02

Mansion Alexander.

Keluarga Alexander sedang makan malam bersama. Termasuk Queen yang sekarang ikut tinggal di mansion karena jarak dari mansion yang lebih dekat menuju ke sekolahnya daripada dari rumah kedua orang tuanya.

"Al, setelah ini ada hal penting yang akan Daddy bicarakan sama kamu," ucap Davin sambil membalikkan sendok di atas piring, pertanda ia telah selesai makan.

"Hal penting apa, Dad?" tanya Alvino, tangan kanannya menyuapkan sesendok nasi terakhir ke dalam mulut dan mengunyahnya secara perlahan.

"Perihal tadi siang yang menimpamu, mommy sudah menceritakan semuanya."

"Baik, Dad." Alvino menaruh sendoknya karena piringnya sudah kosong.

"Apa Daddy akan menyuruh Uncle Jo?" Alvino berjalan mengekor di belakang Davin yang sedang melangkahkan kakinya menuju ke ruang keluarga.

"Tadi siang, Daddy sudah langsung menyuruh uncle kesayanganmu, tetapi uncle mu tidak bisa menemukan apapun sama sekali." Davin mendudukkan tubuhnya di atas sofa, di ikuti Alvino yang duduk di sampingnya.

"Why? Bukankah uncle pintar dalam hal apapun, bahkan Daddy saja kalah jauh darinya." Davin menatap tajam ke arah putra sulungnya sedang tersenyum puas, seolah sangat bahagia sudah mengejeknya.

"Maaf, Dad." Alvino menunjukkan rentetan gigi putihnya sambil menunjukkan tanda piece dengan jarinya.

"Kamu sebenarnya anak Daddy apa anak uncle? Kenapa kamu selalu membela dia daripada Daddy?" tanya Davin dengan nada protes karena Alvino selalu membandingkan dirinya dengan Jo.

"Tentu saja anak Daddy! Bukannya yang mencetak aku itu mommy dan Daddy, bukan Uncle Jo?"

"Astaga! Kamu benar-benar menyebalkan!" Davin mengusap wajahnya kasar, menghadapi Alvino sama persis seperti saat menghadapi Jo, dia membutuhkan kesabaran ekstra.

"Kenapa sih, Mas?" tanya Aluna yang baru saja bergabung, ia menatap heran ke arah Davin dan Alvino secara bergantian.

"Sayang, anak sulung kesayanganmu ini seperti bukan anakku saja, dia selalu memuji Jo di depanku. Padahal aku yang sudah susah payah membuatnya setiap malam," adu Davin. Aluna memukul pelan lengan Davin tapi setelah itu, dia terkekeh geli.

"Menurutku wajar dong, Mas. Bukankah saat aku hamil Al, kamu yang ngidam dan Jo yang selalu menjadi suami siaga untukmu?" Aluna menutup mulutnya sembari menahan tawa saat teringat kejadian dulu. Davin mencium pipi Aluna karena merasa sangat gemas dengan istrinya itu.

"Al, sepertinya gadis yang menolongmu itu bukan dari kalangan biasa. Nyatanya, Uncle Jo yang begitu pandai saja tidak bisa menemukan identitasnya sama sekali. Al, seandainya kita berhasil menemukan gadis itu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Davin menyelidik.

"Jangan menatap curiga seperti itu, Dad. Al tidak mungkin berpikiran macam-macam. Ingat, Dad! Al belum lama di sunat. Al hanya ingin berterima kasih padanya karena sudah menolong Al." Suara Alvino terdengar begitu lirih diiringi helaan napas yang panjang.

"Daddy akan mencoba dan berusaha semaksimal mungkin agar bisa menemukannya. Kamu lebih baik tenang dan fokuslah pada sekolahmu," ucap Davin berusaha menenangkan hati putra sulungnya.

"Daddy memang bisa di andalkan," puji Alvino bangga.

"Cih! Kamu hanya memuji Daddy saat ada maunya saja," cibir Davin dan mendapat gelakan tawa dari Alvino.

"Bagaimana dengan sekolahmu? Setelah lulus, kamu mau meneruskan ke sekolah mana?"

"Astaga, Dad! Bukankah Al baru saja kelas satu SMP, masih butuh waktu dua tahun lebih untuk lulus. Daddy sangat tidak sabaran!" Suara Alvino terdengar begitu ketus.

