09

"Kamu dari mana?" tanya Alvino saat mereka sudah duduk di sebuah kursi Restoran.

"Aku baru saja selesai acara bersama teman-temanku,"

"Sendirian?" Ana mengangguk pelan sebagai jawaban. Mereka berdua makan dengan di selingi beberapa obrolan. Setelah selesai, Alvino mengantar Ana pulang ke rumahnya karena kebetulan Ana tidak membawa kendaraan hari ini. Alvino menghentikan mobilnya di depan rumah yang terlihat mewah.

Dia ternyata anak orang kaya. Batin Alvini.

Ana segera membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Senyum Ana terlihat mengembang saat melihat Rania yang berlari kecil ke arahnya.

"Kakak!" teriak Rania, setelah mereka dekat, Rania merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Ana dan Ana pun membalas pelukan adiknya.

"Kenapa Kakak baru pulang? Papa pergi bersama temannya, aku kesepian di rumah sendirian," ucap Rania manja. Ana mengusap rambut Rania dengan lembut. Semenjak kepergiaan mama mereka berdua, Rania menjadi sangat manja kepadanya. Saat Ana ada urusan tanpa Rania, sudah bisa dipastikan saat dirinya pulang, Rania akan selalu menyambutnya. Rania melerai pelukan itu dari tubuh Ana, dia menatap heran ke arah mobil yang baru pertama kali di lihatnya.

"Kakak pulang sama siapa?" tanya Rania penasaran.

"Sama Alvino, yang kemarin baru saja resmi menjadi CEO," terang Ana. Tubuh Rania langsung menegang, dia terdiam dengan jari jemari yang saling meremas. Ana menatap bingung ke arah Rania yang tiba-tiba terlihat sangat gugup. Alvino turun dari mobil dan mendekat ke arah mereka berdua. Bukannya tenang, tubuh Rania justru semakin terihat gugup.

"Kamu kenapa, Ran?" tanya Ana khawatir saat melihat gelagat Rania yang terlihat seperti menghindari Alvino.

"Hey, apa kamu takut melihatku? Kenapa kamu selalu menunduk saat melihatku?" tanya Alvino tanpa basa-basi. Alvino menatap heran ke arah Rania yang tidak pernah berani mengangkat wajahnya saat berhadapan dengannya.

"Ti-tidak Tuan," jawab Rania terbata. Rania berjalan mundur perlahan, walaupun Alvino tetap berdiri di tempatnya.

"Lantas kenapa ...."

"Kak, Rania masuk kamar dulu ya. Ada tugas kuliah yang harus Rania selesaikan," pamit Rania memotong ucapan Alvino. Rania berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Ana dan Alvino hanya menatap kepergian Rania dengan bingung.

"Apa adikmu selalu seperti itu terhadap orang baru?" tanya Alvino saat Rania sudah tidak terlihat lagi.

"Tidak juga, dia memang sedikit pemalu, tetapi dia tidak pernah selalu menunduk seperti itu sata bertemu orang baru," sahut Ana yang juga merasa bingung dengan Rania. "Nanti coba aku tanyakan. Ayo masuk dulu, Al," ajak Ana.

"Tidak, terima kasih. Mungkin lain kali aku mampir," tolak Alvino dengan senyum simpul di bibirnya. Ana pun membalas senyuman Alvino.

"Aku juga berterima kasih karena kamu sudah mengantarku pulang," balas Ana. Sebenarnya, Ana sangat terpesona dengan senyuman Alvino yang selalu membuat Alvino berkali-kali lipat terlihat semakin tampan.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Permisi," pamit Alvino, dia kembali masuk ke dalam mobil, lalu melajukan mobil itu meninggalkan rumah Ana, sedangkan Ana menatap lekat ke arah mobil Alvino hingga mobil itu menghilang dari pandangannya. Setelah kepergian Alvino, Ana kembali masuk ke dalam rumah, sedangkan Rania masih berdiri di samping jendela kamar miliknya yang berada di lantai dua.

"Kamu tampan sekali kalau tersenyum. Sayang, senyumanmu itu bukan untukku," gumam Rania sedih, Rania seperti merasakan rasa cemburu saat Alvino dekat dengan Ana. Apalagi, Alvino dan Ana saling melempar senyuman manis seperti tadi.

"Aku harus sadar, kalau aku tak pantas lagi untukmu." Rania memejamkan mata kedua bola matanya seraya meremas kuat korden jendela yang berada dalam genggaman tangannya. Rasanya, Rania tidak bisa lagi menahan airmata yang keluar dari sudut matanya.

🍀🍀🍀🍀🍀

"Kamu sudah pulang, Al?" tanya Aluna saat melihat Alvino masuk ke dalam Mansion. Alvino berjalan mendekati Aluna, lalu mencium pipi Aluna.

"Yes, Mom. Barusan ban mobil Al bocor di jalan," kata Alvino sambil menyandarkan kepalanya di sofa.

"Terus bagaimana? Kenapa kamu tidak menghubungi Daddy?" tanya Davin yang sedari tadi hanya diam menatap anak sulungnya.

"No! Tadi ada teman Cacha yang bantuin Al mengganti ban mobil. Dia perempuan, tetapi sangat hebat, Dad. Dia bisa mengganti ban mobil Al tanpa bantuan siapapun," cerita Alvino dengan antusias, membuat Aluna dan Davin tertegun.

