bab 12

"Batalkan meeting dengan PT GLOBAL KONSTRUKSI."

"Mereka sudah di ruang meeting pak."Jawab Mario dari sebrang sana.

"Saya menabrak trotoar. Kamu juga cepat kesini. Di jalan Pancasakti."

Andra memutus teleponnya.

Sepuluh menit kemudian Mario sampai di lokasi kejadian. Tuannya terlihat baik-baik saja. Hanya bemper depan yang terlihat ringsek. Beberapa anak buahnya langsung mengurus mobilnya

"Tuan, perlu saya bawa ke rumah sakit?"

"Ke rumah sakit yang Femila tempati." Andra masuk ke dalam mobil.

Andra dan Mario langsung tancap gas ke rumah sakit.

"Tuan tidak periksa dulu?" Tanya Mario karena tuannya tidak ke UGD melainkan masuk ke ruang rawat.

Andra tidak menjawab pertanyaan Mario, dia terus berjalan melewati lorong dan berhenti di pintu ruang VIP, tentunya itu ruang rawat Femila Amore Ibrahim.

tok

tok

tok

"Nak Andra." Sapa mama Anita melihat calon menantunya masuk ke ruangan. Andra langsung mencium punggung tangan calon mertuanya.

"Hai sayang." Andra mendekat ke ranjang, menyapa Femila dan mengecup keningnya. Femila tersenyum membalas sapaan dari kekasihnya.

Mama Anita berdiri dari samping Femila dan mempersilahkan Andra untuk duduk.

Andra duduk, masih menatap kekasihnya, matanya terlihat sembab, wajahnya terlihat tirus, mengelus pipinya, memegang tangan Femila dan dikecup berkali-kali tangan itu. Masih dengan diamnya. Bahkan seluruh ruangan juga diam tanpa suara menyaksikan Femila dan Andra. Satu arah pemikiran namun sulit mengutarakan kata pembuka.

Mario memilih keluar ruangan. Baru pertama kali melihat tuannya sekalut ini.

"Makan yang banyak sayang. Biar cepat sehat dan pulang ke rumah." Andra membuka kebisuan diantara mereka.

Rasanya bibirnya berat untuk mengucap kata. Hanya seutas senyum yang mampu Femila balas.

"Permintaan bunda jangan kamu hiraukan." Andra memulai pembicaraan serius dengan Femila.

Mama Anita yang tidak mampu mendengarkan pembicaraan Andra dan Femila memilih untuk keluar ruangan dengan derai air mata yang mengalir di pipinya.

"Mari bersama-sama memperjuangkan cinta kita." Ajak Andra dengan menautkan jemari Femila ke jemari-jemarinya.

Femila masih diam namun kini air matanya mengalir.

Andra langsung menghapus air mata Femila. "Sampai kapanpun saya takkan melepaskan kamu. Bahagia lah bersamaku." Lanjut Andra.

"Dan sampai kapanpun saya tetaplah Femila yang cacat." Air mata kembali menetes dari pelupuk mata Femila.

Andra menarik tubuh Femila masuk ke dalam pelukannya.

"Saya nantinya akan menjadi beban kamu Dra." Dengan terbata Femila mengucapkan kalimat itu.

Andra makin mengeratkan pelukannya. Mengecup pucuk rambut Femila berkali-kali.

"Saya mohon jangan pernah katakan hal itu lagi. Kamu tetaplah Femila yang dulu. Walau bagaimanapun keadaan kamu." Andra melepas pelukannya. Menangkup rahang Femila dengan tangannya. Sebuah ciuman mendarat di bibir Femila.

Femila membalas lembut ciuman kekasihnya. Namun dengan cepat pula dia melepaskannya dan membiarkan dahinya menyentuh dahi Andra.

"Jangan banyak pikiran. Kamu harus sehat." Andra memberi semangat Femila.

Femila hanya mampu menitikkan air mata. Kali ini cobaan yang diberikan Tuhan terasa begitu berat untuknya.

Femila melepas genggaman Andra. Menatap wajah kekasihnya yang terlihat berantakan.

"Kamu pasti melewatkan makan siang." Selidik Femila.

Andra hanya diam.

"Bagaimana kamu menjagaku kalau kamu sendiri tidak bisa menjaga diri sendiri?" Menatap Andra dengan tajam.

Andra masih terdiam.

"Makanlah. Saya tidak ingin kamu sakit." Femila mengambil kotak nasi yang mama Anita bawa.

"Saya suapin. Buka mulutnya." Pinta Femila dengan senyum di wajahnya.

Andra membuka mulutnya walau dengan berat. Beberapa suap masuk ke perutnya. Memang sejak pagi perutnya belum dimasuki apapun.

