Ustadz Mirza merasa bersyukur kasus yang hampir bergulir ke pengadilan di cabut pihak korban.
Habibi yang membaca surat pemberitahuan dari pihak kepolisian juga merasa tidak percaya dengan apa yang dia baca.
"Ini serius ustadz? Femila Amore Ibrahim telah mencabut kasusnya.?" Retoris Habibi.
Ustadz Mirza mengangguk merasakan hal sama dengan Habibi kaget dan tidak percaya.
"Atas dasar apa Femila Amore Ibrahim mencabut berkas. Yang jelas kalau dilihat dari tipe orangnya pasti bukan karena dia memaafkan ustadz. Tapi mungkin dia akan meminta sesuatu sama ustadz. Mungkin nominal uang yang fantastis." Terka Habibi.
"Suudzon itu memberatkan timbangan amalan buruk. Mau menambahnya?"
"Astaghfirullah haladhim. Naudhubillahi min dzalik." Habibi mengelus dadanya.
Ustadz Mirza tersenyum melihat tingkah asisten pribadinya.
"Beritahu lawyer's kalau kasus ini ditutup."
"Baik ustadz." Habibi mengambil ponselnya, memoto lembar kertas yang dipegangnya kemudian mengirim ke grup tim relawan UM.
Melihat pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul 9.15. "Habibi, kita lanjutkan ke kampus." Ucap ustadz Mirza.
"Ya Allah , maaf ustadz jam 10.00 ini ustadz ada jadwal masuk kelas." Habibi langsung bangun dari duduk santainya, merasa dirinya lupa dengan jadwal yang tadi pagi disampaikan ke ustadz Mirza.
Lima belas menit sampailah Habibi dan ustadz Mirza di kampus. Mereka langsung melangkahkan kaki ke ruang dosen. Namun saat melewati gedung A mereka berpapasan dengan Hana.
"Assalamualaikum Hana."
"Wassalamu'alaikum salam. Masya Allah maaf ustadz." Kaget Hana karena sedari tadi dia jalan pelan dan fokus ke layar ponselnya sampai tidak melihat ustadz Mirza dan Habibi lewat.
"Masih ada mata kuliah?" Basa-basi ustadz Mirza dan menghentikan langkahnya.
"Hampir wisuda masa masih masuk kelas?" Cemberut Hana.
Ustadz Mirza tersenyum melihat raut wajah Hana.
"Mau apa ke kampus?" Tanya ustadz Mirza.
"Tentunya mau ketemu ustadz."Celetuk Habibi.
"Habibi!" Serentak ustadz Mirza dan Hana, keduanya langsung menatap tajam ke arah Habibi.
"Ya Allah kenapa saya selalu salah di mata kalian. Apakah benar saya adalah yang ketiga, setan-nya?" Canda Habibi mengingat kajian yang pernah disampaikan ustadz Mirza, Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jangan sekali-kali ia berdua-duaan dengan wanita (yang bukan mahram) tanpa disertai oleh mahram si wanita karena yang ketiganya adalah setan.
"Bener banget. Kamu setan yang nyata." Hana terkekeh.
Habibi langsung menyunggingkan bibirnya. "Ustad, bukankah kita ada jam kelas, mari kita jalan." Ucap Habibi yang ingat jam kelas ustadz Mirza dan tentunya ingin menghindar ejekan dari mulut Hana.
"Astaghfirullah haladhim. Hampir lupa, kami duluan Han. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam." Jawab Hana yang kemudian melanjutkan jalan ke ruang birokrat untuk mengambil toga wisuda.
Empat tahun belakangan ini Hana memang selalu dekat dengan ustadz Mirza. Sewaktu pertama kali masuk ke universitas, sang Abah KH.Saefullah sudah menitipkan anaknya ke ustadz Mirza karena hanya ustadz Mirza lah yang dia kenal di daerah perantauan. Maka tidak heran antara Hana, ustadz Mirza, dan Habibi begitu akrab. Sebenarnya sewaktu di pesantren Habibi selalu memanggil Hana dengan panggilan Ning (sebutan untuk putri kyai). Tapi setelah masuk ke universitas dia tidak mau dipanggil dengan sebutan Ning.
"Kak Habibi, panggilnya Hana saja ya. dan mulai sekarang saya panggil kak Habibi itu ustadz." Pintanya kala itu.
"Ning itu bentuk takdhim (hormat) saya dengan abah kamu yang sudah menjadi guru ngaji saya."
"Pokoknya Hana. Tanpa Ning. Ti-tik." Keras Hana.
Ustadz Mirza mengangguk tidak ingin berdebat terlalu panjang dengan bocah yang memang berwatak keras kepala dan tidak mau kalah ini.
Senyum menawan terpancar dari ustadz Mirza ketika mengingat memori itu.
"Oh ya , tadi Hana mau apa ya? Kok sampai lupa mananyakan kembali." Ucap ustadz Mirza ketika mau masuk kelas.
"Apa perlu saya cari ke gedung lain ustadz?" Tawar Habibi.
"Iya." Ucap ustadz Mirza kemudian masuk ke kelas.
...****************...
Andra menatap keluar jendela masih dengan diamnya. Menatap gedung -gedung yang memenuhi area sekitar. Lalu lalang kendaraan juga terlihat mengular tanpa henti. Gedung kantor PT PERKASA BINTANG ada 20 lantai dan lantai 20 inilah tempatnya bertahta.
