Duar!
Kilatan petir menyambar, Gemuruh Langit dengan deraian hujan yang amat deras membasahi setiap permukaan bumi. Bahkan, Rembulan dan Bintang merasa takut, Sehingga bersembunyi di balik awan hitam pekat. Sedangkan, para makhluk bumi, tengah tertidur dengan menggunakan selimut tebal yang mengurangi rasa dinginnya angin malam yang berembus kencang.
Seorang Wanita yang beberapa jam lalu lelah menangis, hingga membuatnya terlelap tidur di atas ranjangnya. Dina, Terbangun dari mimpi indahnya, ketika mendengar keributan alam yang tengah menangis dengan disusul kilatan petir bercahaya yang dapat terlihat dari jendela kaca kamarnya, Sangat mengerikan dan untungnya, Lampu di rumah tidak mati. Karena, Kalau lampu mati, maka tahu apa yang terjadi? Dina akan merasa sangat ketakutan, Kini saja Dina takut. Tapi, masih mampu untuk bertahan, tidak tahu kenapa? kedua kakinya yang jenjang, membawanya pergi keluar dari kamarnya dengan perasaan yang sedikit takut.
Sunyi, Itulah yang dapat Dina lihat. Menatap sekitar dan setiap sudut rumahnya yang terlihat sangat sunyi, Dengan dirinya tetap berdiri di depan pintu kamarnya. Namun, Tiba-tiba, Pintu utama terbuka dengan suara yang cukup keras membentur dinding, sehingga angin ikut masuk menimbulkan rasa dinginnya angin hujan malam. Dina menajamkan penglihatannya di tengah rasa takut yang mulai bertambah, Ketika melihat seseorang yang membungkuk dan tetesan air dari tubuhnya membasahi lantai rumah. Dengan tangan bertumpu pada sisi pintu, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
Deg
" Syukurlah... Ternyata Kamu tidak merasa takut, Dina " Ucap seseorang itu dengan mengakat kepalanya dan menatap Dina dengan mata sayunya. Dina terkejut, Saat tahu, Seseorang yang tengah basah kuyup yang tiba-tiba memasuki rumahnya adalah Diyan, Suaminya.
Deg
" Mas Diyan...! " Dina menutup mulut dengan tangan kanannya, Menatap tidak percaya dan terkejut melihat Suaminya sampai basah kuyup seperti itu.
Dina pun berlari mendekati Suaminya, Menutup dan mengunci pintu. Kemudian, Dia memapah Suaminya ke kamar yang berada di lantai atas, Kamar Diyan. Sesampainya di dalam kamar, Dina terlihat kebingungan dengan menatap tubuh basah yang tengah kedinginan dengan berbaring di atas ranjang.
" Apa harus Aku yang melepaskan bajunya? " Dina bertanya pada dirinya sendiri.
Dengan setengah kesadaran yang masih ada, Diyan diam menatap istrinya yang tengah berdiri kebingungan di depannya. Terukir senyuman di wajah basah Diyan yang sedikit pucat dengan tubuhnya terasa sangat lemah dan menggigil kedinginan. Diyan tahu, Sang istri tengah kebingungan, bagaimana melepaskan bajunya yang basah?.
Setelah, Cukup berpikir, Dina melangkah ke arah lemari pakaian dan mengambil pakaian yang akan Diyan kenankan. Dina kembali lagi berdiri di dekat Diyan dengan membawa pakaian untuknya.
" Ganti sendiri baju Kamu! " Perintah Dina, sambil melempar pakaian itu pada sang suami dan kemudian dia keluar dari kamar, Meninggalkan Pria lemah dan kedinginan yang menatapnya dengan sedih.
" Ternyata Dia masih marah... " Diyan sadar, Apa yang dilakukannya sore tadi? Membentak istrinya sore tadi dan itu masih membekas di hati dan di ingatan sang istri.
" Maafkan, Aku... Tidak seharusnya Aku melakukan itu. Tapi... " Sudut bibir Diyan tertarik ke atas, Tersenyum dengan binar mata senang.
Diyan memiliki rencana, Agar mendapatkan Maaf dan juga hati Wanita yang telah di terimanya menjadi Istrinya.
Dengan susah payah, Diyan akhirnya bisa menggantikan pakaian kering yang istrinya berikan, Meletakkan pakaiannya yang basah di lantai begitu saja. Bersamaan dengan itu, Dina masuk ke kamarnya dengan membawa napan berisi Semangkuk bubur yang masih panas dan segelas minuman hangat berwarna coklat pudar yang Diyan dapat cium dari aromanya, itu adalah teh susu jahe yang bisa menghangatkan tubuhnya.
