Mutiara Hati Alvino
Di depan sebuah Sekolah Menengah Pertama, ada dua orang remaja yang sedari tadi berdiri di depan sekolah untuk menunggu mobil jemputan.
"Kamu beneran berani aku tinggal sendirian, Tuan Muda?" tanya Nathan pada Alvino yang berdiri di sebelahnya.
"Berhentilah memanggilku tuan muda! Kamu bukan pelayanku, Nat!" protes Alvino memasang raut wajah sebal.
"Memang aku salah? Bukankah kamu memang seorang tuan muda?" Seolah tidak takut, Nathan bertanya lagi dengan sedikit meledek.
"Pergilah, Nat! Aku benci mulut sialanmu itu!" usir Alvino seraya mendorong kasar tubuh Nathan yang sedang terkekeh geli.
"Ya sudah. Kalau begitu aku pergi dulu. Jangan lupa sampaikan salamku buat Kak Queen yang cantik!" teriak Nathan sambil berlari pergi menjauh dari Alvino sebelum kaki Alvino yang sudah terangkat itu berhasil menendangnya.
"Nathan! Rasanya aku benar-benar ingin menjadikanmu makanan hiu!" pekik Alvino kesal saat tubuh Nathan sudah tidak lagi terlihat.
"Huh! Kenapa Kak Queen lama sekali sih! Dasar Tuan Putri," gerutu Alvino sambil mendudukkan tubuhnya secara kasar di bangku yang berada di dekatnya. Bibirnya berkali-kali mengumpati kakak sepupunya yang terlambat menjemputnya.
Tiba-tiba, perasaan Alvino mendadak gelisah saat ada dua pria bertubuh kekar, datang menghampiri dan duduk di sebelah kanan dan kirinya. Dia menatap kedua pria itu bergantian.
"Kamu sedang menunggu siapa, Dek?" tanya salah satu di antara mereka.
"Kakakku!" jawab Alvino dengan ketus. Merasa dalam situasi yang tidak aman, Alvino segera beranjak bangun dari duduknya. Namun, langkah kakinya seketika terhenti saat salah satu dari mereka mencekal tangan kanannya.
"Ahhh!" erang pria itu saat kaki Alvino mendarat tepat di pusat tubuhnya.
Setelah cekalan tangan itu terlepas, Alvino segera berlari dengan kencang meninggalkan tempat itu. Namun, kedua bola matanya melebar saat dia menoleh ke belakang dan melihat kedua pria asing itu masih mengejarnya. Dia segera berlari menyeberang jalan tanpa menoleh.
"Awas!" Tubuh Alvino terhempas ke pinggir jalan setelah mendengar suara teriakan yang begitu memekik. Namun, ketika kedua mata Alvino terbuka, tubuhnya seketika menegang saat melihat seorang gadis berseragam merah putih, terkapar di tengah jalan dengan tubuh bersimbah darah.
"Kamu baik-baik saja?" Alvino terjengkit kaget saat seorang lelaki menepuk pundaknya. Tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu, Alvino berlari mendekati tubuh gadis yang masih tergeletak di tengah jalan dengan beberapa orang yang sudah berdiri di sekelilingnya.
"Cepat bawa dia ke rumah sakit!" perintah Alvino, terlihat sekali kekhawatiran dari raut wajahnya. Dia kembali terdiam saat merasakan detakan jantungnya yang terasa begitu cepat, saat tatapan mereka bertemu sebelum kedua bola mata gadis kecil itu terpejam karena tak sadarkan diri.
"Apa kamu akan ikut ke rumah sakit?" Alvino menggeleng cepat saat matanya melihat mobil Queen yang sedang melaju mendekat ke arahnya.
"Aku sama kakakku saja. Mau di bawa ke rumah sakit mana?" tanya Alvino saat sopir mobil itu sudah menyalakan mobilnya.
"Rumah Sakit Harapan."