"Hebat sekali, apa dia teman Cacha yang kemarin bernyanyi di acara kamu?" tanya Aluna penasaran.

"Bukan, tetapi kembarannya. Wajah mereka kembar, tetapi mereka sangat berbeda jauh," sahut Alvino, Aluna dan Davin tersenyum tipis, baru kali ini Alvino antusias saat menceritakan tentang lawan jenis.

"Apakah kamu tahu, Al? Gadis yang bernyanyi di acara kamu itu ternyata anak gadis Tuan Sandi pemilik Sandijaya Group. Daddy pernah bekerjasama dengan mereka, tetapi entah apa alasannya, tiba-tiba Tuan Sandi pindah keluar negeri dan baru saja kembali kesini." Alvino mendengarkan ucapan Davin dengan cermat.

"Mereka teman sekolah Cacha, berarti mereka teman sekolah Nadira dan Febian juga. Apa kamu suka dengan salah satu di antara mereka?" Alvino langsung menatap ke arah Davin.

"Dad, aku belum sedikitpun berpikir tentang cinta. Bukankah Daddy baru saja melimpahkan tanggung jawab Alexander Group kepada Al?" Alvino bertanya balik dengan kesal.

"Daddy hanya bertanya, barangkali kamu menyukai salah satu di antara mereka dan berencana akan menikah muda. Kamu mau memilih yang mana, Al? Gadis tomboy dan pemberani atau yang memiliki suara yang luar biasa?" Davin kembali menggoda Alvino, dengan kesal Alvino segera bangkit berdiri dan berjalan menuju ke kamar. Davin terkekeh geli menatap punggung Alvino yang menjauh dari pandangan mataya.

"Kamu itu, Mas! Senang sekali membuat Al kesal," protes Aluna, Davin merangkul Aluna dan mendaratkan ciuman di pipi Aluna.

"Biarkan saja. Dia juga suka menggodaku dan membuat aku kesal. Aku mencintaimu, Sayang," ucap Davin seraya menciumi pipi Aluna.

"Ingat Mas! Kita sudah tua." Aluna menepuk pipi Davin pelan.

"Walaupun kita sudah tua, tetapi ...."

"Semangat kita harus selalu muda," sela Aluna memotong ucapan Davin, membuat Davin begitu gemas dan menghujami wajah Aluna dengan banyak ciuman.

"Mas, memang kamu mau menjodohkan Al dengan salah satu di antara mereka?" tanya Aluna ragu.

"Tidak juga, trtapi kalau Al jatuh cinta dengan salah satu di antara mereka, aku oke-oke saja," jawab Davin santai. Aluna menghela napas panjang.

"Biarkan Al fokus pada perusahaannya dulu," lirih Aluna. Dia tidak menyangka, Al yang dulu dia timang-timang kini telah menjadi seorang pemimpin perusahaan Alexander Group.

🍀🍀🍀🍀🍀

"Ran, boleh Kakak bertanya sesuatu?" tanya Ana saat mereka berdua sedang tiduran bersama. Rania tidak menyahuti, tetapi dia menatap penuh tanya pada Ana.

"Kenapa kamu selalu menunduk saat bertemu Al? Apa ada sesuatu?" tanya Ana lembut, karena dia takut menyinggung perasaan Rania.

"Tidak, aku hanya tidak percaya diri saja bertemu pria tampan seperti dia," bohong Rania. Ana menghembuskan napas secara kasar, dia berusaha mempercayai ucapan Rania, meskipun hatinya mengatakan kalau Rania berbohong saat ini.

"Kamu yakin?" Ana benar-benar ingin memastikan jawaban adiknya. Rania mengangguk pelan.

"Iya Kak. Bukankah Kakak tahu sendiri kalau tubuhku sudah tidak mulus lagi. Jadi, aku akan berusaha membatasi diri dari laki-laki mana pun. Aku tidak ingin kecewa pada akhirnya," lirih Rania. Ana langsung memeluk tubuh Raina erat. Mereka berdua telah bersama sejak di dalam kandungan, jadi apa yang Rania rasakan maka Ana akan ikut merasakan, begitu juga sebaliknya. Saat sedang asyik berpelukan, tiba-tiba ponsel Rania berdering. Rania melihat nama 'Kak Kenan' tertera di layar ponsel, dengan wajah bahagia Rania langsung mengangkat panggilan itu.

"Hallo, Kak Ken," sapa Rania dengan senyum mengembang. Hati Ana mencelos sakit, dia merasakan nyeri di dadanya. Sejak pertemuan mereka di luar negeri sekitar lima tahun yang lalu, sebenarnya Ana sudah jatuh cinta padangan pertama kepada Kenan. Namun, Kenan seolah tidak pernah menatap atau peduli padanya, Kenan justru sangat dekat dengan Rania, tetapi tidak dengannya.

Terpopuler

Comments

Junita Junita

Junita Junita

oh begitu alur nya tertukar..

2022-11-27

0

Rina Widiyanti

Rina Widiyanti

cinta segi banyak 😂😂😂😂

2022-07-26

0

Otin Frankenstein Jr.

Otin Frankenstein Jr.

oh

2022-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!