Pagi ini Andra sudah duduk di kursi kerjanya. Banyak berkas yang harus dia selesaikan karena tiga hari yang lalu dia tinggalkan.
"Rio, berkas untuk meeting dengan Pak Marchell tinjau kembali. Poin 7 dan 11 perlu direview dulu," titah Andra dengan menyodorkan berkas kepada asisten pribadinya.
"Kamu sudah ajukan meeting nya jam sepuluh pagi ini kan?" Andra memastikan.
"Maaf Tuan, Pak Marchell tidak bisa, jadi meeting kita tetap jam satu siang nanti."
Andra terdiam. Tangannya masih memegang berkas yang sedari tadi ia baca namun pikirannya tidak fokus. Sengaja dia memajukan jadwal meeting karena setelah itu dia akan ke rumah sakit, tentunya akan menemui kekasih yang masih terbaring lemah di sana. Namun kenyataanya Pak Marchell tidak bisa. Proyek ini begitu penting untuk perkembangan perusahaan Andra. Salah satu rekan bisnisnya adalah pak Marchell, beliau sebagai investor modal untuk proyeknya kali ini. Maka Andra harus se-profesional mungkin agar pak Marchell semakin yakin akan kinerjanya yang kompeten dan integritas.
"Tuan, ini review-nya. Tuan... ." Andra masih terdiam tidak menyahut perkataan Rio.
"Tuan..."Kali ini Rio meninggikan suaranya.
"Ya." Sahut Andra terkejut dengan membuang nafas cepat kemudian mengusap muka kasar, diambilnya berkas yang disodorkan Mario. Pikirannya benar-benar tidak fokus kerja.
Mario tahu kalau tuannya sedang ada masalah karena kekasihnya mengalami kecelakaan maka tidak heran dia sampai melamun tidak fokus ke pekerjaan. Selama tiga hari ini saja Mario harus menangani beberapa meeting dengan dewan direksi maupun rekan kerjanya. Namun kali ini meeting dengan pak Marchell tidak boleh diwakilkan harus Andra yang turun tangan langsung.
"Apa Nona Femila sudah baikan?" Rio mencoba menanyakan kabar kekasih tuannya.
"Setidaknya jauh lebih baik dari sebelumnya," jawab Andra matanya masih membaca berkas yang ada di tangan.
Mario tahu betul jawaban tuannya hanyalah sebuah alibi agar tuannya lebih tenang. Sudah enam tahun ini Mario bersama Andra. Dari jaman dia masih kuliah sampai sekarang, jadi dia jelas tahu sifat Andra. Walaupun sekarang posisi dia adalah bawahan dari Andra namun mereka tetaplah sahabat. Sebenarnya ketika dia direkrut sebagai asisten pribadi, Andra tidak mempermasalahkan kalau dia memanggil Andra dengan sebutan bro. Namun Rio merasa risih dengan sapaan bro, Rio memilih sapaan "Tuan" untuk memanggil sahabatnya sekaligus atasannya itu.
Rio mendekat ke sahabatnya, merangkul dan menepuk lengannya. "Yang sabar bro pasti ada hikmah dibalik musibah ini." Sengaja dia menyebut sapaan bro memposisikan diri sebagai sahabat untuk keprihatinan yang dia sampaikan.
Andra membalas rangkulan dan tepukan itu sambil tersenyum.
drt....drt....
"Kodisi psikologisnya tidak stabil dan dia satu hari ini baru sadar dari koma, tunda dulu untuk penyidikannya."
"Ya Tuan, namun semakin lama penyidikan maka kasusnya akan semakin lama untuk masuk ke persidangan," jawab diseberang sana.
"Paling penting kesembuhan dari Femila," sergah Andra kemudian mematikan sambungannya.
"Lawyer Sinaga?" Rio memastikan si penelepon barusan.
Andra hanya mengangguk.
"Ada masalah dengan proses penyidikan?" tanya Mario.
"Harusnya hari ini ada penyidikan kasus. Saya minta untuk ditunda. Kita masih fokus pada psikologis Femila yang masih belum stabil," terang Andra.
"Saya yakin tuan dan nona Femila bisa melewati cobaan ini," ucap Mario menguatkan semangat tuannya.
"Thanks Rio."
...****************...
"Sayang, nak Andra mungkin baru bisa menjenguk kamu sore atau malam," ucap Mama Anita mencoba memancing Femila agar menyahuti ucapannya.
