Love You More
"Thanks Ann, untuk hari ini?"
"Oke bye, ku harap urusan kita sudah selesai." Anna turun dari mobil dan berjalan memasuki rumahnya.
Zidan baru saja akan melajukan mobilnya kembali namun urung demi melihat ponsel Anna tertinggal di jok.
"Wah, punya Anna pasti di cariin nih..." Sejurus kemudian Zidan turun dari mobilnya dan berniat mengembalikan ponsel tersebut.
"Assalamu'alaikum...."
Hening
Zidan setengah masuk ke dalam rumah yang tampak lengah. Setelah mengetuk pintu utama tidak ada jawaban, Zidan langsung nyelonong masuk ke dalam.
"Hallo... An... Anna...!" Tidak ada jawaban, Zidan pun semakin masuk ke dalam. Sekilas sudut matanya menangkap pintu kamar yang sedikit terbuka.
Mungkin itu kamar Anna, pikirnya.
Zidan seperti terhipnotis, anak itu melangkahkan kakinya ke sana.
"Ann...!?" panggilnya sekali lagi, ia melongok sedikit ke dalam kamar dengan posisi badan di ambang pintu.
Hening
Lalu ia pun masuk ke kamar, kosong, namun terdengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. Zidan tidak langsung pergi, ia malah duduk bersantai di atas kasur Anna sambil melihat-lihat isi ponselnya yang sama sekali tidak di pasword.
Rasa lelah membuat ia tak sadar dan lama-lama mengantuk, tidak sengaja Zidan membaringkan tubuhnya di atas ranjang gadis itu.
Sementara Anna sama sekali tidak menyadari jika di kamarnya ada penyusup. Ia tengah asyik berendam di bathtub. Setelah memakan waktu hampir satu jam di dalam, Anna keluar dengan santai dan bersenandung ria.
Anna melihat ranjangnya sendiri seperti terisi seseorang. Mungkinkah kak Hiko, pikirnya santai. Namun Ia harus memeriksanya sekali lagi sekilas pakaiannya seperti mengenalnya walaupun mukanya tertutup oleh lengannya.
"Astagfirullah..." Anna terjingkat, melihat yang tidur di ranjangnya bukan kak Hiko tapi.... Zidane.
"Hai! sad boy bangun.... woi.... jangan tidur disini!" Anna berteriak sekencang mungkin. Ia berani berteriak karena di rumah hanya dirinya dan ART saja.
"Eh.... An..." Zidane menormalkan penglihatan nya, diketuk-ketuk kepalanya perlahan, sadar dengan apa yang dia lihat. Cewek? Zidane menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dan...!!! woi... malah bengong lagi." Zidan langsung berdiri dari duduknya sambil menutup ke dua telinganya karena pekikan Anna.
"Lancang kamu ya, masuk ke kamar orang tanpa permisi." Zidane meringis
"Ini nggak seperti yang kamu pikirkan Ann, aku nggak sengaja sumpah." Ia mengacungkan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V. "Aku mau mengembalikan ponsel kamu ketinggalan di mobilku. Nih..." Zidane mengangsurkan HPnya kehadapan Anna.
"Maaf, aku tidak sengaja malah ketiduran, bertemu dengan kasur dan rasa lelah membuatku terlelap." Kata Zidane jujur.
"Ya udah ayo keluar, entar kita di bilang ngapa-ngapain lagi di kamar berduaan."
Zidane menurut, tangannya di cekal dan hendak di geret oleh Anna. Zidane bergeming, manik matanya memperhatikan tangannya yang saling bertautan dengan tangan Anna.
Anna pun tersadar, bahwa dia tidak bermaksud menggenggam pria itu.
"Ups... sorry, silahkan keluar..." Anna membuang muka memerah karena Zidane terus mengamatinya.
Tiba-tiba terdengar arah sepatu berjalan mendekati pintu.
"Ada yang datang... itu suara Mama sama Papa. Aduh gimana nih.... kamu cepet ngumpet, entar mereka bisa salah paham." Anna sibuk mendorong tubuh Zidane agar bersembunyi, konsentrasi nya buyar dan panik sehingga keseimbangan tubuhnya goyah seketika mereka terjatuh berdua di atas kasur dan di saat itulah pintu kamar di buka dari luar.
