Setelah acara makan malam bersama, Zidan mengantar Anna ke rumahnya.
"Udah mau pulang ya? Padahal Mama pinginnya kamu masih berlama-lama di sini. Seru, jadi Mama punya teman buat ngobrol."
"Kan ada Icha, Tante?"
"Iya sih, tapi Icha-nya sibuk sosmedtan mulu. Tante suka dianggurin sama Icha."
"Kapan-kapan deh Tante ya? Besok Anna ada kuliah pagi Tante, masih ada tugas yang musti dichek dulu, jadi nggak bisa kemalaman."
"Iya deh, hati-hati di jalan sayang,... besok pagi berangkat jam berapa, biar dijemput sama Zidan aja," tawar Bu Alin senang.
"Nggak usah, Tante, terima kasih. Anna berangkat sendiri aja."
"Nggak pa-pa sayang, Zidane pasti bisa."
"Tapi Ma, Zidane nggak bisa bangun pagi, Anna 'kan kuliahnya pagi?"
"Bisa sayang, kata siapa nggak bisa. Habis sholat subuh jangan tidur lagi pasti bisa," kekeh bu Alin yakin.
"Tante ... beneran deh nggak usah." Anna tersenyum kepaksa, sekilas melirik Zidane malas.
"Ya udah Ma, iya iya besok Zidane jemput, tapi nanti kalau Zidane ketiduran lagi, mama janji bangunin Zidan."
Mama Alin mengangguk menang, mereka pulang sudah lumayan malam, tapi masih batas normal jam 20.00 wib. Orang tuanya Anna punya aturan jam malam untuk gadisnya. Anna tidak boleh pulang lebih dari jam sepuluh malam.
Namun, tentu saja buka Anna namanya, kalau menjadi sangat penurut. Tidak adanya orang tua di rumah membuat Anna terkadang kesepian dan merasa jenuh. Ada kalanya satu dua kali pulang terlambat untuk sekedar hang out bersama teman-temannya, tapi semenjak Naya menikah, praktis pertemuan mereka sangat jarang, bahkan hampir seminggu sekali saja tidak pernah. Selain di kampus tentunya itu beda lagi.
Hanya terkadang waktunya ia gunakan di rumah untuk menggambar-gambar Anime atau membaca novel di ponselnya. Bisa juga seharian nonton drama Korea sama Vivi tentunya. Karena Naya akan ikut kalau suaminya itu mengizinkan bahkan untuk keluar malam hampir tidak pernah.
"Udah sampai girl," seloroh Zidan menginterupsi
"Eh, iya." Suara Zidan menyadarkan Anna yang sedari tadi sibuk melamun dalam keheningan mobil.
"Makasih Dan."
"Yoi ...."
"An!" Anna mendongak. "Besok berangkat jam berapa?"
"Nggak usah dijemput, gue mau berangkat sendiri." Zidan hanya mengedikan bahu santai tanpa mau memaksa.
Oke. gumamnya dalam hati.
"Orang tua lo nggak ada di rumah?"
"Kayaknya belum pulang deh, mobil mereka belum ada."
"Ya udah, gue langsung balik ya, salam buat orang tua lo." Anna mengangguk. Lalu keluar dari mobil.
"Kak Hiko?"
"Masuk An, gue mau ngomong sama ni bocah," ujar Hiko dengan muka tak ramah. Anna masih memaku di tempatnya namun kakaknya memberi isyarat mata agar Anna masuk ke dalam.
"Heh bocah! Turun lo?" Zidan turun dari mobil dengan santai.
"Gue udah besar kali bang, udah mau nikah juga." Seloroh Zidan mencoba basa-basi. Tapi rupanya Zidan salah sasaran karena orang di depannya sama sekali tidak berminat untuk berseloroh.
"Sebenarnya apa motif lo deketin adek gua, gua nggak rela ya..kalau adek gua sampai nangis gara-gara lo? awas aja kalau berani main-mainin dia, habis lo di tangan gua."
"Santai bang, woi... santai dong, siapa yang mau main-mainin adek lo sih... orang sebentar lagi mau nikah juga."