" Syukurlah... Ku kira, Dia tidak bisa menggantikan pakaiannya sendiri " Ucap Dina dalam hati, Menatap pakaian yang suaminya kenankan tadi, sudah berada di lantai dan kembali menatap wajah yang sedikit pucat.
" Sekarang, Makan dan Minum ini " Dina berucap datar sambil meletakkan napan di atas nakas yang berada di samping kepala ranjang, di sebelah kiri.
" Tidak bisakah... Dina, Kamu menyuapi Pria lemah ini " Pinta Diyan dengan suaranya bergetar, kedua tangannya melingkar yang seakan memeluk dirinya sendiri, Diyan terlihat kasihan di mata Dina.
" Lakukan sendiri " Ketus Dina, dan memilih duduk di sofa yang berada di sudut kamar Diyan.
Dina terlihat Acuh, bersikap tidak peduli terhadap Diyan. Namun, Sebenarnya, Di dalam hati, Dina merasa sangat kekhawatiran dan cemas, seperti sebelumnya dan Dina juga bertanya-tanya, Kenapa Diyan bisa kehujanan? Apa yang di lakukan Diyan di luar, sampai basah kuyup? pikir Dina. Tapi, Dina tetap diam dengan duduk di sofa sambil membuka isi ponsel yang begitu banyak pesan dari kedua Sahabatnya yang mengawatirkan dirinya, dan Dina tentunya membalas pesan-pesan kedua Sahabatnya. Dina berpura-pura tidak peduli dengan keadaan Diyan yang perlu di kasihani.
" Mama, Cepatlah pulang! Agar Aku, Bisa menjalankan rencana, Ku! " Teriak Diyan dalam hatinya, Sambil berusaha menyendokkan bubur ke dalam mulutnya dengan tangan gemetar.
Namun, Baru saja, Dua sendok makan masuk ke dalam mulutnya, Diyan langsung menyerah. Dia meletakkan Semangkok bubur yang masih terlihat banyak itu di atas nakas dan Dia memilih untuk tidur dari pada mengisi perutnya yang kelaparan. Dina yang memang diam-diam memperhatikan Diyan, dan melihat itu, membuatnya menghela nafas berat. Dina berdiri dan kembali melangkah, Mendekati ranjang Diyan dan Duduk di pinggir ranjang yang begitu dekat dengan Diyan yang tengah berbaring telentang.
" Mas Diyan " Mendengar suara Dina, Diyan membuka matanya dan melihat Dina duduk di dekatnya dengan memegang mangkuk bubur.
" Makanlah " Dina menyendokkan bubur dan mengarahkannya ke mulut Diyan.
Diyan tidak mengatakan apa pun, Dengan senang hati, Dia menuruti dengan menerima setiap suapan dari Dina. Sampai akhirnya, Diyan meminum teh jahe dengan bantuan Dina yang selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh kehati-hatian. Setelah selesai, Diyan tidak lagi lemah, sudah kembali kuat dan tidak merasakan kedinginan lagi, Karena teh susu jahe dan penghangat di kamarnya yang Dina nyalakan sejak tadi. Sedangkan, Dina berdiri dari duduknya dan ingin melangkah pergi. Namun pergelangan tangan di cekal oleh tangan kekar Diyan, Sehingga menghentikan langkahnya untuk tidak jadi pergi. Dina berbalik badan, menatap pergelangan tangannya yang di cekal Diyan dan kemudian menatap wajah yang tidak lagi terlihat pucat.
" Siapa Kamu? " Ucap Diyan, dan pastinya membuat perasaan Dina terkejut. Tapi, dengan cepat, perasaan itu berganti dengan rasa kesal.
" Mas Diyan, Kamu jangan bercanda dengan, Ku. Sekarang tidurlah! " Ujar Dina dengan kesal.
" Jawab saja pertanyaan, Ku? Apakah sesulit itu, menjawab, Ku? " kata Diyan lagi. Terlihat Dina memutar bola matanya dan menatap Diyan dengan kesal.
" Aku Dina, Istri Mu! Apa Kamu puas sekarang!?" Ketus Dina, dan Diyan tersenyum merekah mendengar itu.
