bab 7

Kabar pemukulan terhadap ustadz Mirza menyeruak ke sahabat-sahabatnya. Bahkan aliansi lawyernya kini berada di kamar rawat ustadz Mirza.

"Ustadz, apa perlu kami siapkan laporan untuk kasus pemukulan ini." Tawar Idrus salah satu lawyer.

"Tidak usah, nanti urusannya tambah panjang." Jawab ustadz Mirza.

"Tapi ustadz, orang itu harus mendapat pelajaran biar tidak berbuat sewenang-wenang." Ucap Ikbal yang tak kalah geram dengan arogansi Andra.

"Biarlah. Saya juga banyak andil dengan kekhilafannya." Kekeh ustadz Mirza. "Kalian mau jenguk saya atau hanya mau memprovokasi saya?" Tanya ustadz Mirza.

"Ya Ustadz, maaf, tentunya jenguk Ustad Mirza dan mau doakan Ustadz biar cepat sembuh bisa kembali berkumpul dengan kita."

"Satu hal lagi, siapa tahu ada mahasiswa Ustadz yang datang ke sini dan bisa berkenalan dengannya" Canda Ikbal dengan tertawa pede.

"Modus kamu Bal." Sahut Idrus yang diikuti tawa satu ruang.

Luka ustadz Mirza memang lumayan parah. pelipisnya terpaksa mendapat beberapa jahitan, belum lagi luka lebam di sudut mulut dan matanya.

tok

tok

tok

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

"Hana?" Kaget ustadz Mirza dengan kedatangan mahasiswanya dan orang yang selama ini dekat dengannya.

"Maaf ustadz, mengganggu istirakhat ustad." Ucap Hana yang terlihat gugup.

"Tidak menganggu Han. Hanya kaget saja kamu kok sudah tahu saya di sini."

"Ya tahulah Ustadz feeling seorang yang-"

"Habibi yang memberi tahu ustadz." Hana memotong bicara Habibi yang dirasa akan nglantur.

"Mbak Hana buru-buru ke sini ustadz setelah mendengar ustadz masuk rumah sakit jadi tidak sempat bawa apa-apa." Ucap Aliyah sambil tersenyum menggoda kakak seniornya yang sudah dianggap seperti saudara.

"Awww!" Jerit Aliyah dengan spontan karena Hana mencubit siku tangannya.

Aliyah yang ditatap Hana hanya cengar-cengir. Dia memang suka menggoda dua ingsan yang ada di depannya, ya, Ustadz Mirza dan Hana.

"Dapat salam dari Abah ustadz. Kata beliau mudah-mudahan ustadz cepat diberi kesembuhan dan masalah yang menimpa ustadz cepat terselesaikan." Hana mengalihkan pembicaraan.

"Amin, mudah-mudahan diijabah oleh Allah. Beliau langsung tahu kejadian ini?"

"Tadi Abah video call dan tidak sengaja melihat saya yang gugup dengan pakaian rapi, otomatis abah tanya saya akan pergi kemana. Akhirnya saya bilang ke Abah mau ke rumah sakit jenguk ustadz dan saya sedikit cerita tentang masalah ini." Terang Hana.

"Ehem! Apa kita pulang dulu ya biar tidak mengganggu." Sela Ikbal.

"Ya Allah baper banget kamu Bal. Bilang saja mau kenalan sama tamunya ustadz Mirza." Sindir Gamal.

"Oh maaf kakak-kakak ganteng yang ada di sini. Perkenalkan, saya Aliyah dan di samping saya, wanita cantik ini mbak Hana." Cerocos Aliyah yang memang bawaanya bukan anak pemalu( jangan bilang malu-maluin ya🤭🤫).

"Salam kenal semua." Ucap Hana kemudian sambil manangkupkan kedua tangan sejajar dadanya.

"Hai...salam kenal juga." Respon yang lain.

"Ustadz sudah mendingan?" Tanya Hana kemudian memandang ke arah ustadz Mirza.

"Alhamdulillah sudah mendingan Han."

Hana Safira Khairunnisa adalah gadis yang berumur 24 tahun. Dia anak dari Romo KH.Saefullah pengasuh pesantren yang dulu pernah ustadz Mirza nyantri. Sewaktu nyantri di sana ustadz Mirza memang dekat dengan keluarga ndalem (keluarga kyai). Ustadz Mirza yang memang dari dulu terkenal dengan ketampanan dan kecerdasannya membuat dirinya mudah dikenal orang. Pembawaannya memang pendiam namun tak dipungkiri kecerdasannya di atas rata-rata temannya. Kala itu Romo KH.Saefullah juga sangat menyukai kepribadian santrinya tersebut yang penurut dan rajin. Bahkan, dulu Amar (kakak Hana) dan Hana sering dibimbing belajar oleh ustadz Mirza. Maka tak heran kalau sekarang Hana dan ustadz Mirza lebih dekat hubungannya.

