Yugo mengumpat kesal meninggalkan sepasang sejoli yang tengah bermesraan itu. Ia pergi dengan hati dongkol. Anna sekuat tenaga memisahkan diri dari pagutan yang di ciptakan Zidan.
Plak
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Zidan dan terasa panas.
"Gila lo ya? jadi cowo tuh nggak harus senyebelin ini bisa? selalu manfaatin keadaan." Anna kesal dengan sikap Zidan yang ia pikir selalu memperlakukan seenaknya pada dirinya. Bahkan ia nekat menerjang hujan.
Zidan benar-benar terbawa suasana, ia diam memaku menyesali perbuatannya. Entahlah di dekat Anna membuat perasaannya akhir-akhir ini kacau.
"Anna... maafin aku."
"Cukup Dan," Anna berlari dari tempat berteduh dengan perasaan yang sulit terdefinisikan. Ia merasa Zidan selalu memanfaatkan dirinya mulai dari awal bertemu.
"Ann... jangan begini nanti kamu bisa sakit? come on... maafin aku Anna. Aku benar-benar menyesal." Zidan berlari mengejar Anna yang menerjang derasnya hujan.
Anna langsung menyetop taksi yang kebetulan sedang melintas.
"Ann... An.." Zidan menggedor-gedor kaca pada pintu mobil dengan terus memanggil Anna, tapi gadis itu tak mengindahkan Kata-kata nya.
"Jalan Pak," Titah Anna pada sang supir taksi, di mobil Anna terisak, ia sendiri bingung dengan sikap hatinya. Kenapa bisa merasa semarah ini di perlakuan Zidan sedemikian rupa.
Zidan terus menghubungi Anna namun gadis itu membiarkan saja ponselnya memekik. Dia benar-benar kesal dengan sikap Zidan.
Sesampainya di rumah Anna terkejut melihat Zidan sudah ada di pekarangan rumahnya lebih dulu. Padahal tadi jelas Anna yang meninggalkan tempat itu lebih dulu. Arus lalu lintas roda empat memang rawan tersendat dari pada motor yang bisa gesit mencari celah, menyelinap.
"Ann, Ann... tunggu maafin aku." Zidan mengejar Anna yang hendak masuk ke dalam rumah. Pria itu nekat menghadang Anna.
"Minggir Dan, jangan halangi jalan gue mau lewat."
"Ann...!!"
Brak....!!!
Pintu di tutup dengan sekali dorongan keras. Zidan yang berdiri di ambang pintu terjedot di keningnya. Hiko yang kebetulan pulang dan melihat itu tak kuasa menahan tawa melihat Zidan di perlakuan acuh oleh adiknya.
"Ish ish ish... ada yang lagi marahan nih." Ejek Hiko dengan gelengan kepalanya.
"Eh, bang... tolongin gue bang. Ada suatu hal yang musti gue jelasin ke Anna."
"Sorry bro... usaha sendiri. Gue nggak yakin Anna bisa memberikan keringanan hukuman di lihat seberapa besar dia terlihat marah." Hiko berjalan gontai melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam.
"Bang... tunggu bang. Gue mau masuk, gue harus ketemu sama Anna." Tapi Hiko tetap masuk menutup pintu rapat-rapat dan membiarkan Zidan di luar sendirian.
Sesaat setelah Hiko masuk, ia menemui Anna yang baru saja mandi. "Ann, Zidan masih di luar badannya basah kuyup lo nggak kasihan. Mungkin dia kedinginan." Adunya, karena Hiko merasa kasihan juga dengan calon adik iparnya itu seperti tikus kecebur got, basah kuyup tak tersisa. Menerjang hujan dengan motor hanya demi mengejar Anna sampai rumahnya.
Begitu Hiko meninggalkan kamarnya, Anna mulai tak tenang. Ia berjalan mondar mandir di kamar sambil memikirkan cara apakah akan keluar atau membiarkan Zidan dan tidak menemuinya. Anna keluar dari kamar mengintip dari balik jendela dan nampaklah Zidan sedang memeluk dirinya sambil menggigil.
"Ih...kenapa masih di sini sih, kenapa nggak pulang aja." Gerutu Anna kesal. Hatinya mulai goyah namun rasa kesal lebih mendominasi. Ia kembali berjalan ke kamar dengan hati gelisah. Hiko yang memperhatikan adiknya itupun mengulum senyum dengan tingkah Zidan yang menurutnya nekat, rela berdingin ria hanya untuk mendapat maaf dari adiknya.
Hiko bersikap santai, biarlah Anna yang mengambil keputusan toh yang terpenting mereka sebentar lagi akan menikah. Hiko tahu bahwa ke dua keluarganya mulai sibuk menyiapkan segala sesuatu yang akan di persiapkan. Namun mungkin ada sedikit kesalahan Zidan yang entah apa Hiko enggan kepo.
