Zidan baru menyadari bahwa ia datang terlalu pagi. Sehingga sampai di halaman rumah sakit cuma bisa bengong merutuki kebodohannya. Belakangan ini semua yang berhubungan dengan Anna tak luput menjadi pusat perhatiannya. Karena tidak tahan menunggu di luar halaman rumah sakit Zidan menelfon mama Yuli.
"Apa Dan," Suara mama dari sebrang sana.
"Aku udah dibawah ma tapi nggak boleh masuk belum jam besuk."
"Kamu datang nya kepagian, ya udah tunggu mama dibawah." Mama Yuli turun menemui Zidan dan memberikan kartu tunggu agar bisa keluar masuk ruangan tanpa kerepotan jam besuk. Berhubung ada Zidan, sementara mama Yuli memutuskan pulang sebentar.
"Ma, Anna sakit apa?" Zidan langsung menodong pertanyaan begitu mama Yuli sampai di depannya.
"Asam lambungnya kumat, mungkin karena pola makan yang berantakan dan stress menjelang pernikahan jadi deh tumbang," ujar mama menjelaskan.
"Gimana cara aku masuknya ma?"
"Pakai kartu tunggu ini Dan, kartu akses bebas masuk cuma untuk satu orang, jadi kalau kamu nungguin dan mau masuk mama nggak bisa ikut masuk kecuali sudah jam besuk," jelas Mama Yuli, Zidane mengangguk patuh.
"Ya udah biar Zidan aja yang jagain Anna ma," ujar Zidan senang.
"Oke deh, Anna nya sedang tidur, mama titip sebentar ya."
"Siap Ma, lama juga nggak pa-pa." Selorohnya sambil cengengesan. Mama Yuli lalu menepuk pundak Zidan perlahan dan pulang.
Begitu Zidan sampai kamar rawat, Anna masih terlelap jadi Zidan memutuskan untuk duduk di sofa sambil mengamati wajah pucatnya.
Maafkan aku Ann, gara-gara stress mendadak nikah sampai asam lambungnya kumat.
Zidan mendekat berdiri persis di pinggir ranjang dengan mengamati wajah Anna yang tertidur pulas. Puas memandangi wajah Anna, Zidan memutuskan untuk duduk di sofa lagi dengan bermain game.
Sepasang mata lentik Anna mulai bergerak, dan dalam hitungan detik sekarang sudah terbuka sempurna. Anna mengedarkan ke seluruh penjuru ruangan.
Detik berikutnya, Anna merasa ingin ke kamar mandi, ia segera bangkit secara perlahan dan duduk, Zidan yang dapat membaca pergerakannya pun sigap langsung mendekati.
"Mau kemana, biar aku bantu?"
"Kamar mandi, nggak usah bisa sendiri."
"Susah Ann.... sini aku bawain selang infusnya."
"Zidan.... kamu duduk aja aku bisa sendiri." Anna sebenarnya agak kerepotan tapi malu, ya kalee... masak ke kamar mandi di anterin sama Zidan yang benar saja.
Selang sepuluh menit Anna sudah selesai dan begitu Anna keluar membuka pintu, Zidan udah standby di depan pintu dan sigap membantu Anna menuju ranjang.
"Makasih," Ujar Anna sambil merutuki keadaan, bisa bisanya mamanya hanya meninggalkan dirinya berdua dengan Zidan.
"Mama mana?" tanya Anna setelah selesai berjalan sampai ke ranjang.
"Pulang, jangan khawatir aku yang akan menjagamu. Kamu mau apa lagi, minum, makan buah?" Anna menggeleng.
"Tolong ambilkan ponselku, aku mau menghubungi sahabatku kalau hari ini nggak bisa ke kampus."
Zidan menurut membawa posel Anna yang sebelumnya terletak agak jauh dari jangkauannya. Setelah berhasil mendapatkan ponselnya Anna langsung menghubungi Naya. Dan tak berselang lama terjadi obrolan diantara ke duanya.
"Kenapa nggak bilang kalau sakit?" Tiba-tiba suara Zidan menginterupsi ke seluruh ruangan. Anna yang mendengar dan menyadari pertanyaan itu untuk dirinya mengeryit heran dengan tingkah polah Zidan.
Sejak kapan kalau aku sakit harus laporan padamu? gumam Anna lirih namun masih bisa di dengar.
"Anna... kamu itu calon istri aku..... jadi apapun yang terjadi padamu mulai sekarang kamu harus cerita sama aku jangan sungkan?" Anna hanya mengangguk saja.
