KARENA USTADZ AKU CACAT

KARENA USTADZ AKU CACAT

bab 1

Femila terlihat kacau. Matanya masih terlihat sembab, nanar, tatapannya kosong masih tak percaya apa yang telah menimpa dirinya.

"Lebih baik saya mati Ma," racaunya lagi setelah menghentikan tangisnya.

"Sayang, jangan berpikiran yang tidak-tidak."

Mama Anita memeluk anaknya mencoba menenangkan kembali Femila yang mulai gontai.

Sudah hampir dua jam Femila menangis, menjerit, meracau, terkadang menjambak rambut sendiri, memukul-mukul dada dan kali ini dia terlihat tak sadarkan diri.

"Sayang, Fem, Femila...," histeris Mama Anita menepuk-nepuk pipi Femila namun tak kunjung sadar juga.

"Femila, Femila, bangun sayang. Kamu jangan tinggalin mama. Femila! Femila!" mama Anita masih menangis histeris.

"Ma, Mama juga harus tenang, kalau seperti ini Femila malah terpuruk," papa Riyan mengelus punggung istrinya.

Andra yang tidak kalah khawatir memanggil dokter jaga dengan menekan bel warning yang ada di ruang rawat. Tidak selang berapa lama dokter Wisnu masuk ke ruang tersebut.

"Dok, tolong tangani calon istri saya dengan perawatan yang terbaik," pinta Andra.

"Tolong semuanya keluar, saya akan memeriksanya."

Papa Riyan merangkul pundak Mama Anita agar keluar ruangan.

Andra mengusap wajahnya dengan kasar. berjalan bolak-balik sambil sesekali menatap pintu ruang rawat berharap Dokter Wisnu segera memberi kabar.

"Bagaimana Dok keadaan Femila? Baik-baik saja kan Dok! Tidak ada hal yang membahayakan nyawanya kan Dok? Apa perlu saya bawa keluar negeri untuk mendapat pelayan yang terbaik!" cecar Andra begitu Dokter Wisnu keluarga dari ruangan.

"Kita ke ruang kerja saya," jawab Dokter Wisnu sambil berjalan menuju ruang kerjanya, Andra pun mengekor.

Tanpa terasa air mata Andra menetes, dia masih duduk diluar ruang rawat kekasihnya. Masih terngiang dengan jelas apa yang baru dikatakan dokter Wisnu di ruangannya.

"Ini yang sering terjadi pada pasien korban kecelakaan, perubahan drastis kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan terutama pada fisiknya, memberi tekanan psikologis yang sangat besar bagi individu yang mengalaminya. Dampak yang terlihat berupa depresi, trauma, marah, shock, tidak dapat menerima keadaan, dan bunuh diri adalah dampak ekstrim dari dampak psikologis yang mengikuti pasca kecelakaan. Maka dari itu, keluarga harus selalu memberi semangat kepada pasien," tutur dokter Wisnu.

"Bagaimana dengan kondisi fisiknya Dok?"

"Kalau fisik, sejauh ini sudah membaik. Bekas amputasi nya juga sudah lumayan mengering. Hanya tadi saja seperti yang saya sampaikan, psikologisnya yang menjadi fokus pemulihan," sambung Dokter Wisnu saat itu.

"Femila sayang, kamu pasti kuat," gumam Andra.

Femila Amore Ibrahim wanita yang akan dinikahinya dalam waktu dua bulan ini, mengalami kecelakaan sehingga kaki kanannya harus diamputasi. Pagi ini, setelah tiga hari koma Femila sadar dan mendapati kenyataan kalau dirinya harus kehilangan kaki kanannya. Seperti yang dikatakan Dokter Wisnu, psikologis Femila menjadi terancam karena cacat yang menimpanya.

drt...drt...

"Saya tidak mau tahu, hukum dia seberat-beratnya," titah Andra dan langsung menutup telepon dari lawyernya. Jelas dia tidak ada kata ampun untuk tersangka yang telah menabrak kekasihnya. Amarahnya semakin memuncak mendapat kabar dari lawyer Sinaga. Tangannya mengepal dan tembok kamar rawat menjadi sasaran tinjunya.

"Kurang ajar! Jangan harap kamu bisa lolos dari tangan saya!" geramnya.