Mata Andra tidak lepas dari tatapan ke Femila. dan terus mengelus rambut Femila.

"Mengapa lebih banyak suapan masuk ke mulut saya?"

"Kamu harus sehat sayang. Nantinya saya akan banyak merepotkan kamu. Minta gendong ke sana ke mari." Canda Femila.

"Saya akan selalu siap siaga melayani kemanapun tuan putri pergi." Balas Andra.

Femila tertawa mendengar gombalan dari mulut Andra. Saya sudah agak kenyang tadi sudah makan buah." Ucap Femila kemudian.

Malam harinya.

Andra masih duduk di kursi samping ranjang Femila. Mama Anita pulang diantar Mario. Sedangkan papa Riyan seteleh menjenguk anaknya kemudian pulang sendiri karena ternyata istrinya sudah diantar oleh asisten Andra.

Andra masih menatap wajah kekasihnya yang sudah tertidur pulas setelah meminum obat. Sesekali di belai rambut dan pipinya.

"Kamu semakin cantik kalau tidur seperti ini sayang." Ucapnya masih membelai pipi Femila.

Desiran halus terdengar dari tidur kekasihnya. Andra tersenyum masih lekat menatap Femila.

drt drt drt

"Ada apa Dian?"

"Lapor tuan, nyonya sudah makan, dan sekarang sedang di ruang keluarga, sedang nonton televisi. Sepertinya menunggu tuan pulang." Ucap Dian di sebrang sana.

"Kamu sampaikan ke bunda. Hari ini saya menginap di rumah sakit."

"Sa-......"

Tut Tut Tut

"Kebiasaan! belum selesai bicara main matikan ponsel. Iiiiih...punya tuan kok segitu nyebelinnya." Gerutu Dian dengan ponsel yang jadi sasaran lawan bicara. "Untung gan-teng. Jadi nyebelinnya berkurang dikit." Ucapnya sambil tersenyum mengandai wajah tuannya.

Andra menaruh ponselnya di atas nakas. Ditatap kembali wajah kekasihnya. Ada keteduhan di balik wajah kekasihnya yang tertidur pulas. Namun, Andra kini terlihat gusar. Matanya menerawang jauh ke masa lampaunya.

Masa lima belas tahun lalu. Masa kelam saat orang tuanya berpisah karena ayahnya saat itu menceraikan sang bunda. Penyakit diabetes yang diderita ayahnya membuatnya menjadi lumpuh sebelah. Kaki dan tangannya tak berfungsi secara normal. Kenyataan itu membuat emosi ayahnya labil. Ayahnya divonis mengalami avoidant personality disorder. Orang yang memiliki gangguan ini cenderung menghabiskan banyak waktu untuk berfokus pada kekurangan diri dan sangat ragu untuk membentuk interaksi. Pada akhirnya, akan merasakan perasaan kesepian dan membuatnya terlepas dari hubungan keluarga, lingkungan maupun tempat kerja, dengan kata lain penyakit minder yang terlalu berlebihan. Saat itu ayahnya sering marah-marah tidak jelas. Hampir setiap hari bunda dan ayahnya cekcok karena hal yang sepele. Enam bulan dipertahankan akhirnya ayah Andra menceraikan bundanya dan pergi tanpa jejak. Namun, lima bulan setelah berpisah ada kabar ayahnya meninggal dunia di sebuah rumah sederhana yang sebenarnya letak rumah itu tak jauh dari rumah Andra. Bunda Rima saat itu meratapi penyesalannya karena di saat terakhir hidup orang yang dicintainya tiada dirinya, bahkan sampai sekarang penyesalan itu masih ada. Dan inilah yang menyebabkan trauma untuk seorang bunda Rima. Trauma untuk menerima Femila sebagai menantunya karena kondisi Femila yang sekarang c***t dan takut karena kecacatannya, Femila akan bersikap seperti almarhum suaminya mencintai Andra lalu menyerah dengan keadaan, akhirnya meninggalkan Andra.

"Sanggupkah saya melewati ini semua Fem?" Batin Andra berkecamuk. Tiba-tiba ada keraguan mengingat hati bunda yang mungkin tersakiti oleh hubungannya dengan Femila.

...****************...

Terpopuler

Comments

Ifti Nisa

Ifti Nisa

thor tolong satukan andra dan femila🙏🙏

2022-08-29

0

umi mardiyah

umi mardiyah

kasihan andra n femila lah thor

2022-04-09

0

Zam El Jas

Zam El Jas

terlalu formal gitu Thor bahasanya 🙏
masa mkek saya sama ortunya

2021-10-15

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!