Sudah seminggu sejak kejadian memalukan itu, Hiko berusaha keras mendebat Papa Haryo agar mempertimbangkan tentang pernikahan Anna, namun tak menemukan jawaban semua nihil berakhir gagal total.
Anna hanya bisa pasrah, sebenarnya Zidan itu tidak terlalu buruk di matanya, sejauh ini mengenal Zidan anak itu terlihat baik cuma agak cuek. Sore ini mama Alin meminta Anna datang ke rumahnya dan tentu saja Zidan yang di suruh menjemput.
Anna tidak bisa mengelak ketika di senja hari Zidan datang dengan sopan dan memohon izin kepada orang tuanya untuk menjemputnya.
"Sore Om, tante." Sapa Zidan sopan yang langsung di sambut hangat Pak Haryo dan bu Yuli."
"Sore Zidan masuk dulu, Papa mau bicara." Zidan mengangguk dan berjalan masuk duduk di sofa bersebrangan dengan Pak Haryo secara otomatis mereka menjadi saling berhadapan.
"Sudah berapa lama kamu pacaran sama Anna Dan?" Tanya Pak Haryo to the point. Zidan diam sejenak kemudian mulai merangkai kata yang pas agar tidak menimbulkan masalah baru.
"Kurang lebih sebulan Om, kita memang baru mengenal tapi Om nggak usah khawatir kita sudah berkomitmen untuk ke jenjang yang lebih serius." Pak Haryo nampak mengangguk.
"Kamu masih kuliah? terus bagaimana dengan urusan tempat tinggal setelah menikah nanti, apa kalian akan tinggal terpisah."
"Untuk awal-awal mungkin iya Om, mengingat Zidan kuliah di luar kota tapi saat ini Zidan sedang mengerjakan skripsian yang insyaAllah bakalan cepat lulus."
"Seberapa besar kamu mencintai putri Om?"
Hah maksudnya? kalau di tanya seberapa besar seberapa persen aku bahkan tidak tahu jawabannya.
"Tak terhingga Om, jadi tidak bisa di ukur dengan seberapa banyak dan seberapa besar."
"Anna adalah putri kesayangan Om, jadi Om tidak segan-segan mengambil tindakan kalau kamu berani mempermainkan putri Om."
"Iya Om, Zidan paham." Jawaban terakhir Zidan pas bebarengan dengan datangnya Anna ke ruang tamu.
Anna melirik Zidan yang sepertinya sedang diintrogasi Papanya.
"Udah Ann, ayo mama udah nunggu."
Anna dan Zidan pamit kepada ke dua orang tua Anna dan masuk ke dalam mobil Zidan.
"Papa tadi ngomong apa?" Kata pertama yang keluar dari mulut Anna setelah sekian menit mobil melaju membelah jalan raya dan hanya menciptakan keheningan.
"Ngobrol biasa saja, tentang kita."
"Tentang kita?" Ana memicingkan matanya menatap Zidan yang tengah fokus menyetir.
"Tentang kita nanti setelah nikah mau tinggal dimana, tentang berapa lama kita berhubungan dan tentang perasaan gue ke elo seperti apa."
"Hah! terus lo jawab apa?"
"Ya gue jawab aja se kooperatif mungkin."
"Gue tetep berharap pernikahan kita tidak pernah terjadi, gue masih mau nerusin kuliah dan karir di tambah gue pingin nikah sama orang yang gue cintai dan mencintai gue."
"Gue juga maunya gitu tapi apa mau di kata kalau kita memang di takdirkan berjodoh." Ujar Zidan yang terdengar menyangsikan bagi Anna.
"Kita buat perjanjian saja tanpa sepengetahuan orang tua kita. Sudah kadung kaya gini mau tidak mau kita harus menurut."
"Perjanjian nikah, kaya contohnya hal-hal yang seharusnya kita lakukan setelah menikah nanti tidak perlu ada, kita juga bisa hidup terpisah tapi tetap terikat ya paling tidak setahun mungkin baru kemudian kita sepakat bercerai. Gimana?" Ujar Zidan panjang lebar.
"Oke deal, gue setuju."
"Biarkan orang tua kita menyiapkan untuk pernikahan kita, kita tunggu aja, terima jadi beres."