"Maaf tapi aku merasa pernikahan ini terlalu cepat, aku seperti belum siap untuk menikah. Kita masih sangat-sangat muda dan lagi aku ingin melanjutkan S2 apa kamu masih mengizinkan aku melakukan banyak hal yang menyenangkan kalau sudah menikah nanti?" Zidan mengangguk
"Tidak ada yang akan berubah, kita sama- sama melanjutkan S2 bersama nanti," sebelumnya Zidan sudah berencana melanjukan S2 di luar negeri tapi berhubung statusnya nanti sudah menikah tentu saja ia menjadi berubah pikiran dan ingin meneruskan yang dekat saja.
Jam setengah delapan pagi seorang suster mengantarkan makanan ke ruangan rawat Anna. Dan dengan sedikit paksaan akhirnya Anna mau makan.
"Aku mau makan sendiri?" Itu suara Anna yang tengah merengek karena Zidan bersih kukuh mau menyuapi nya.
"Anna... udah nggak pa-pa? duduk yang manis aku suapin." Kekeh Zidan
"Aku bukan anak kecil Dan," Protes Anna yang sebenarnya malu. Setelah selesai makan Zidan membantu Anna minum obat.
Dan tepat pukul empat di sore hari teman-teman Anna datang menjenguk. Ada Naya dan Darren sepertinya dari kampus langsung ke rumah sakit. Vivi dan cowoknya yang baru saja Zidan ketahui bernama Alex dan dua pemuda yang lainya yang sudah pernah di lihatnya pas menjenguk Naya waktu Naya sakit.
"Beb... kok bisa tumbang sih, perasaan lo paling kuat sejagat raya diantara kami bertiga." Seloroh Vivi yang berhasil mencairkan suasana ruangan yang sepi padahal banyak orang.
"Iya, kok bisa? sakit apa kata dokter?"
"Asam lambungnya kumat." Zidan yang menjawab.
Sekitar setengah jam berlalu mereka mulai pamit dari ruangan, tinggalah Naya dan Darren dan satu pemuda yang sedari tadi berdiri paling jauh namun sekarang terlihat sedang mendekat dan menjalin obrolan dengan Anna, dari jangkauan Zidan yang duduk di sofa.
Sementara Zidan mengamati interaksi keduanya dari tempatnya. Naya dan Darren juga sama halnya tengah sibuk sendiri duduk di pojokan sofa sambil Darren mengupas jeruk untuk Naya.
"Cepat sembuh Anna..." Itu suara cowok tersebut yang baru Zidan ketahui dari Naya setelah kepo maksimal namanya Dimas.
Anna terlihat sumringah tatkala Dimas mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak persegi panjang dengan bungkus pita cantik yang bisa pria itu taksirkan isinya sebuah coklat.
"Eh... mau ngapain lagi tuh anak?" Gumam Zidan yang melihat pergerakan tangan Dimas terulur mengacak perlahan rambut Anna dengan Anna tersenyum dan mereka saling melempar senyum.
Zidan melihat itu langsung berubah masam. Ada Naya dan Darren yang tengah saling bersuap buah jeruk, Zidan melirik sekilas, baru terasa ternyata biasa saja tapi kenapa melihat Anna di perlakukan lembut oleh pria lain membuat hatinya kesal dan tidak suka. Bahkan sedikit ngilu.
"Jam besuk sudah selesai pasien harus istirahat." Seloroh Zidan sambil mendekat ke arah Anna.
"Sebentar mas, masih pingin ngobrol. Lagian itu Pak Darren dan Naya masih ada di sini, mereka nggak di usir juga." Ketusnya sambil terus melempar senyum ke arah Anna.
Mendengar namanya di sebut-sebut Darren dan Naya mendekat ke arah ranjang dan berpamitan.
"Cepet sembuh Anna, aku pulang dulu." Pamit Naya dengan Darren mengekori di sampingnya.
"Pulang dulu Anna, Zidan," ujar Darren kemudian meninggalkan mereka bertiga yang masih berpandangan sengit.
"Sayang, sekalian periksa kandungan mumpung sudah sekalian di sini." Usul Darren tiba-tiba yang langsung di setujui istrinya.
Sementara di ruangan Dimas masih enggan pulang walaupun tadi Zidan sudah menyindir nya secara halus.
"Anna sayang kamu harus istirahat jangan ngobrol terus." Zidane menekankan kata sayang supaya Dimas tahu diri.
Ternyata sangat tak enak hati ketika orang yang dekat dengan kita di deketin mantannya padahal status nya baru calon istri belum menikah, sekarang ia menjadi tahu apa yang Darren rasakan dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Lily
Zidan ngerasa sudah ada ikatan dengan Anna, tapi Anna nya yg belum
2024-02-20
0
Imam Sutoto Suro
mantap thor lanjut
2023-04-27
0
Nur fadillah
Iya kan...Mas Zidan sekarang teeasa kan rasanya ...😃😃
2023-02-09
1