"Baik, pergilah! Aku akan segera menyusul." Mobil itu segera melaju meninggalkan Alvino yang masih berdiri di tempatnya. Saat mobil Queen sudah berjarak dekat dengannya, dia melambaikan tangan kirinya untuk menghentikan mobil hitam milik Queen.
"Kak!" panggil Alvino berteriak, mobil hitam itu pun seketika berhenti tepat di samping Alvino.
"Kenapa kamu di sini, Al?" tanya Queen heran, matanya menatap ke sekeliling Alvino yang cukup ramai. Alvino diam tidak menjawab, tangannya membuka pintu mobil dan mendudukkan tubuhnya di samping Queen.
"Ke Rumah Sakit Harapan, Pak!" perintah Alvino membuat Queen mengerutkan keningnya.
"Ada keperluan apa kamu ke Rumah Sakit Harapan? Kita harus segera pulang, karena Aunty Aluna sudah menunggu kepulanganmu."
"Kak, barusan aku hampir saja menjadi korban penculikan. Aku bisa melarikan diri, tapi saat aku berlari menyebrang jalan. Aku hampir tertabrak, tetapi ada seorang gadis kecil yang menolongku dan kini dia sedang dibawa ke rumah sakit karena terluka parah." Mulut dan kedua mata Queen melebar saat Alvino selesai berbicara.
"Pantas saja, sedari tadi Aunty Aluna menghubungiku. Aunty bilang, dia sangat mengkhawatirkanmu. Lebih baik sekarang kamu hubungi aunty dulu," suruh Queen.
Alvino segera merogoh saku celana dan mengambil ponsel miliknya. Namun, saat dia mencoba menyalakan layar ponselnya, ponsel itu tidak mau menyala sama sekali.
"Ponselku mati, Kak. Kehabisan baterai." Queen memutar bola matanya malas saat melihat Alvino menunjukkan ponsel yang mati itu ke arahnya. Dia membuka kunci layar ponsel miliknya dan menghubungi nomer 'Aunty Aluna' yang tertera di sana.
"Hallo Queen, apa Al sudah bersamamu?"
"Sudah Aunty, tetapi ada sesuatu hal yang terjadi."
"Sesuatu hal apa?" Suara Aluna terdengar begitu tidak sabar. Queen pun menceritakan apa yang didengarnya tadi. Setelah cukup lama bercakap-cakap, Queen mematikan panggilan itu. Dia beralih menatap Alvino yang sedari tadi terdiam, dia bisa melihat tubuh Alvino yang masih terlihat gemetar dengan raut wajah yang begitu khawatir.
...***...
Rumah Sakit Harapan
Baru saja mobil Queen berhenti di depan pintu gerbang rumah sakit, Alvino segera keluar dari mobil milik Queen dan berlari ke ruang IGD untuk mencari keberadaan gadis yang menolongnya tadi.
"Permisi, Sus. Apa ada pasien korban kecelakaan yang baru datang? Dia seorang gadis berseragam merah putih," tanya Alvino pada perawat yang berjaga di sana.
"Maaf Tuan Muda, tidak ada pasien korban kecelakaan yang datang kesini," jawab perawat itu sopan saat mengetahui yang berdiri di depannya adalah penerus Alexander Group, karena wajah Alvino yang belakangan ini sering menghiasi majalah bisnis.
"Apa kalian yakin?!" tanya Alvino tidak percaya.
"Saya sangat yakin, Tuan Muda. Anda bisa mengeceknya sendiri." Alvino segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan, dia meneliti satu persatu brankar yang berada di sana. Namun, dia sama sekali tidak melihat keberadaan gadis yang di carinya.
"Mungkin mereka belum sampai, Al." Queen yang mengekor di belakang Alvino, berusaha menenangkan sepupunya yang terlihat sangat gelisah.
"Kak. Mereka berangkat terlebih dahulu daripada kita, harusnya mereka sudah sampai. Kita tunggu sebentar, Kak," ucap Alvino sembari mendudukkan tubuhnya di kursi tunggu.