" Kalau begitu... Tidur dengan, Ku " Sedikit ragu, Diyan mampu mengatakannya langsung pada Dina.
Deg
" Tapi... Bukannya, Kamu yang minta kita beda kamar dan kenapa... sekarang... " Ucap Dina dengan jantung yang berdebar kencang, Dina merasa sangat terkejut mendengar perkataan Diyan.
" Itu dulu, Sekarang dan seterusnya, Kita tidur sekamar " Jawab Diyan, dan kemudian, Menarik tangan Dina yang masih di cekalnya. Sehingga, tubuh Dina jatuh menimpa tubuhnya dan semakin membuat Dina terkejut dengan apa yang Dia lakukan pada istrinya.
" Mas... Jangan seperti ini... Aku... " Dina merasa gugup, dengan detak jantungnya semakin kencang.
" Cepat atau lambat, Kamu harus merasakan yang lebih dari ini, Istriku " Diyan berkata dengan lembut, terdengar seperti bisikan yang membuat tubuh Dina meremang, Seakan perlakuan Diyan mengantarkan sengatan listrik yang membuatnya segera ingin menghindar. Namun, Tidak bisa, Diyan melingkar kedua tangannya di pinggul sang Istri, memeluk erat. Sehingga tidak bisa melepaskan dirinya dari Suaminya.
" Ok, Aku tidur di sini bersama, Mu. Tapi, bisakah, Kamu melepaskan, Ku. Aku sangat sulit tidur, bila seperti ini, Mas Diyan " Kata Dina Gugup. Diyan membalikkan posisi, sehingga Dina berada di bawa tubuhnya. Diyan menindik tubuh istrinya, Hanya saja, Diyan menggunakan kedua tangannya untuk menahan tubuh besar nan kekar, Agar tidak terlalu menindih tubuh mungil sang Istri.
" Bagaimana, Bila seperti ini, Dina... " Bisik Diyan dengan sengaja menghembuskan nafas hangat di leher putih mulus istrinya.
" Mas... Diyan... Aku... merasa ti-- " Perkataan Dina terpotong, Karena bibirnya di sumbat dengan benda kenyal dan hangat.
" Diyan mencium, Ku! " Dalam hati Dina, syok dengan perlakuan Diyan di atas tubuhnya.
Perlahan, Sebuah kecupan itu, Menjadi sebuah ciuman yang penuh gelora membara yang Diyan ciptakan sendiri. mata Dina yang tadinya terbelalak lebar, perlahan mulai sayu dan terpejam rapat. Dengan kaku membalas ciuman sang Suami yang menginginkan dirinya untuk membalas ciuman lembut yang memabukkan.
" Istriku, Kamu ternyata menyukai sentuhan, Ku " Bisik Diyan di depan wajah sang Istri.
" Apa yang Kamu lakukan... " Mata Dina terbelalak lebar, Menyadari, Dirinya terlena dengan perlakuan bibir Sang Suami yang begitu lembut menikmati bibirnya. Pipi Dina bersemu merah, Merasa malu, tidak di pungkiri, Dina sangat menyukainya.
" Ciuman manis, Istriku " Ucap Diyan dengan seringai nakal yang terlihat jelas di bibirnya. Merasa senang, Membuat Istrinya tersipu malu di depannya.
Diyan mengulanginya lagi, mencium sang Istri dengan lembut dan Dina yang awalnya sangat terkejut dengan mata yang terbelalak lebar. Perlahan terlena dengan mata yang kembali terpejam, menikmati peraduan bibir dengan Suaminya yang begitu lembut memanjakan bibirnya dan perlahan semakin menuntutnya dan mendambakan dirinya untuk terus membalas ciuman manis. Mengekspoler, Mengecap dan Menghisap setiap rasa manis di dalam rongga mulut dengan penuh kenikmatan peraduan bibir sepasang suami istri yang baru saja memulai rasa manisnya bibir bersama.
Suasana malam yang dingin, Akibat hujan deras yang masih melanda, Membasahi permukaan bumi, sangat mendukung suasana di antara Dina dan Diyan lakukan, pada malam ketiga ini mereka bersama lagi. Seterusnya dan selamanya, Dina dan Diyan akan selalu tidur sekamar, Bagaikan Suami dan Istri pada umumnya. Dina maupun Diyan telah menerima Pernikahan yang bermula karena paksaan orang tua mereka, yaitu Zaskia dan Endra.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
selamat y diyan rencana km brhasil
2022-02-12
0