"Hahaha, rasanya Daddy sudah tidak sabar ingin segera pensiun dan menikmati masa tua Daddy bersama mommy." Alvino menghembuskan napas kasar setelah mendengar ucapan Davin. "Biar Daddy tebak Al, kamu pasti bakal satu sekolah lagi sama soulmate kamu kan? Anak uncle kesayanganmu. Jonathan Saputra," tebak Davin sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Daddy memang paling pintar soal urusan menebak walau terkadang tidak tepat. Ya sudah, Al mau ke kamar dulu. Ada tugas sekolah yang belum Al kerjakan," pamit Alvino sambil beranjak bangun dan meninggalkan ruang keluarga. Davin dan Aluna hanya diam memandang punggung Alvino yang perlahan menjauh dari pandangan mereka.

"Mas, memang tidak ada sedikit pun informasi yang bisa kamu dapatkan?" tanya Aluna penasaran.

"Sayang, Jo hanya berhasil meretas CCTV di lokasi kejadian saja. Aku memang melihat gadis itu terluka parah tapi saat Jo meretas jalan di sekitarnya. Sama sekali tidak ada jejak yang bisa di temukan. Hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi." Aluna menoleh ke arah Davin yang sedang terlihat bimbang.

"Kemungkinan apa, Mas?"

"Pertama, dia bukan dari kalangan biasa. Kedua, dia dibawa pergi entah kemana atau sudah tiada." Kedua bola mata Aluna membola saat mendengar jawaban dari Davin.

"Semoga dia masih hidup dan baik-baik saja. Kalaupun tidak sekarang, aku berharap suatu saat nanti masih bisa bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih padanya," ucap Aluna penuh harap, Davin hanya mengamini lalu mencium pipi Aluna dengan mesra.

"Bagaimana dengan dua pria yang hendak menculik Al, Mas?"

"Mereka sudah berhasil ditangkap setelah kecelakaan itu. Mereka memang penculik anak remaja yang hendak di jadikan budak untuk menghasilkan uang."

"Astaga, mereka jahat sekali."

"Ya, tapi kita harus bersyukur karena Al tidak jadi di culik. Sayang, di mana Nadira dan Febian?" tanya Davin, karena seusai makan malam, dia tidak melihat keberadaan kedua anaknya itu.

"Mereka sudah berada di kamar, Mas. Barusan masih ngerjain tugas sekolah, mungkin sebentar lagi akan tidur. Queen juga sama," sahut Aluna. Davin menyeringai tipis ke arah Aluna sambil mengerlingkan matanya.

"Aku tahu isi otakmu kalau sedang menunjukkan senyum licik seperti itu, Mas," tukas Aluna sambil beranjak bangun dan berjalan menuju ke kamarnya.

"Sayang, kenapa kamu sangat curigaan sekali," ucap Davin manja, Aluna hanya menanggapi dengan cebikkan kesal.

"Ayo kita buat adik untuk Febian," ajak Davin sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

"Ingat umur, Mas! Mengurus Nadira dan Febian yang hanya berjarak satu tahun saja aku masih sangat kerepotan. Sekarang kamu masih mau nambah lagi? Memang kamu pikir mengurus anak itu gampang!" sewot Aluna sebal, sedangkan Davin hanya cengengesan.

"Cantiknya istriku. Ya sudah kita olahraga saja yuk, biar tulang kita tetap sehat seperti masih muda, meskipun usia kita sudah tidak muda lagi," rayu Davin sambil memeluk Aluna dari belakang.

"Mas, kemarin malam kan sudah," tolak Aluna berusaha melepaskan pelukan Davin.

"Malam ini kan belum," timpal Davin sambil mengecup leher belakang Aluna, hingga tubuh Aluna terasa meremang. Aluna yang awalnya menolak, akhirnya luluh juga dengan sentuhan-sentuhan dari Davin.

...***...

Alvino yang baru saja memasuki kamarnya, segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan memeluk guling yang tergeletak di sampingnya. Dia menatap ke arah langit-langit kamar, ingatannya kembali terputar tentang kejadian tadi siang.

"Sebenarnya kamu pergi ke mana? Kenapa menghilang begitu saja? Apa kamu baik-baik saja? Aku harap kita akan bisa bertemu suatu saat nanti, agar aku bisa berterima kasih padamu dan membalas segala kebaikanmu," gumam Alvino sambil berusaha memejamkan matanya. Meskipun bayangan gadis itu terus datang menghantuinya.

...🍫🍫🍫🍫...

Dukungan kalian selalu Author tunggu yaa

Jangan lupa like, vote maupun komentar

kasih hadiah juga boleh banget, Author sangat berterimakasih

Salam sayang dari Author recehan

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

kayaknya aku sudah baca kisah ni dipart aluna dan davin tapi aku agak lupa ya

2023-11-13

0

guntur 1609

guntur 1609

di part ni sdh muncul kekonyolan mereka aku suka. sama keluarga davino dan jonathan

2023-11-13

0

guntur 1609

guntur 1609

lupa aku siapa ya queennn ni

2023-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!