Ustadz Mirza keluar dari ruang rawat. "Maaf Femila, mudah-mudahan Allah memberikanmu kesehatan dan menjagamu selalu. Amin." Sekelumit doa ustadz Mirza gumamkan dalam hati.
Mirza Zayn Ahmad adalah sesosok pemuda yang tampan berkharisma. Usianya sekarang menginjak kepala tiga. Namun wajahnya lebih muda 3 tahun dari umurnya. Perawakannya yang tinggi tegap, hidungnya mancung, bibirnya tipis sensual, giginya putih rata, bola matanya hitam besar. Dia seorang dosen di salah satu Universitas Islam ternama di kota Jakarta dan mendapat julukan ustadz Mirza. Selain itu dia juga seorang pebisnis muda yang mempunyai nama di dunia permebelan dan kerajianan dalam negeri bahkan 2 tahun terakhir ini bisnisnya juga mulai merambah ke kancah internasional zona Timur Tengah.
Pertemuannya dengan Femila Amore Ibrahim sungguh diluar dugaan. Mobil yang dia kendarai direm mendadak karena ada kucing yang tiba-tiba lewat. Namun naas, ternyata dibelakangnya ada mobil Femila yang melaju kencang dan menabrak mobilnya, benturan yang keras menyebabkan mobil Femila terpental 15 meteran putar balik kemudian membentur pohon dengan keras.
Namun siapa sangka Femila Amore Ibrahim, sosok gadis yang nantinya akan mengisi kehidupan yang baru untuk Mirza Zayn Ahmad. Kehidupan yang tidak ustadz Mirza tebak sebelumnya. Akan seperti apakah? Lanjut baca sampai tandas.🥰😍.
...****************...
Sore tadi sepeninggal ustadz Mirza, pihak kepolisian datang untuk melanjutkan penyidikan kasus. Selang tak berapa lama Andra datang menemani Femila yang kala itu didampingi mama Anita dan papa Riyan sedangkan sahabatnya Silla pamit pulang karena ibunya kurang sehat.
Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh kepolisian dan dijawab dengan baik oleh Femila." Kami cukupkan dulu penyelidikan hari ini, terima kasih atas kerja samanya. Mudah-mudahan saudari Femila cepat diberi kesembuhan. Selamat sore."
" Amin. Terima kasih juga pak. Sore" jawab papa Riyan.
Tiga orang polisi keluar dari kamar rawat Femila.
"Ma, Pa, Femila biar saya yang jaga. Besok pagi mama papa datang ke sini. Kalian harus istirahat." Pinta Andra.
"Ya Ma, di sini kan sudah Andra yang sudah pasti akan menjaga Femila dengan baik." Bujuk papa Riyan.
"Baiklah, tapi kalau ada apa-apa cepat kabari kami ya."
" Iya Ma...," sahut Andra.
Mama dan papa Femila mengecup kening anaknya kemudian pamit pulang.
Kini hening tinggal Andra dan Femila dengan pikiran masing-masing. Dari awal kedatangan Andra, dia merasa kalau Femila mendiamkannya.
"Sayang...," panggil Andra. Namun, tidak ada sahutan dari kekasihnya itu.
"Sayang...," Ulangnya lagi sambil mendekat ke arah Femila. Diusapnya pucuk kepalanya kemudian dia cium bertubi-tubi, "apa kamu marah sama aku?" tanya Andra sehalus mungkin.
"aku lelah, aku mau tidur," jawab Femila.
Andra memegang dagu Femila, dipandanginya mata Femila, "kalau aku salah tolong katakanlah," ucap Andra mengunci netra Femila.
Mata mereka beradu tapi dengan cepat Femila memalingkan mukanya ke samping. "Kenapa baru datang?! Kamu sudah tidak peduli denganku! Kamu akan meninggalkanku?!! Aku tahu, aku memang sudah tidak pantas untukmu! Bahkan sekarang pengacara Sinaga kamu berhentikan untuk membantu kasus ini!" Femila meluapkan emosinya, kedua pipinya sudah banjir air mata.
"Sayang, jangan pernah katakan hal itu lagi." Andra mendekap tubuh Femila menelusupkan dalam dada bidangnya. kedua tangannya memeluk erat tubuh Femila. Sesekali membelai rambutnya dengan halus. "Sampai kapanpun aku akan selalu ada di sampingmu, menemani harimu sampai kita menua nanti. Kamu mengerti sayang?"
Femila hanya diam tapi tangannya bergerak membalas pelukan Andra dengan erat karena sejujurnya dia sangat takut kehilangannya.
