04

Aluna yang sedang bersama kedua anaknya di depan ruang TV, menatap heran ke arah suaminya yang sedang berjalan mendekatinya dengan wajah yang terlihat marah.

"Tumben sekali jam segini kamu sudah pulang, Mas? Kenapa raut wajahmu juga terlihat sangat kesal?" tanya Aluna heran.

"Di mana Al?" Tanpa menjawab pertanyaan dari Aluna, Davin justru bertanya balik dengan penuh penekanan.

"Dia belum pulang sekolah," jawab Aluna, "memang kenapa?"

"Sayang, kenapa kamu mengizinkan Al mengendarai motor ke sekolah?" tukas Davin, tetapi Aluna justru menautkan kedua alisnya.

"Siapa yang mengizinkan Al naik motor? Aku sudah menyuruhnya berangkat pakai mobil bersama sopir. Lagipula, semua kunci motor sudah kusimpan dengan baik," bantah Aluna.

"Tadi, saat di lampu merah, Al berhenti tepat di sampingku dan aku tidak mungkin salah mengenali anakku sendiri! Kalau kamu tidak percaya, kamu cek saja motor dan kuncimu," perintah Davin. Aluna bergegas menuju kamarnya dan membuka laci nakas. Dia mengamati kunci kendaraannya satu persatu.

"Lihatlah mas, kuncinya masih lengkap. Kamu bisa mengeceknya sendiri." Davin meraih kunci itu dan mengeceknya. Keningnya mengkerut saat melihat semua kunci masih berada di tempatnya. Dia berjalan cepat menuju ke garasi diikuti Aluna di belakangnya.

"Astaga! Kenapa si merah tidak ada?" pekik Aluna saat mereka sudah sampai di garasi.

"Benarkan yang aku katakan! Dasar anak nakal!" umpat Davin kesal. Aluna hanya diam sambil menghidupkan ponselnya lalu mengecek keberadaan Alvino lewat GPS.

"Di mana dia?" tanya Davin tidak sabar.

"Di rumah Grandpa Bagas," jawab Aluna lirih. Davin langsung mengusap wajahnya kasar.

"Astaga! Alvino. Pasti dia mau mencari perlindungan dari Ronal," kata Davin sambil menggaruk kasar rambutnya yang tidak gatal.

"Bukankah Kak Ronal kan sedang ada perjalanan bisnis?" tanya Aluna.

"Ronal sudah pulang tadi pagi," sahut Davin seraya melangkahkan kakinya keluar dari mansion dan segera masuk ke dalam mobilnya.

"Kamu mau ke mana, Mas?" tanya Aluna, menahan Asisten Jo yang hendak menginjak pedal gas.

"Tentu saja menjemput anak sulungku!" sahut Davin ketus.

"Aku ikut." Aluna segera masuk ke dalam mobil dan duduk di samping suaminya.

"Bagaimana dengan Nadira dan Febian?" tanya Davin menyadarkan Aluna.

"Astaga! Kenapa aku bisa lupa dengan mereka." Aluna menepuk keningnya pelan. Dia membuka kunci layar ponselnya dan menghubungi nomer Mansion Alexander.

"Sayang, untuk apa kamu menghubungi nomer Mansion ini? Bukankah kita masih berada di Mansion?" tanya Davin bingung.

"Jalan, Jo!" perintah Aluna tanpa mempedulikan Davin, dia menatap layar ponselnya, menunggu panggilan itu terangkat.

"Berhenti, Jo!" perintah Davin membuat Asisten Jo menghentikan mobilnya secara mendadak dan tubuh mereka terhuyung ke depan. Bahkan, kening Aluna sampai terbentur jok mobil dan membuat Davin menjadi begitu panik.

"Kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya Davin khawatir, dia menangkup wajah Aluna dan meneliti dengan cermat, apakah kening itu terluka atau tidak.

"Apa keningmu sakit?" tanya Davin lagi. Aluna menggeleng dengan senyum tipis di bibirnya.

"Kamu sama sekali tidak berubah, Mas. Selalu khawatir walaupun aku hanya sedikit terluka," kata Aluna dengan binar wajah bahagia. Davin mengecup bibir Aluna begitu saja saat merasa gemas dengan istrinya.

"Saya masih di sini, Tuan." Suara Asisten Jo berhasil menghentikan kecupan bibir itu.

"Kamu selalu saja menyebalkan, Jo!" cebik Davin kesal, tapi Asisten Jo hanya terkekeh geli. Davin pun semakin terlihat kesal dan menendang jok belakang mobil dengan kencang. Aluna menatap layar ponselnya saat samar-samar mendengar suara Mbok Nah.

"Hallo Mbok, tolong bilang sama Nadira dan Febian, kalau aku ada urusan sebentar bersama daddy mereka. Tolong jagain mereka ya, Mbok," suruh Aluna, setelah Mbok Nah menyetujuinya, Auna menyuruh Asisten Jo melajukan mobilnya menuju ke Mansion Bagaskara.

"Sayang, kenapa mereka berdua tidak kita ajak saja? Papa Bagas dan Mama Resti pasti sangat merindukan mereka," tanya Davin heran.

"Aku tidak mau mereka melihat kamu memarahi Al," sahut Aluna. Davin merangkul pundak Aluna dan mendaratkan ciuman di puncak kepala berkali-kali.

...***...

Mansion Bagaskara.