"Tuan, tiket dan keperluan lainnya sudah siap. Sore ini kita bisa langsung ke bandara." Ucap Mario.
"Rio, kita ke klinik dokter Wisnu."
"Baik tuan."
Dua puluh lima menit setelah menempuh perjalanan sampailah di lokasi. Klinik yang lumayan besar, dengan fasilitas yang cukup memadai. Dokter Wisnu selain dinas di rumah sakit dia juga membuka klinik khusus ortopedi. Pasien di sini juga lumayan banyak. Klinik ini dikelola oleh dokter Wisnu dan rekan satu profesinya.
"Parkir halaman belakang Rio."
"Baik tuan."
"Tidak perlu turun." Ucap Andra melihat Mario yang hendak turun dari jok kemudi.
Andra menatap keluar jendela mobil, menatap sesosok wanita yang dirindukannya, wanita yang dua tahun terakhir ini berhasil merajai otaknya. Femila Amore Ibrahim, dia berjalan dengan kruk didampingi mama Anita. "Saya harap kamu sehat dan bahagia Fem, maaf atas keegoisan saya. " Batin Andra.
"Jalan Rio." Titah Andra menaikkan kaca jendela mobil.
"Baik tuan."
drt drt drt
"Ya paman, Saya segera ke sana." Mario memutus telopon.
"Langsung ke kantor."
"Baik tuan."
"Kenapa dari tadi saya merasa hanya menjawab baik, baik, baik tuan. Uss...lama-lama ikutan jadi Mr Flat kaya yang duduk di belakang." Batin Andra yang jelas tidak berani diutarakan ke tuannya.
"Ada apa Rio?" Selidik Andra melihat dua pundak Rio dinaikkan seperti menahan rinding.
"Tidak tuan." Gugup Mario.
"Tidak mungkin kan dia mendengar apa yang kubicarakan dengan hati saya sendiri." Gumamnya dalam batin.
"Siapa bilang, saya dengar apa yang kamu katakan. Dasar generasi Mr Flat!" Ucap Andra
Wajah Mario memerah karena jawaban tuannya seperti benar-benar mendengar isi hatinya. Untung Andra tidak menatapnya secara langsung bisa-bisa wajah memerahnya disiram saus tiram biar berasa kepiting saus tiram.
Sesampai di ceo room, Andra melihat sudah ada paman Fery duduk di sofa.
"Siang paman. Apa kabar?" Andra mengulurkan tangan dan merangkul pamannya itu.
Paman Fery membalas uluran tangan dan menepuk punggung keponakannya. "Alhamdulillah sehat Andra." Jawabnya.
Paman Fery selama ini memegang perusahaan cabang yang ada di Kalimantan dan kali ini Andra memintanya untuk bergantian mengurus yang di Jakarta. Umurnya yang tidak jauh beda dengan Andra hanya beda tiga tahun membuat dia lebih mudah bergaul dengan keponakannya itu.
"Bunda tahu paman pindah ke sini?"
"Sesuai instruksi kamu, biar kamu yang memberitahunya."
Andra tersenyum mendengar jawaban pamannnya. "Thanks uncle."
"Ya, apa sih demi ponakan paman dan tentunya demi uang pula." Paman Fery terkekeh.
"Dasar mata duitan." Umpat Andra sambil menepuk bahu pamannya.
Tambahan penghasilan 2x lipat dibanding yang di Kalimantan. Siapa yang tidak tergiur. Walaupun paman Fery tahu, mana uang sendiri dan mana uang perusahaan. Dia orang yang punya kompeten dan integritas dalam menjalankan tugasnya.
"Semua berkas sudah ada di laptop dan masuk e-mail paman. Ini kunci rumah dan kantor."
"Fasilitas super mewah." Senyuman paman Fery terpancar menerima kunci yang diberikan Andra.
"Jaga baik-baik perusahaan ini jangan sampai turun pendapatannya." Pesan Andra.
"Dan jaga kekasihmu itu?"
"Paman!" Andra menatap tajam pamannya.
Sedangkan Pamannya terkekeh melihat ekspresi Andra.
"Lucu sekali kamu Dra." Paman Fery terpingkal memegang perutnya.
Mario ikut tertawa melihat pertikaian paman dan ponakannya seperti Tom and Jerry.
"Tidak ada yang lucu paman dan kamu Mario berani menertawakan saya." Kini Andra menatap tajam ke arah Mario.
Mario langsung menghentikan tawanya.
"Sudah, sudah kebanyakan marah nanti tampangmu lebih tua dari pamanmu ini. Benar tidak Mario?"
"Bener banget Fer na-...." Ucap Mario menggantung tidak berani melanjutkannya, menciut nyalinya melihat tatapan tajam Andra.
"Sekalian kamu saya tinggal di sini?" Ucap Andra seraya melangkah pergi dari ruangan.
"Tunggu tuan..." Mario melangkah sedikit lari mengejar Andra yang sudah ngloyor pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ifti Nisa
batin mario
2022-08-29
1
Nur hikmah
fuh andra ke kalimatan.....sedih
2021-08-18
4
✿ 에이미
Like👍🏻 Fav❤️
2021-08-07
4