" Aku ingin Kamu bahagia! Tapi, Kenapa Kamu menerima menikah dengan, Ku? Aku tahu... Kamu mencintai Pria lain... Maaf, Aku melampiaskan Amarah, Ku pada, Mu... Maaf... Maaf... Maaf " Wajah Diyan perlahan menunduk sedih, Mengucapkan maaf terus menerus dengan wajah Putus Asa yang untuk pertama kalinya di tunjukkan dihadapan Wanita yang telah lama mengusik Hati, pikirnya dan yang berubah dirinya, Wanita itu, Dina yang telah menjadi, Istrinya.
Dina terdiam, Tidak tahu mau mengatakan apa? Melakukan apa lagi? Di saat, perasaannya sangat terkejut, Dengan Pria yang ada di hadapannya itu katakan dan jelaskan padanya. Dina tidak menduga, Jika sifat Pria di hadapannya ini berubah, Karena Pria lain dari masa lalu yang telah menjadi mantannya selama enam tahun lamanya. Dina juga tidak berharap untuk dapat bertemu dengan mantannya itu. Tapi, Sekarang! Dina terdiam mematung, dengan seribu bahasa yang sulit untuk di keluarkan dari mulutnya sendiri.
selama enam tahun lamanya, Begitu banyak pertanyaan yang membuat Dina bertanya-tanya apa yang merubah sikap Diyan padanya? Hari ini telah terjawabkan langsung dari mulut Diyan sendiri. Namun, Dina bimbang, menjawab pertanyaan Diyan, Mengenai dirinya yang mau menikah dengannya. Ingin rasanya, Dina mengatakan, Bila dirinya terpaksa. Tapi, Dina sadar, Jawaban itu pasti akan menyakiti hati Diyan.
" Jawaban apa yang harus, Ku katakan!? Aku tidak ingin lagi menyakiti hatinya... Tapi... " Dina berucap dalam hati, Matanya menatap wajah sedih yang merasa bersalah padanya. Dina terdiam dalam Kebimbangannya, berbicara pada dirinya sendiri. Namun, Dina belum juga berani mengatakan apa pun pada Diyan.
Sampai tiba saja, Di tengah Kesunyian yang melanda di dalam kamar yang membelenggu perasaan sedih, Rasa bersalah dan kebimbangan. Terpecahkan dengan suara terdengar nyaring yang berasal dari pintu kamar.
" Diyan! Dina! Kalian tidak lagi bertengkarkan? " Suara yang tidak asing, Dina dan Diyan mengenal suara itu, Suara Endra.
" Tidak Pa! " Diyan menjawab kekhawatiran Sang Papa.
" Kalau gitu, Cepat keluar, Papa ingin bicara dengan kalian berdua " Endra bernafas lega, dan berlalu pergi dengan perasaan Tenang. Setelah, memberikan perintah pada Dina dan Diyan untuk segara menemuinya.
Diyan menatap Dina sebentar, dan begitu juga Dina yang menatap Diyan. Mereka saling menatap Beberapa detik, Hingga Diyan memutuskan tatapan itu, dan melangkah pergi, meninggalkan Dina yang terdiam mematung di tempatnya.
" Dina " Mendengar suara yang memanggil namanya, Dina berbalik badan, Melihat Diyan berdiri di pintu kamar yang sudah terbuka lebar.
" Tidak perlu menjawabnya " Diyan tersenyum tulus, dengan binar matanya yang tidak lagi mengunus tajam maupun dingin. Tapi, Tatapan penuh cinta yang Diyan tujukan pada Dina, Istrinya.
" Cukup, Dengan Kamu ada di dekat, Ku. Itu sudah menjadi jawaban yang membuat, Aku senang. Mendekatlah pada, Ku " Diyan mengulurkan tangan kanannya. Dina dengan sedikit berat, melangkah kakinya mendekati dan menerima uluran tangan Suaminya.
" Jika, Suatu hari... Kamu memilih Pria lain... " Diyan menjeda perkataannya, dan menghela nafasnya dan kembali menatap wajah cantik Istrinya dengan senyuman yang dipaksakan begitu terlihat senang.
