Setelah empat jam melengkapi BAP di kantor polisi ustadz Mirza keluar diiringi lima lawyernya. Lima lawyer lainnya tidak bisa ikut mendampinginya. Berkat kecerdasan lawyers dan loyalitas serta bukti dan saksi yang ada serta mempertimbangkan situasi, ustadz Mirza masih bisa menjalankan penyelesaian BAP diluar tahanan.
"Semakin dekat dengan persidangan. Semoga ada jalan terbaik yang nantinya kujalani dengan ikhlas karena Allah." Batin ustadz Mirza.
Mudah-mudahan BAP-nya lancar, mendapat hasil keputusan sesuai keinginan ustadz. Amin.
Satu pesan masuk dari Hana.
Terima kasih atas doanya.
Balas ustadz Mirza.
"Langsung ke kampus Bi." Pinta ustadz Mirza yang baru masuk mobil dan duduk di kursi depan di samping Habibi.
bip bip
Klakson dari lawyer's nya izin mendahului jalan.
"Assalamualaikum ustadz." Gamal membuka kaca mobil dan melambaikan tangan.
"Wassalamu'alaikum." Jawab ustadz Mirza dan Habibi serentak.
Hari ini ada jadwal pertemuan rutin dengan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Kajian ini biasa dilakukan dua Minggu sekali. Isi kajian berupa tanya jawab seputar Islam ataupun masalah kehidupan sehari-hari. Mahasiswa yang mengikuti ekstra ini cukup lumayan banyak. Apalagi mahasiswa perempuan terlihat sangat antusias.
"Selain dapat ilmu dapat pula menyegarkan mata." Beberapa mahasiswa ada yang nyletuk seperti itu karena yang mengisi kajian seorang ustadz muda yang tampan rupawan.
...****************...
Bunda Rima masuk ke ruang kerja Andra. Mendekat kearah anaknya yang sibuk di depan laptop.
"Weekend tetap kerja sayang?" Tanya bunda Rima mendapati anaknya yang masih berkutat dengan kerjaan walaupun hari libur.
"Ada satu berkas yang harus segera diselesaikan Bun." Jawab Andra, padahal dirinya ingin menyibukkan diri agar lupa dengan masalah yang menimpanya.
"Bunda pamit." Mendekat mencium pucuk kepala anaknya.
Andra terdiam.
"Jam 4 sore ini harus sampai di bandara." Sambung bunda Rima.
"Bunda serius akan pergi?" Andra menatap bundanya dengan wajah memelas berharap bundanya membatalkan rencananya.
Bunda Rima mengangguk pelan.
"Bun, bagaimana bisa Bunda melakukan ini pada saya?"
"Maafkan bunda sayang, sampai kapanpun bunda tidak akan merestui hubungan kamu dengan Femila dan jalan terbaik, Bunda harus pergi."
"Bunda please, kalau memang kita tidak bisa menikah dua bulan ini, kita bisa undur pernikahannya. Asal jangan bunda meminta saya untuk membatalkannya."
"Keputusan bunda sudah final. Kalaupun diundur apakah Femila akan menjadi wanita sempurna?" Nada Bunda Rima meninggi. "Dia tetap Femila yang ca-cat." Dengan terbata dan nada suara yang lebih rendah mengucap kalimat cacat.
Andra terdiam. Bimbang. Kenyataannya dia tetap harus memilih.
"Bunda berangkat." Memeluk Andra dan mencium pipinya. "Bunda berharap secepatnya kamu menyusul bunda."
Andra masih terdiam. Menatap punggung wanita yang tanpa absen menemaninya selama 30 tahun kini pergi meninggalkannya. Dadanya terasa sesak bergulat dengan pilihan yang seharusnya tidak dipilih salah satu. "Hati-hati Bun." Ucapnya lirih yang jelas tidak di dengar oleh bundanya karena deru mobil yang membawa bunda Rima sudah keluar dari rumah.
...****************...
Femila memainkan jemarinya di layar ponsel. Membuka galeri foto, mengenang masa yang terabadikan di potret ponsel itu. Sesekali senyum tergambar di wajah cantiknya. Tanpa dia sadari ada sesosok pria yang dia rindukan muncul di depannya. Memandang dengan intens perubahan mimik Femila tiap menggeser layar ponselnya.
"Tampan sekali pangeranku." Femila mencubit layar ponselnya ketika menatap foto kekasihnya.
" Lebih tampan aslinya." Celetuk Andra.
Ponsel yang sedari tadi dia pegang hampir terjatuh karena kaget mendengar suara yang tak asing baginya.
"Ya ampun Andra. Saya kira fotonya bisa bicara." Greget Femila.
Andra tersenyum melihat ekspresi kekasihnya.
Tangan Andra mencubit pipi kiri Femila karena gemas kemudian duduk di sampingnya.
"Aww... sakit tahu." Mengerucutkan bibirnya dan mengelus pipi kirinya. "Sudah malam. Kenapa kesini?" Sambung Femila.
Andra menunjukkan jam tangannnya pada Femila "Baru jam 7." Ucapnya kemudian.
Femila tersenyum. Sebenarnya bukan karena waktu tapi karena rindu. Setengah hari dia sudah menunggu kedatangan Andra namun batang hidungnya baru nampak di malam hari.