Zidan masih kekeh menunggu di luar, tekadnya tak akan pulang sebelum mendapatkan maaf. Ia benar-benar ngerasa bersalah sekaligus khawatir Anna akan membatalkan rencana pernikahannya. Zidan mulai menggigil tapi ia tidak peduli dengan dirinya.
Anna kembali keluar dengan kesal sambil menghentakkan kakinya, diintipnya kembali pria itu masih betah menunggunya.
"Ih... bener-bener deh..." Anna kembali ke kamar lalu keluar lagi dengan menenteng handuk dan cek lek
Anna melempar handuk ke muka Zidan. "Masuk, bikin pusing aja." Akhirnya Anna tidak tega melihat Zidan yang kedinginan. Hatinya goyah kalah dengan rasa peri kemanusiaannya.
Zidan yang mulai putus asa langsung berbinar kembali begitu melihat Anna mempersilahkan dirinya masuk. Ia diam-diam mengulum senyum menggenggam handuk yang baru saja diberikan.
Anna berjalan cepat menuju kamar kakaknya. "Kak Hiko...!" Anna mengetuk pintu sesaat terus masuk ke kamar. "Pinjam baju cowok," kayaknya ukuran Zidan sama kaya kaka, mengingat tinggi mereka juga sama cuma kak Hiko lebih agak berisi.
Hiko langsung menuju lemari memberikan kaos dan celananya yang masih baru belum pernah di pakai. Tapi sudah di cuci sama ARTnya.
"Makasih kak," gumamnya setelah mendapat kaos di tangannya, lalu berjalan keluar menemui Zidan di ruang tamu yang terlihat sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk pemberiannya.
"Ini ganti baju nya, kamu bisa masuk angin." Kata Anna ketus, namun lagi-lagi Zidan mengulum senyum melihat tingkah Anna yang sewot tapi tetap peduli pada dirinya. Terus tadi apa itu... Nanti sakit. terdengar nada seperti mengkhawatirkan dirinya.
Zidan langsung spontan ingin membuka baju nya di tempat.
"Eh...!! berani buka baju disini, gue usir lo dari rumah dan---"
Zidan menurunkan kaosnya kembali dan langsung melesat. "Pinjam kamar mandi sebentar." Pamitnya namun langkahnya menuju kamar Anna.
Sementara Zidan berganti baju, Anna menuju dapur untuk membuat teh hangat. Zidan baru saja keluar setelah teh tersaji di meja. Ia terlihat lebih rapi dan tidak acak-acakan dan seperi nya dia... mandi mengingat harum khas sampo dan sabun mengusik indera penciuman.
"Lo pakai sabun gue yaaa, ih... nyeselin banget sih. Bilangnya cuma ganti baju malah sekalian numpang mandi juga." Sewot Anna setengah melirik Zidan yang sedang mengambil duduk di sebelah nya.
"Sorry An... gue guyur pakai air hangat, terus... hehehe," Ia tersenyum. "Sekalian minta sampo," jawabnya lirih dengan wajah tanpa dosa.
"Ini buat aku yaa?" Zidan menunjuk teh yang masih mengepulkan asap itu lalu tanpa persetujuan nya dengan gerakan cepat langsung menyesap nya. Seketika tenggorokannya menghangat, tubuh yang tadinya terasa dingin dan kaku mati rasa berangsur hilang seiring hangatnya teh yang menjalar masuk ke tubuhnya dan suasana hatinya yang tiba-tiba berselimut rasa tenang. Anna nya sudah memaafkan walaupun dengan mode jutek setengah mati.
"Besok pagi aku berangkatnya," Pamit Zidan di sela-sela menyesap tehnya. "Aku akan pulang dan berjanji cepat selesai sebelum mendekati hari H." Ujarnya lagi, Anna diam saja tidak menimpali matanya lurus ke depan namun Zidan yakin pendengaran Anna merespon dengan baik.
Zidan berjalan ke luar rumah lalu kembali lagi dengan membawa mainan terbungkus kresek besar yang tadi siang sempat ia beli di mall. Sementara di luar hujan sudah reda.
"Aku pulang ya, salam buat Mama sama Papa dan bang Hiko, terimakasih bajunya aku pinjam dulu." Ujarnya lalu berjalan keluar tapi sebelumnya ia lebih dulu mengacak rambut Anna dengan lembut sambil mengulum senyum.
"Assalamu'alaikum...." Motor Zidan sudah pergi meninggalkan pekarangan rumahnya. Namun tangannya seperti masih tertinggal di atas rambutnya, gerakan kecil yang mampu membuat hatinya berdesir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
keren banget Thor
2023-04-27
0
Sri Widjiastuti
berasa jg akhirnya
2023-03-04
0
Nur fadillah
Nah kan...kan...nantinya pasti cinta...😄❤❤
2023-02-09
1