"Al, aunty sudah sangat mengkhawatirkanmu. Lebih baik kita pulang terlebih dahulu, biar aku suruh perawat tadi menghubungi kita jika gadis itu sampai di sini." Queen beranjak bangun dan hendak berjalan masuk kembali ke ruangan, tetapi tangan Alvino menghentikan langkahnya.
"Bagaimana kalau gadis itu tidak dibawa kesini, Kak?" tanya Alvino dengan suara cemas.
"Kita bisa menyuruh Uncle Jo untuk menyadap CCTV di sepanjang jalan tadi." Queen menyingkirkan tangan Alvino dari lengannya. Dia berjalan masuk menemui perawat tadi dan memberikannya pesan untuk segera menghubunginya.
"Semoga kamu baik-baik saja," gumam Alvino sembari memejamkan kedua bola matanya.
"Ayo, Al. Kita harus segera pulang," ajak Queen. Alvino yang baru saja terpejam, seketika membuka kedua matanya. Dia beranjak bangun dan mengikuti langkah kaki Queen yang keluar dari ruangan itu.
"Lagipula, kenapa Nathan meninggalkan kamu sendirian? biasanya dia selalu menunggumu," tanya Queen saat mereka baru saja memasuki mobil.
"Nathan sudah telat futsal gegara nunggu Kak Queen yang seperti siput," sahut Alvino dengan ketus.
"Maaf, Kakak tadi ada urusan sebentar," ujar Queen dengan menunjukkan rentetan gigi putihnya saat melihat wajah Alvino yang begitu kesal.
...***...
Setelah hampir sepuluh menit dalam perjalanan, mobil hitam milik Queen berhenti di depan teras Mansion Alexander. Alvino yang baru saja turun dari mobil, langsung disambut Aluna yang sedari tadi menunggunya dengan cemas.
"Apa kamu baik-baik saja, Al?" tanya Aluna sambil mengamati tubuh Alvino dari atas sampai bawah.
"Lihatlah Mom, Al baik-baik saja. Mom, apa daddy dan Uncle Jo masih di kantor?" tanya Alvino saat mereka berjalan memasuki mansion.
"Tentu saja masih, tumben sekali kamu mencari daddy. Ada perlu apa? Oh iya, bagaimana dengan gadis yang menolongmu tadi?" Aluna terdiam saat mendengar hembusan napas kasar keluar dari mulut Alvino.
"Al sudah menyusulnya ke rumah sakit, Mom. Namun, Al tidak bisa menemukan keberadaan gadis itu sama sekali. Itu sebabnya, Al ingin meminta tolong pada Uncle Jo untuk menyadap CCTV di sekitar jalan tempat kecelakaan tadi," jelas Alvino.
"Nanti biar Mommy yang menyuruh Uncle Jo untuk melakukannya. Lebih baik sekarang kamu istirahatlah. Kamu pasti sangat lelah."
"Baik, Mom. Nadira sama Febian di mana, Mom?" tanya Alvino saat dia tidak melihat kedua adiknya.
"Mereka berdua sedang tidur siang." Alvino mengangguk pelan untuk menanggapi jawaban dari Aluna. Setelah itu, dia berpamitan menuju kamarnya, sedangkan Aluna mengambil ponsel di kamar untuk menghubungi suaminya.
...🍫🍫🍫🍫...
Selamat berjumpa author recehan lagi 😊
Siapa saja pemeran disini, jawabannya ada di ekstra part cerita pertama 'Perjalanan Cinta Davino & Aluna' ya.
Author tunggu dukungan dari kalian.
Salam sayang dari Author recehan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
guntur 1609
aku singgah ya thor. sdh lama akunbaca kisah davino sm aluna. jadi banyak yg lupa. terutama anaknya davino...mudah2an ceritanya bagus. aku kangen sm dinginya sifat jo dan kekonyolan istrnya jo..lucu habis..
2023-11-13
0
Ima Ashahri
mulai nyimak
2021-12-16
1
IrohAlkafi
Mampir baca mak. 😘
2021-11-16
0