"Apa setahun tidak terlalu lama? bagaimana kalau setengah tahun atau tiga bulan." Ujar Anna kemudian
"Terlalu cepat orang tua kita akan curiga. Nanti di kira aku cuma mainin kamu doang sebagai pelarian dari Naya."
"Dalam hal ini kamu yang paling banyak di untungkan. Gue benar-benar kesal. Niatnya nolongin kamu malah jadi apes gini terjebak dalam perangkap hidupmu plus masalahmu. Sial..."
"Kamu juga sama lah... diam-diam manfaatin kebersamaan kita buat manas-manasin mantan pacar kamu kan... hayo ngaku."
"Ck, sekalian aja mumpung lihat dia lagi jalan kan biar dia tahu aku udah move on dari dia."
"Nah...kan berarti sama sebelas dua belas nggak jauh beda, kita sama-sama di untungkan. So kita ikuti alurnya saja tanpa melalui pemberontakan."
"Oke deh... akan aku pertimbangkan." Ucap Anna sambil menerawang. Asyik mengobrol tak terasa sudah sampai di depan rumah Bu Alin.
"Sampai juga calon mantu Mama?" Ujar bu Alin senang dan langsung memeluknya.
"Hari ini kita jalan bertiga ya, sebenarnya tadi Mama ngajakin Naya dan Icha tapi mereka tidak bisa lagi pada sibuk dengan urusan masing-masing."
"Jadi berdua aja sama kamu, Zidan boleh ikut." Mama Alin mengajak Anna ke pusat perbelanjaan. Mereka tengah memilih baju-baju.
"Sayang kamu bisa pilih mana saja yang kamu suka?" Ujar Bu Alin senang
"Iya Tante, terimakasih. Anna lagi nggak pingin belanja."
"Nggak pa-pa sayang anggap saja ini hadiah dari mama sebelum pernikahan kalian." Sikap Bu Alin yang begitu hangat dan baik membuat Anna menjadi merasa bersalah dengan hubungannya. Ia merasa telah membohongi ke dua keluarga sekaligus.
Anna juga sempat terheran-heran dengan sikap Papa yang begitu hangat dan terbuka terhadap Zidan, mengingat Papanya itu akan sangat marah kalau tahu Anna berpacaran. Makannya dengan Dimas ia backstreet. Anna merasa orang tuanya menyembunyikan sesuatu, rasanya terlalu mustahil Papa bisa langsung akrab dan menerima Zidan dengan tangan terbuka bahkan terkesan tergesa.
Pak Haryo bukan tipe orang yang berbaik hati dan secepatnya mengambil keputusan tanpa sebuah alasan yang jelas. Di tambah ini sebuah pernikahan mencangkup kehidupannya kelak. Anna semakin yakin ada sesuatu yang di sembunyikan orang tuanya. Dan Anna akan mencari tahu sendiri sebelum pernikahannya terjadi.
Karena Bu Alin terus memaksa akhirnya Anna mengambil dress yang menurutnya paling terjangkau. Bu Alin juga membelikan untuk Naya dan putrinya Icha.
"Yakin, mau pilih yang ini?" Tanya mama memastikan, Anna mengangguk di bawah pandangan Zidan yang tersenyum geli. Ternyata Anna manis juga kalau senyum.
Dari pusat perbelanjaan kami langsung pulang karena ingin makan malam bersama di rumah.
"Cepet banget Ma pulangnya?"
"Kasihan Anna nanti kemalaman, Papa sudah pulang Cha?"
"Udah Ma ada di kamar tadi nyariin Mama."
"Anna duduk dulu ya? Mama ke kamar sebentar nanti makan malam bersama." Anna mengangguk dia mengikuti saran Bu Alin dan menunggu di ruang tamu.
"Ann, aku ke kamar dulu ya?" Anna mengangguk. "Tunggu di sini apa mau ikut." Goda Zidan jail.
"Hah!" Buk....
Ana melempar bantal sofa ke muka Zidan yang langsung di tangkap dengan gerakan menghindar. Muka Anna sudah memerah yang membuat Zidan tak tahan untuk tidak tersenyum. Sejurus kemudian Zidan tertawa lebar sambil berlari kecil ke lantai atas menuju kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
gia nasgia
zidan tengil juga 😂
2024-12-02
0
Imam Sutoto Suro
good story'thor lanjutkan
2023-04-27
0
I In
cieeee godain anaknya orang terus
2023-03-12
0