Sejak bangun tadi pagi Mama Anita selalu mengajak Femila mengobrol namun Femila hanya membalas dengan senyum terpaksa dan sebuah anggukan. Sepatah katapun belum terucap dari bibir Femila.
"Sayang, kamu tidak membuka ponsel? Barangkali nak Andra menghubungi kamu," lanjut Mama Anita berharap anaknya melakukan aktifitas selain diam dalam lamunan.
Femila menggelengkan kepalanya.
"Setidaknya kamu masih mendengar mama bicara sayang dan merespon ucapan mama," batin mama Anita walaupun kecut mendapati anaknya seperti itu.
Mama Anita meraih tasnya, membuka dan mengambil lip balm kemudian menempelkan rata di bibir Femila.
"Bibir kamu sampai kering sayang tidak diolesi lip balm. Sayangkan kalau sampai pecah-pecah." terang mama Anita karena dia tahu kalau Femila sangat merawat penampilannya walau setiap tampilannya tidak terlihat over selalu minimalis, pas, dan sedap dipandang mata. Mama Anita masih ingat waktu itu bibir Femila terlihat pecah-pecah dia sampai bawa madu agar bibirnya tidak bermasalah lagi.
Lagi-lagi Femila hanya tersenyum tanpa bersuara.
Dipandanginya wajah anaknya yang biasanya nampak cantik berseri kini terlihat pasi.
Femila masih keturunan blaster indonesia-Itali. Kakeknya orang Italia menikah dengan neneknya yang orang indo. Melahirkan mama Anita. Sedangkan papa Riyan sendiri adalah orang Surabaya. Maka tak heran Femila memiliki paras cantik seperti orang bule yang menurun dari ibunya. Hidung yang mancung, kulit yang putih mulus, dengan body yang tinggi dan mata yang hitam lebar perpaduan dari papanya. Wajahnya memang bak selebritis cantik. Sedari kecil Femila anak yang cerdas, periang, dan penuh optimis bahkan cenderung ambisius. Apa yang menjadi keinginannya harus terkabul. Hingga mengajak dewasa kecantikan dan kecerdasannya makin terpancar maka tak heran banyak laki-laki yang memujanya dan ingin menjadi pacarnya. Namun, hatinya telah berlabuh pada Andra. Menjalin asmara selama dua tahun dan akhirnya mereka memutuskan untuk segera menikah setelah enam bulan menjalin hubungan pertunangan.
"Sayang, mama kupasin apel ya," tawar mama Anita yang tahu buah kesukaan anaknya.
Anita yang memang selalu menjaga tubuh agar fit dan sexy pasti setiap hari memakan buah dan buah yang paling disukainya adalah apel. Bahkan boleh dibilang setiap hari pasti memakannya.
Femila menggelengkan kepalanya. "Saya lelah, saya mau tidur Ma," tolaknya.
"Ya sayang tidurlah," ucap mama Anita seraya membantu Femila menata bantal untuk sandaran kepala. Ada rona bahagia di wajah mama Anita yang akhirnya mendengar anaknya bersuara.
"Walau sekata dua kata mama begitu senang sayang, akhirnya kamu bicara juga," batin mama Anita.
Femila langsung memejamkan matanya. Memang dia merasa lelah yang berlebih. pikirannya sudah sangat down. Mencerna kembali kenyataan yang sangat pahit dalam hidupnya. Bahkan seperti sebuah mimpi buruk yang entah kapan berakhir.
"Ma, kalau Andra datang, bangunkan saya," pinta Femila dengan mata yang enggan terbuka. Tak dipungkiri dirinya sangat merindukan sesosok Andra, ingin larut dalam pelukannya agar beban pikirnya berkurang.
"Ya sayang," jawab mama Anita sambil membelai rambut anaknya, merapikan anak rambutnya dan air mata yang sedari tadi ditahannya pun meluncur deras di pipinya. Namun tangannya cepat bergerak menghapus. Dia tidak mau anaknya bertambah sedih melihatnya menangis. Fokusnya hanya untuk kesembuhan Femila. Ya, terutama psikologis anaknya harus sehat.
tok
tok
tok
Terdengar suara ketukan pintu dan knop pintu yang diputar.
krek...
"Mungkinkah itu Andra?" batin mama Anita.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Fitri Chan
hadir kak🥰
di tunggu feedback nya
"the bilionaire genius daughter"
2021-10-25
0
re
Bule italia
2021-10-09
0
Rahmawati
semangaaat
2021-09-10
0