"Fem,"
"Iya." Femila menoleh ke arah Andra yang hanya diam tanpa melanjutkan ucapannya.
Femila menatap intens raut wajah kekasihnya.
"Apa sayang?" Tanya Femila masih menatap Andra.
Andra meraup mukanya dengan kasar. Mulutnya seakan kaku untuk memulai bicara.
"Saya dengar kemarin bunda masuk rumah sakit?" Tanya Femila dengan raut wajah yang berubah.
Femila mendapat kabar dari Silla kalau bunda Rima masuk rumah sakit. Saat itu Silla akan datang ke kantor PT PERKASA BINTANG untuk meminta tanda tangan berkas. Dia langsung memencet ponsel dan menghubungi asisten ceo untuk janjian izin masuk. Namun Mario mengatakan kalau tuannya sedang di rumah sakit karena orang tuanya masuk rumah sakit.
Andra mengangguk.
"Bunda sakit apa?"
"Jantungnya kambuh lagi."
"Bunda punya penyakit jantung?" Terkejut Femila.
"Ya. Sebenarnya sudah lama tidak kambuh dan saya kira sudah tidak masalah lagi jantungnya." Jelas Andra.
"Sekarang sudah baikkan?"
"Sudah."
"Bagaimana dengan kamu?"
"Kamu lihat sendiri, saya sehat." Dengan penuh semangat Femila mengatakannya.
"Syukurlah. Saya berdoa kamu selalu sehat dan bahagia."
"Amin."
Femila menangkup dua tangannya di pipi Andra. "Apa karena ini wajah tuan Andra jadi masam?" Canda Femila.
Andra tersenyum. "A-ada hal yang lebih penting." Sambungnya.
Femila melepas tangkupan tangannya menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Hal penting apa sayang?" Tanyanya kemudian.
"Kita akhiri hubungan kita." Tanpa memandang Femila kalimat itu berhasil lolos dari mulut Andra.
"Kenapa dadaku sakit? Sakit luar biasa." Monolog batin Femila dengan tatapan kosong.
"Maafkan saya Fem."
"Apa karena bunda?" Tanya Femila karena sejak bunda Rima mengetahui Femila cacat bunda tidak pernah menanyakan kabarnya.
Andra terdiam.
"Saya sudah menduga ini. Mana bisa kamu yang begitu sempurna harus bersanding dengan saya yang cacat ini." Lirih Femila.
"Saya berharap kamu bisa bahagia tanpa saya."
"Apa kamu juga bisa bahagia tanpa saya?" Femila mengembalikan pertanyaan itu ke Andra.
"Akan saya coba." Ucap Andra mencoba tetap tegar dan ingin memeluk orang yang ada di sampingnya. Namun sedih di hadapan Femila hanya menambah beban untuk Femila.
Femila terdiam. Air mata yang sedari tadi dia tahan tak mampu dibendungnya lagi. Mengalir begitu saja tanpa tahu diri. "Boleh saya memelukmu sebelum kita berpisah?"
Andra langsung menarik tubuh kekasihnya. Bukan, tepatnya mantan kekasihnya ke dalam pelukannya. Air mata yang sedari tadi membendung di pelupuk matanya ikut berurai di pipi, isakan terdengar dari dua ingsan yang masih saling peluk erat.
Femila tak mampu menolak keinginan Andra karena mungkin ini jalan terbaik. Bahkan semenjak kecelakaan yang menimpanya, otaknya selalu terlintas tentang perpisahan. Walaupun ditepis namun tak dapat dielak kenyataanya ini terjadi pula.
"Andra melepas pelukannya. Salam buat mama. Sampaikan maaf pula untuk beliau." Andra beranjak dari duduknya.
"Tunggu." Femila merogoh saku celana Andra. Mengambil ponsel Andra memasukkan kunci dengan tanggal lahirnya dan mencari kontak nama yang tertera di ponsel Andra SAYANGKU kemudian menghapusnya.
Femila menyodorkan ponsel "Kontak saya sudah saya hapus. Mari jalani hidup kita masing-masing." Ucap Femila masih mencoba menguatkan diri.
Andra mengambil ponselnya. Kemudian melangkah pergi.
Femila menatap langkah Andra yang mulai jauh, jauh, dan menjauh dari jangkauan matanya bahkan harus mulai jauh dari kehidupannya.
"Benarkah ini sudah berakhir?" Lirih Femila masih dengan tatapan kosong tangisannya pun pecah.
...****************...
Andra menatap kamar bundanya yang sekarang sunyi ditingal pemiliknya. "Saya harap ini yang terbaik untuk kita." Lirihnya kemudian melangkah ke kasur yang biasa ditiduri bundanya mendekap bantal guling. Mencoba memejamkan matanya. Linangan air mata nampak di pipi Andra. Mengingat perih perpisahan yang baru dilaluinya. Masih dengan memejamkan mata dan berharap ini hanya mimpi belaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
bhunshin
bolehkah aku juga ikutan berlinang air mata 😭😭😭
2025-02-13
0
Veronica Maria
emakmu egois andra. gemes banget ya. hanya krn masa laluuuuu ei
2022-08-21
0
Aira Taqin
😭😭😭😭
2022-06-04
0