"Anna.....!!!" Teriak Mama terkejut, Anna yang masih terjatuh di atas Zidane langsung bangun dengan wajah panik begitu pun dengan Zidane, mereka berdua seperti sedang tertangkap basah melakukan hal-hal yang tidak senonoh.
Mendengar teriakan istrinya menyebut nama anaknya begitu lantang. Pak Haryo langsung datang ke tempat kejadian perkara.
"Ada apa Ma?" Pak Haryo menggeram marah melihat ada seorang pria di kamar putrinya dengan raut wajah Zidane yang acak-acakan khas bangun tidur dan Anna yang terlihat habis keramas dengan masih memakai jubah mandinya.
"Papa tunggu di luar, jelaskan semuanya!!!" Sarkas Pak Haryo sangar menatap ke duanya. Mama Yuli mengikuti langkah suaminya yang menuju ruang keluarga.
"Gimana nih Dan... ini semua gara-gara kamu, orang tuaku berfikir kita melakukan yang tidak-tidak." Anna sudah menangis tergugu.
"Jangan panik, aku akan menjelaskan semuanya kepada mereka. Tenanglah cepat pakai bajumu dan kita temui orang tuamu sekarang." Anna mengangguk sementara Zidane keluar terlebih dahulu menunggu di depan pintu kamar karena Anna mau berganti baju.
Ke duanya melangkah ke ruang keluarga di mana raut wajah Pak Haryo dan Bu Yuli tidak baik-baik saja. Pak Haryo bahkan langsung berdiri dan menghardik Zidane.
"Hubungi ke dua orang tuamu suruh mereka kesini secepatnya, saya nggak mau tahu kamu harus bertanggung jawab..!!" Zidane tercekat di tempatnya, mulutnya terdiam namun gerakan tangannya terulur mengambil ponsel di saku celananya.
"Tapi Pah... ini salah paham, kami tidak melakukan apapun seperti yang Papa dan Mama pikirkan." Sanggah Anna menangis sesenggukan.
"Aku akan bertanggung jawab." Kata Zidane tegas sambil menghubungi nomor ponsel orang tuannya.
Hiko masuk ke rumah dengan langkah lebar, pria itu berjalan menghampiri Zidane dan langsung memberikan hadiah bogem mentah.
Bug bug bug
"Brengsek...!!! apa yang sudah kamu lakukan dengan Anna hah." Nafasnya memburu menggeram marah.
Pukulan bertubi-tubi tanpa persiapan membuat Zidane seketika tersungkur. Zidane bangkit hendak melawan namun urung karena tangan Pak Haryo langsung melerainya.
"Sudah diam! tenang, selesaikan semua masalah ini dengan kepala dingin. Aku sudah menyuruh orang tuannya datang kemari, pria ini bersedia tanggung jawab dengan Anna."
Pak Dahlan dan Ibu Alin datang dengan tergesa-gesa ke alamat yang telah di berikan Zidane.
"Mohon maaf ada apa ini...?" Pak Dahlan membuka suara terlebih dahulu.
"Benar ini putra Bapak?"
"Iya itu putra saya Zidan, ada apa? kenapa kalian memanggil kami kesini."
"Putra Bapak kepergok di kamar putri saya dalam posisi mereka... ah, tidak usah di jelaskan saya yakin kalian tahu maksud pembicaraan saya. Jadi saya minta pertanggung jawaban dari putra Bapak." Ucap pak Haryo tegas.
"Dan...!! kami tahu kalian pacaran, tapi kami selaku orang tua tidak pernah mengajarkan yang tidak sopan. Apalagi sampai melanggar norma agama." Pak Dahlan sangat terkejut mendengar penuturan Pak Haryo.
Zidan hanya diam saja, mendengarkan semua perkataan ayahnya yang sama halnya dengan Ayah Anna dan semua orang yang ada di sini pasti tidak percaya sekali pun Zidan mencoba menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Mengingat posisi kami yang sangat intim pas Mamanya Anna memergokinya.
"Zidan akan tanggung jawab Pah Mah, Om Tante. Zidan akan menikahi Anna." Kata Zidan serius, Anna menggeleng lemah semakin mengencangkan isak tangisnya, dia tidak percaya Zidan akan berkata seperti itu. Bagaimana mungkin kita menikah tanpa ada rasa cinta di antara ke duanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
gia nasgia
Aku mampir kak 😊
2024-12-02
0
sakura
..
2023-06-29
1
Nikes Angsi
hai
2023-06-06
0