut Anna
"Udah putus dia," sambung Alex mengerling
"Gue nggak pernah putus karena gue nggak pernah ngerasa jadian sama dia.... gue sama dia cuma partner," lebih tepatnya simbiosis mutualisme. Sama-sama mencari kepuasan tanpa cinta.
Cowok emang gitu ya, ada gitu yang sebrengsek itu jadi walaupun bisa di katakan dia bobrok tapi tetep untuk pasangan hidupnya sebisa mungkin milih yang bersegel.
Bagi Anna hubungannya dengan Dimas memang sudah berakhir tapi pertemanan mereka tetap utuh. Masih saling membaur menjadi satu apalagi mereka kenal dari semester pertama.
drtd drtd
Handphone di tas Anna bergetar, Anna langsung menilik tas slempang miliknya dan segera meraih ponsel guna melihat siapa gerangan yang menelfon.
Zidane calling
"Iya Dan gimana?"
"Lagi apa? kok suaranya kaya lagi di luar?"
"Makan sama temen-temen di kafe kampus."
"Sama siapa aja? nggak usah deket-deket cowo."
"Teman... makan biasa, apa sih posesif. Udah dulu nih lagi makan bye." Tut... panggilan di akhiri secara sepihak
Baru saja Anna mengakhiri panggilannya dan berniat menghabiskan isi piringnya Zidan menghubungi lagi.
Zidane panggilan Vidio
"Siapa sih Ann? handphone lo bunyi terus angkat dong." Keluh Vivi merasa terusik sementara yang lain saling melirik.
"Bentar gue angkat dulu," Anna sedikit menjauh untuk Mendapatkan kejelasan suara dan gambar.
"Apa lagi hubby... sayang..." suara Anna di buat semanis mungkin
"Nggak usah sok manis, gue tahu lo lagi makan sama mantan kan?"
Tuh kan kalau lagi kesel aja ngomongnya gue elo.
"Rame kali tuh lihat," Anna mengarahkan layar handphone nya ke hadapan teman-temannya yang lagi asyik becanda.
"Wuih.... double date." sindir Zidane sinis
"Apa! nggak ada ya kita cuma temen," sanggah Anna sewot.
"Ya emang harus gitu, takutnya lupa diri sama status kamu."
"Kamu sekarang kok ngeselin sih."
"Muka kondisikan nggak usah di tekuk gitu, kalau suaminya telfon tuh ya senyum di tanyain udah makan belum gitu?" Anna memutar bola mata malas
"Udah makan?" tanya Anna mengalah
"Belum, nyusul ya Ann... kesini nanti sore berangkat."
"Nggak usah mulai deh... baru juga di tinggal dua hari. Aku udah mulai pengajuan judul proposal di acc."
"Terus," jawab Zidan santai
"Ya mulai sibuk lah, kan harus bimbingan gimana sih. Udah dulu ah nanti sambung di rumah di tungguin teman-teman nih."
"Belum, kangen....!" terlihat wajah Zidane yang sendu. Beri semangat."
"Semangat hubby, sayang...."
Anna tersenyum semanis mungkin sebelum akhirnya panggilan di tutup terus mengaktifkan mode silent karena Zidane masih terus menelfonnya lagi.
Setelah dari kampus Anna, Vivi dan Naya mampir ke toko buku. Mereka akan berburu novel kesukaan nya. Di sana lumayan menghabiskan waktu agak lama. Setelah menemukan apa yang dia cari mereka langsung pulang ke rumah masing-masing.
Seharian ini merasa sangat melelahkan sehingga ketika bertemu dengan kasur empuknya Anna langsung terlelap.
"Ann...Anna bangun..." Anna merasa ada yang menggoyang bahunya.
"Hmmm Mama ganggu aja Ma, capek mau tidur mumpung bebas nih..."
"Bebas?" Mama Yuli membeo. "Jam segini udah tidur, mandi terus makan malam dulu. Magh kamu bisa kambuh."
"Iya ma, Anna mandi dulu nanti nyusul mama sama papa makan malam duluan aja."
Begitu Mama Yuli keluar dari kamar putrinya, Anna langsung bangkit dari pembaringan dan menuju kamar mandi. Cukup sepuluh menit acara mandi kilatnya, beres dan langsung menyusul ke meja makan.
Mereka makan dalam diam, hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang mengiringi. Setelah makan usai Anna tidak lagi bergegas ke kamar, ia merasa tidak mengantuk karena habis tidur eh ralat ketiduran sampai dua jam lebih. Anna memilih duduk di ruang keluarga, menyantap cemilan dan menonton TV.
"Di sini rupanya? nih suami lo telfon?"
"Kok handphone kak Hiko?" Anna menerima panggilan dari Zidane di ponsel Abangnya.
"Kenapa panggilan aku nggak di angkat Ann?" Suara Zidane di sebrang sana terdengar lesu
"Nggak denger, aku baru aja selesai makan malam masih di ruang keluarga, depan TV, nggak bawa HP."
"Ya udah sorry udah ganggu, selamat istirahat." Tut panggilan di tutup Zidane.
Anna masih melongo di depan layar ponsel. Ia merasa sikap Zidane menjadi dingin dan aneh.
"Nih kak ponselnya terimakasih." Anna mengembalikan ponsel pada kak Hiko.
"Eh dek bentar," Seru Hiko ketika Anna hendak melangkah keluar dari kamar kakaknya.
"Kenapa nggak angkat telfon dari Zidane? kasihan tahu dia kayaknya rindu berat. Jangan terlalu cuek dan abailah.... komunikasi itu penting apalagi kalian lagi LDR." Nasihat Hiko panjang lebar
"Iya nanti aku telfon balik." Jawab Anna lalu melangkah keluar dengan perasaan yang sama bingung dengan sikap Zidane.
Dan ketika sampai di kamarnya, Anna langsung mengecek ponselnya. Ia sampai menganga melihat banyaknya pesan dan panggilan di notifikasi ponselnya.
Empat ratus tujuh puluh sembilan pesan dan lima puluh tujuh panggilan tak terjawab.
"Pantesan, nggak denger masih mode silent." Gumam Anna lirih.
Dan yang paling membuat hatinya sedikit tercubit adalah dari lima puluh tujuh panggilan itu dari Zidane. dan beberapa pesan yang belum sempat Anna balas sama sekali.
"Pantes aja Zidane telfon ke ponsel kak Hiko, dia juga kelihatannya marah." Anna menjadi sedikit merasa bersalah karena telah mengabaikan nya.
Anna baru saja ingin menelfon balik tapi panggilan selalu di alihkan, sibuk. Padahal Zidane online. Dan setelah kejadian itu hampir dua hari ini bersih tidak ada chat dan telfon dari Zidane. Anna merasa ada yang hilang, tapi ia mencoba untuk mengabaikannya sebab terlalu malu memulainya menghubungi lebih dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
excellent story'thor lanjutkan seruuuu banget ceritanya
2023-04-27
0
Dina Papilaya
cuekin ajj dulu annanya dan. siapa tau peka
2023-03-06
0
Fhebrie
rasain tuh an... kena karma kamu haha surat di baca dong biar km ga bimbang
2022-11-28
0