"Gue masih nggak yakin kalau kalian berdua pacaran, buktinya Anna nggak pernah cerita apa-apa sama gua, dan satu lagi Anna nggak mungkin nglakuin yang aneh-aneh sama lo. Dia anak baik, imannya kuat jadi nggak mungkin kegoda macam cecunguk kaya lo."
"Tapi buktinya gue bisa goal tuh... makanya besok kita mau di nikahkan." Ejek Zidan sinis
Sorry Ann gue terpaksa bohong, kalau nggak bisa kacau bahkan keluargaku akan kecewa karena aku di anggap belum bisa move on dari Naya.
Bugh...
Hiko melayangkan satu pukulan telak di bagian wajahnya.
"Breng--- sek lo, awas aja kalau lo sampai lari dari tanggung jawab. Damned!" Hiko menggeram marah dengan rahang mengeras.
Zidan menormalkan berdirinya setelah tadi sempat terhuyung kebelakang. Di usap sudut bibirnya yang berdarah dengan ibu jarinya akibat pukulan yang lumayan keras dari Hiko.
Namun ia sama sekali tidak melawan, walaupun memang tidak terjadi apapun tapi dengan menikah dengan Anna, Zidan akan terbebas dari tuduhan keluarganya. Dan pastinya hubungan dengan Darren juga akan membaik karena dengan Zidan menikah sudah tentu tak mungkin mengganggu Naya.
Anna yang kebetulan masih mengintip di dalam rumah dari balik korden jendela langsung berhambur keluar begitu melihat Hiko memukul Zidan.
"Zidan...!?! kamu nggak pa-pa?" Anna hendak memegang pipi Zidan yang masih ada bekas luka namun urung karena pria itu mendadak awas.
Sedetik pandangan Zidan sempat terpaku dengan jarak yang dekat di tambah karena Anna mengkhawatirkan dirin nya.
"Iya sayang nggak pa-pa," Panggilan sayang dari Zidan membuat Anna melotot namun Zidan memberi kode dengan matanya agar tidak protes. Anna pun segera sadar Hiko memperhatikan nya.
"Sakit ya?" Tangan Anna refleks terulur memegang pipinya yang terlihat memar.
"Aww... sakit Ann." Adu nya mengeluh
"Ck, gitu doang lembek," Sindir Hiko sinis. Anna melotot marah.
Melihat Anna mengkhawatirkan Zidan membuat Hiko tak suka dan masuk ke rumah dengan kesal.
"Maaf ya, sakit? diem dulu aku ambil obat sebentar, tunggu di sini." Anna setengah berlari masuk ke rumah mengambil obat dan air putih. Zidan menurut duduk di teras depan rumah.
"Ini Dan, minum dulu biar tenang." Anna mengangsurkan Segelas air putih dari tangannya.
"Atas nama kak Hiko gue minta maaf, dia emang sedikit keras apalagi kalau menyangkut keluarganya."
"Iya nggak pa-pa gue emang pantes dapetin ini, semua sumber masalah dari gue. Gue yang seharusnya minta maaf."
Anna lebih dulu mengompres di bagian lukanya baru kemudian memberikan salep pereda nyeri.
"Hah.... aawwhh..." Anna ikut meringis mendengar Zidan mengeluh, ujung jarinya menjepit cotton bad yang telah di beri obat dan di oles ke sudut bibir Zidan dengan hati-hati.
"Udah cukup," Zidan menurunkan tangan Anna yang tengah mengobati luka nya.
"Itu sedikit lagi, yang agak ke dalam belum kena obat."
"Iya nggak pa-pa." Zidan merasa ada yang aneh dengan diri nya, detak jantungnya seakan bekerja lebih cepat bila berdekatan dengan Anna dalam posisi yang sangat dekat.
"Makasih Ann, gue pulang dulu..." Pamitnya sambil lalu, Anna hanya tersenyum dan mengangguk.
Zidan masuk ke dalam mobil dengan gerakan cepat. Huhf.... ia memegang dadanya dengan nafas lega. Sementara Anna langsung masuk ke kamarnya, membersihkan diri dan siap ke alam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
gia nasgia
Nah lho
2024-12-02
0
Christina Hartini
kenapa blm apa2 sdh kencang jantungnya dag-dig-dug 🤭
2023-05-24
1
Imam Sutoto Suro
top deh lanjut
2023-04-27
0