" Katakan pada, Ku. Agar, Aku, Bisa melepaskan, Mu. Tanpa harus, Aku menyakiti, Mu. Bagi, Ku... Kebahagiaan, Mu lebih penting dari Apa pun " Setelah, Mengatakannya, Diyan langsung menarik tangan Dina bersamanya pergi meninggalkan kamar, menemui orang tersayang mereka yang menunggu di lantai bawah.
Dina tetap diam, mengikuti langkah Diyan membawanya. Matanya menatap tangan Diyan yang menggenggam erat tangannya, Seakan berat dan takut melepaskannya. Dina menatap punggung dan wajah Diyan yang hanya terlihat sebagian saja. Dina tersenyum kelegaan dengan perasaan hati senang dalam debaran jantung yang berdebar kencang.
" Kamu, Memang tidak menyakiti, Ku.Tapi, Kamu akan menyakiti hati, Mu. Jika, Kamu melepas, Ku. Aku, Dina Zaskia Prabowo, Akan selalu menjadi teman, Mu, Hingga ajal memisahkan Kita, Suamiku. Selalu bersama, Mu..." Di kesunyian dengan hembusan angin, Dina tersenyum hangat hanya terus menatap wajah yang berusaha terlihat baik-baik saja di hadapannya. Membuatnya, Hanya mampu berkata dalam diam di dalam hatinya yang paling dalam.
Tapi, Dina tahu, Diyan, Pria yang tengah menggenggam erat tangannya dan berjalan bersamanya. Merasa takut, Takut kehilangan dirinya, Tidak yakin melepaskannya, dan Mungkin akan merasa sangat tersakiti, Bila merelakannya pergi dengan Pria lain.
" Suamiku " Suara lembut Dina, Menghentikan langkah Diyan yang hampir memijakkan kakinya di tangga.
Diyan terkejut mendengar panggilan Dina. Tapi, Walau pun terkejut dan bingung, Diyan tetap berbalik badan, menoleh, dan menatap Dina yang tengah tersenyum padanya, Senyuman sangat manis. Dina melihat sebentar ke lantai bawa, Di bawa sana ada orang-orang yang sangat menyayangi Dan mencintainya, Tengah saling berbicara dengan duduk bersama di sofa dengan senyuman cerah dan tawa canda, Dina bahagia melihat ke harmonis keluarga besarnya. Dina kembali menatap wajah tampan Diyan, Menarik lembut tangan yang masih menggenggam erat tangannya untuk ikut bersamanya. Diyan tidak menolak, Dengan patuh, mengikuti kemana Dina menariknya, hanya berdiri di dekat dinding.
" Jika, Bukan karena pertemuan Kita, Ketika kecil... Mungkin, Aku tidak akan pernah merasakan... Kasih sayang dan Cinta dari sebuah keluarga. Dulu... Aku, Merasa sangat sedih, Melihat Mu yang begitu sangat dingin pada, Ku. Tapi, Hari ini... " Dina berucap dalam hatinya sambil menatap dalam manik mata Diyan yang terlihat bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba menariknya dan menghentikan langkahnya menemui keluarga mereka.
" Tidak perduli bagaimana masa lalu, masa kini dan masa depan nanti. Aku, Akan selalu bersama, Mu " Dina mendorong dirinya dalam pelukan Kehangatan dan Kenyamanan tubuh besar Diyan.
" Terima Kasih " Ucap Dina, Ketika Diyan membalas pelukannya dengan Erat.
" Terima Kasih? Buat apa? " Diyan bertanya bingung, mendengar ucapan Dina.
Namun, Dina tidak menjawabnya, Dina melepaskan pelukan Kehangatan itu dan menarik tangan Diyan untuk mengikuti langkahnya, menemui orang tersayang dan tercintanya yang masih setia menunggu kedatangan mereka berdua.
" Terima Kasih, Diyan. Karena, Mu, Aku tidak merasa sendirian. Terima Kasih, Atas kehadiran, Mu, Aku merasakan kebahagiaan yang melebihi dari Apa pun di hari ini! " Dalam hati Dina merasa sangat senang dan bahagia.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Om Rudi
Perjalanan Alma Mencari Ibu hadir
siapa tuh pria idaman lain (PIL) itu?
2022-01-01
0
Umi Rahma
lanjut thor.
2021-12-26
0