Andra menarik nafas dalam mengeluarkannya perlahan. Dia tidak ingin terlihat emosi di depan Femila kemudian masuk ke ruang rawat Femila, dipandangi wajah kekasihnya yang telah terlelap tidur karena obat yang diberikan oleh Dokter Wisnu. Sebenarnya, kecelakaan itu bisa tidak terjadi kalau Andra mau menemani ke Wedding Organizer untuk membicarakan kelanjutan acara pernikahan mereka. Hanya saat itu memang keadaan begitu mendesak, Andra ada meeting penting dengan rekan bisnisnya dan tidak bisa dibatalkan karena rekan bisnisnya segera terbang ke Singapura. Andra mengutuk sendiri tindakannya saat itu.

"Andai saat itu aku menemanimu sayang, pasti hal ini tidak akan terjadi," sesal Andra sambil mengelus pucuk kepala Femila.

"Dokter Wisnu tadi bilang apa Nak?" tanya Papa Riyan memecah keheningan.

"Kita harus selalu support Femila Pa," jawab Andra masih dengan mengelus rambut Femila. menyisipkan anak rambut yang menutupi wajah dan membelai pipi yang masih sedikit basah karena air mata.

"Bagaimana kesehatan Femila setelah operasi?"

"Semuanya baik Pa. Sekarang psikologis Femila yang perlu kita awasi. Siapa pun orangnya, kalau mendapati tubuhnya tiba-tiba cacat pasti akan shock dan depresi. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita jaga psikologis selain fisik Femila."

Hening kembali suasana di ruangan. Terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Lebih baik kamu pulang saja Nak, biar kami yang jaga Femila. Sudah tiga hari ini kamu di sini. Istirahatlah besok lagi kamu bisa ke sini." Tawar Mama Anita.

Andra menatap lekat wajah kekasihnya kemudian mencium kening calon istrinya itu. Sebenarnya berat untuk meninggalkan Femila. Dia ingin selalu di dekat kekasihnya di saat seperti ini. Setidaknya Femila akan merasa senang karena calon suaminya ada di sisinya. Namun, Andra memang harus segera pulang. Selain tubuh yang memang sudah begitu lelah, besok pagi dia juga harus menemui klien dari Kalimantan.

"Tolong kabari saya Ma kalau ada apa-apa dengan Femila." Ucap Andra sambil meraih tangan calon mertua dan mencium punggung tangan itu.

Mama Anita mengangguk kemudian memeluk calon menantunya yang memang sudah dianggap seperti anak.

"Pa, Andra pulang dulu."

Papa Riyan memeluk calon menantunya dan menepuk pundak kekar itu. "Urusan kepolisian tolong kamu tangani," sambung Papa Riyan setelah melepas pelukan dan dijawab dengan anggukan oleh Andra.

"Papa fokus saja untuk kesehatan Femila. Selebihnya biar saya urus," sambung Andra.

...****************...

Satu jam setelah kepergian Andra, Femila kini terbangun.

"Ma...,Femi haus." Ucap Femila menggoyangkan pundak mama Anita yang telah tertidur di samping ranjang.

"Femila sayang, kamu sudah bangun," mama Anita terkejut. Tangannya mengucek kedua mata yang sulit dilebarkan karena kantuk berat yang melanda, sampai Femila harus menggoyangkan pundak mamanya karena panggilannya tidak mendapat sautan dari mamanya.

"Femila haus Ma," ulangnya.

"Mama ambil minum dulu." Ucap Mama Femila beranjak dari tempat duduk dan mengambil air minum yang ada di atas nakas.

Femila langsung meneguk sampai kandas tak bersisa. Menyerahkan gelas itu pada mama Anita. Menatap dengan pandangan kosong, "Femila sudah cacat Ma," suara berat Femila terucap samar namun terdengar menggetarkan batin mamanya.

"Sa-sayang," mama Anita tidak mampu berkata apa-apa lagi hanya memeluk anak semata wayangnya dengan erat dan bulir air mata yang sedari tadi ia tahan pun mengalir.

Papa Riyan yang baru masuk ruangan karena sedari tadi ada telepon dari kantor, langsung menghambur memeluk istri dan anaknya.

"Papa yakin kamu kuat sayang," papa Riyan mencoba menguatkan Femila. Berharap anaknya tidak sehisteris ketika siuman pertama.

Femila menangis kembali, rasanya memang berat dan sangat berat dengan kenyataan sekarang. Namun dia terlihat lebih tegar dari sebelumnya. Walau dalam diri masih berkecamuk rasa yang entah seperti kematian siap menghampiri.

...****************...

Terpopuler

Comments

sakura

sakura

..

2023-07-24

0

Muslimah Lirik

Muslimah Lirik

mampir thorr kayak keren nih ceritanya

2023-07-12

0

bubi

bubi

2023-07-10

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!