"Kalau begitu kami pamit dulu ustadz." Ucap Hana.

"Buru-buru sekali Han?" Tanya ustadz Mirza.

"Ada janji dengan dosen ustadz." Alasan Hana.

"Janji apaan. Kata mbak Hana dosennya membatalkan untuk bimbingan skripsi?" Polos Aliyah.

Hana melototkan matanya menandakan dia tidak suka Aliyah mengatakan itu.

Aliyah tersenyum kaku.

"Kami pergi dulu. Assalamualaikum." Hana menarik tangan Aliyah pergi dari ruang rawat itu.

"Waalaikum salam." Jawab serentak seisi ruangan.

"Hati-hati di jalan ya." Ucap ustadz Mirza kemudian.

Semua menatap kepergian Hana dan Aliyah.

"Subhanallah.... Ustadz, dek Hana begitu cantik memesona." Ucap Gamal.

"Kalian lawyer's jomblo memang tidak bisa lihat wanita cantik. Bawaanya hanyut dalam ilusi." Canda ustadz Mirza yang diikuti tawa dari seisi ruang.

...****************...

"Dia sudah baikkan." Ucap mama Anita.

Femila menoleh ke arah mamanya yang baru masuk dan duduk di sampingnya.

"Banyak teman-temannya di sana. Mama juga dengar gelak tawa dari mereka. Sepertinya ustadz itu banyak pengagumnya." Panjang lebar mama Anita bicara.

Mama Anita memang sengaja melintas ke kamar ustadz Mirza karena sepertinya Femila resah setelah kejadian pemukulan yang dilakukan Andra ke ustadz Mirza. Itu pun dengan inisiatif mama Anita sendiri untuk melihat keadaan ustadz Mirza.

"Siapa juga yang tanya kabar ustadz itu." Bohong Femila.

Sebenarnya memang ada kekhawatiran pada diri Femila. Andra dengan arogansinya memukul ustadz Mirza di ruang rawat sampai ustadz Mirza tersungkur dan bersimpah darah. Takut juga nantinya hal itu di laporkan ke pihak berwajib. Takut juga nantinya Andra mendapat masalah. Entahlah campur antara khawatir dan takut menjalar dalam benak pikirnya.

"Ma, besok mulai ajari aku jalan ya." Pinta Femila.

"Ya sayang, pasti mama akan dampingi kamu." Antusias mama Anita mendengar permintaan anaknya. Ada rasa bahagia yang teramat melihat anaknya yang mulai bangkit dari keterpurukan karena kondisinya yang cacat. Mata mama Anita berkaca-kaca namun iya tahan agar tak jatuh.

"Mama ke toilet dulu."

Dengan langkah cepat mama Anita masuk ke toilet dan bendungan air mata yang sedari tadi ia tahan, ia teteskan dengan menahan isak agar tak terdengar oleh anaknya.

...****************...

Andra melangkah memasuki kamar bundanya. Matanya memandang bundanya yang tidur menyamping. Punggungnya masih terlihat sempurna untuk ukuran seseorang yang sudah berusia kepala 5 lebih. Dirabanya, kemudian dicium pucuk kepala bundanya.

Bunda Rima menoleh ke arah orang yang membuatnya terbangun dari tidur. "Sayang, kamu sudah pulang?" Ucap bunda Rima yang bangun untuk duduk.

Andra membalas pertanyaan bundanya dengan senyuman.

"Tidak biasanya pulang cepat?" Telisik bunda Rima.

"Apa saya tidak boleh pulang cepat?" Tanya Andra karena merasa heran dengan tatapan bundanya.

"Siapa yang bilang tidak boleh. Mama siapin makan malam ya."

Andra mengangguk tersenyum. "Andra mandi dulu Bun." Ucap Andra yang kemudian melangkah pergi dari kamar bundanya.

Bunda Rima menatap punggung anaknya yang melangkah pergi. Tiba-tiba dirinya menangis meratapi musibah yang menimpa calon menantunya dan nasib anaknya yang akan menikahinya.

"Nak, haruskah ibu batalkan rencana pernikahan kalian?" Batin bunda Rima berkecamuk masih dengan tetesan air matanya.

...****************...

Terpopuler

Comments

mediary_tta

mediary_tta

jadi si Andra ini manggilnya apa yg bener? Bunda, Mama, atau Ibu? semua disebut gitu thor/Scowl/

2024-02-29

0

Anita Anggraini

Anita Anggraini

Masya allah thor harusnya 😁

2022-07-05

2

Nur

Nur

semangat femila cayooo!

2021-08-18

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!