"Sekarang kita makan dulu, aku sudah lapar. Tentunya kamu juga lapar kan?" tawar Andra setelah dirasa Femila lebih tenang.
Andra membuka bungkusan yang tadi dia bawa. Ada udang manis pedas dan sayur capcay. Makanan favorit Femila dan tentunya dengan buah apel.
"Makanlah yang banyak," titah Andra sambil menyuapkan makanan ke mulut Femila.
Femila mengunyah makanan itu, menelannya dengan susah karena memang tidak nafsu makan. Namun, dengan telaten Andra menyuapi Femila. Femila menampakkan tawa kecil karena kejailan Andra. Makanan yang akan disuapkan ke Femila malah masuk ke mulutnya Andra sendiri. Sesekali bergaya seperti menyuapi anak kecil dengan mempraktekan seperti pesawat terbang yang sedang terbang kemudian landas di mulut Femila. Kejailan-kejailan itu sukses juga membuat Femila tersenyum kadang sampai tertawa lepas.
'Aku bahagia Fem, melihat tawamu,' batin Andra.
'Beruntung sekali aku punya kamu Andra,' monolog batin Femila.
Tok
tok
tok.
Suara knop pintu diputar dan masuklah seorang perawat yang memberi obat untuk diminum malam ini.
"Maaf pak, tadi ada seorang yang membayar biaya pengobatan Ibu Femila dan struk pembayarannya tertinggal di meja resepsionis," ucap perawat itu sambil menyodorkan struk pembayaran.
"Dia siapa s
Sus?" tanya Andra setelah melihat struk tanpa ada nama pembayar.
"Pak Mirza... Zayn Ahmad." Perawat itu mengeja nama ustadz Mirza.
"Dia juga meninggalkan kartu pengenal untuk menghubunginya kalau ada pembayaran yang kurang," terang perawat itu. "Saya permisi dulu pak," pamitnya.
"Ya, terima kasih Sus," sahut Andra.
'Apa maksud dari si brengsek Mirza! dia tidak akan mampu mengganti kaki Femila dengan uang ini!' gemuruh batin Andra. Tangan kanannya meremas struk yang sedari tadi ia pegang kemudian membuangnya asal.
"Tadi siang dia ke sini," ucap Femila membuyarkan diamnya Andra.
"Berani sekali dia menampakkan diri di depan kamu?!" kesal Andra.
"Dia meminta maaf," lirih Femila
"Cihh! Meminta maaf katanya! Kata maaf saja tidak cukup karena kata maaf tidak akan mengembalikkan...."
Ucapan Andra terhenti rasanya tidak sanggup melanjutkan kata yang akan menyakiti kekasihnya.
"Kakiku," sambung Femila dengan suara melemah melanjutkan kalimat Andra yang menggantung.
Andra mendekat ke arah Femila. "Maaf." Hanya itu yang dia ucap dan kembali menenggelamkan kepala Femila ke dada bidangnya.
Femila tersenyum merasa tenang dalam dekapan kekasihnya. Beban yang dipikulnya seakan lepas hilang. Wangi body parfum Andra juga menenggelamkan Femila untuk berlama-lama dalam dekapannya.
"Kalau kamu peluk aku terus seperti ini kapan selesainya kita makan," seloroh Andra.
"Siapa juga yang betah lama-lama dipeluk kamu." Wajah Femila memerah sambil mendorong tubuh Andra.
"Beneran tidak ingin dipeluk aku lagi?" canda Andra.
"Awas berani pergi dariku," balas Femila dengan memanyunkan bibirnya dan menarik tubuh Andra untuk dipeluknya lagi.
Andra terkekeh melihat tingkah kekasihnya. Pelukan itu dibalas dengan mengecup pucuk kepala Femila.
"Aku yang akan pastikan kalau kamu tak akan berpaling dariku," sahut Andra.
"Terima kasih sayang," lirih Femila namun masih terdengar oleh Andra.
Drt ..drt...
Andra meraih ponsel Femila yang ada di atas nakas
"Bunda" Ucap Andra begitu membaca layar ponsel tertera nama pemanggil kemudian memberikan ponsel itu ke Femila.
Femila menerima ponsel itu dengan ragu, entah mengapa keraguan itu tiba-tiba menghinggapinya. Andra menerima dia apa adanya. Akankah bunda Rima sama????
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
re
Polisi menyelidiki
2021-10-09
0
tiara meldani
kasian femila...
2021-08-18
0
Nur hikmah
visuaky thor
2021-08-18
2