"Apa kamu yakin, Al? Kalau Dad Davin tidak akan mencarimu?" tanya Ronal yang sedang duduk di samping Alvino yang sedang melahap makan siangnya.

"Aku yakin kalau daddy saat ini sedang marah-marah. Sehabis ini, Al akan pulang ke mansion," sahut Alvino santai sambil melahap habis makanan di piringnya.

"Kamu sama persis seperti Mom Aluna, sama-sama nakal."

"Tentu saja, Om. Bukankah aku lahir dari rahim mommy." Alvino menyudahi makanan siangnya. Setelah menenggak habis segelas air putih, dia segera beranjak bangun dan hendak pergi dari mansion itu.

"Kamu mau kemana, Al?" tanya Tuan Bagas yang baru saja masuk ke dalam mansion.

"Grandpa, Grandma," sapa Alvino senang. Dia memeluk tubuh kakek-neneknya secara bergantian.

"Kamu mau ke mana. Al? Bukankah kamu baru saja datang?" tanya Mama Resti.

"Dia mah biasa, kabur karena pakai si merah." Ronal yang menyahuti pertanyaan dari mamanya untuk Alvino.

"Ya Tuhan, apa kamu tidak kapok selalu dimarahi Dad Davin?" tanya Tuan Bagas, Alvino hanya menyengir dan menggelengkan kepala dengan cepat.

"Grandpa dan Grandma dari mana?" tanya Alvino.

"Habis menjenguk Erlando dan Leona, kamu sudah di tanyain Om Ardian. Lama sekali kamu tidak ke sana," sahut Tuan Bagas.

"Ya sudah, Al mau kesana saja sekarang," kata Alvino dengan tersenyum licik.

"Cih! Bilang saja kamu mau kabur lagi. Ingat, Al! Sebelum kamu kabur, kamu harus mematikan GPS mu. Kamu tahu 'kan kalau Mom Aluna itu bukan orang yang bodoh," saran Ronal. Alvino menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Al tidak kepikiran, Om." Alvino merogoh saku celananya, mengambil ponsel miliknya dan segera mematikan GPS ponsel itu. Setelah itu, dia berpamitan untuk pulang

"Dasar anak nakal!" lontar Tuan Bagas.

"Biarkan saja kedua orang tuanya pusing menghadapi Al yang sama persis seperti Aluna," ucap Ronal dengan tersenyum puas.

Selang beberapa saat, mobil Davin memasuki wilayah mansion. Aluna bergegas turun dan berjalan cepat masuk ke dalam mansion, sedangkan Davin berusaha mengimbangi langkah kaki istrinya.

"Papa, Mama, Kak Ronal," sapa Aluna sambil menyalami mereka satu persatu.

"Kalian hanya berdua? Di mana Nadira dan Febian?" tanya Mama Resti sambil celingukan mencari keberadaan kedua cucunya.

"Mereka di mansion, Ma. Aku kesini karena mau nyari si Al. Apa dia ke sini?" tanya Aluna sambil menatap Ronal dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa kamu menatap curiga seperti itu? Kakak tidak tahu apa-apa." Ronal mengelak dan berusaha tetap terlihat santai.

"Ish! Kakak pikir Aluna bodoh!" sewot Aluna. Ronal menarik kedua sudut bibirnya dan menunjukkan senyum seolah tidak berdosa.

"Kalau kamu tidak bodoh, kamu pasti bisa menemukan keberadaan Al, lagipula kenapa kamu tidak menghubunginya?" tanya Ronal dengan nada mengejek.

"Kak, kalau Al mau mengangkat telepon Aluna, mana mungkin Aluna sampai sini. Jelas-jelas GPS Al terakhir terdeteksi berada di mansion ini." Aluna terdiam sesaat. "Sial! Aku yakin pasti Kak Ronal yang sudah menyuruh Al untuk mematikan ponselnya," ucap Aluna menuduh.

"Kamu kok malah jadi nuduh Kakak si, Lun?" Ronal berpura-pura terlihat marah.

"Aluna tidak menuduh, tetapi Aluna yakin saja kalau semua itu ide dari Kak Ronal. Bukankah Kak Ronal yang selalu mengajari Al?" Ronal berusaha menahan tawanya saat melihat Aluna yang sedang bersidekap dengan wajah yang terlihat marah.

"Sayang, sabar. Jangan marah-marah seperti ini," ucap Davin berusaha meredamkan emosi Aluna. Mereka terdiam saat ponsel Davin berbunyi nyaring. Davin mengambil ponselnya dan melihat nama Alvino tertera di sana.

"Kamu di mana, Al?" tanya Davin membentak begitu panggilan itu telah terhubung.

"Tolong, Dad! Al sekarang berada di kantor polisi," sahut Alvino dari seberang telepon.

"Apa?! Bagaimana bisa kamu berada di kantor polisi?!" pekik Davin, semua membuka bola matanya lebar saat mendengar ucapan Davin. "Kamu kirim lokasimu, Daddy akan langsung menyusulmu." Davin segera mematikan panggilan itu. Setelah mendapat lokasi Alvino, dia dan Aluna bergegas pergi dari Mansion Bagaskara.

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

oh berati anaknya adrian sdh 2. sepupujya alvino donh

2023-11-13

0

Otin Frankenstein Jr.

Otin Frankenstein Jr.

lanjut kak

2022-06-10

0

Tufa Hans

Tufa Hans

Bandelnya kau Alvino...

Nanti ku bawain sapu baru tau rasa kau 😠

2021-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!